Talenta Kreatif Diajak Kelola Potensi Ekonomi Digital
Para talenta kreatif Indonesia, termasuk mereka yang sudah berkarier di dunia digital tingkat internasional, diajak untuk bersama-sama mengelola potensi ekonomi digital di Tanah Air.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengajak para talenta kreatif Indonesia, termasuk mereka yang sudah berkarier di dunia digital di tingkat internasional, untuk bersama-sama mengelola potensi ekonomi digital di Tanah Air. Pada tahun 2030 potensinya diperkirakan Rp 4.531 triliun.
Dalam acara Demoday Inkubasi Usaha bertajuk ”Connecting Pentahelix, Build Networking, dan Infuse Smart Solution Technology to The Society” di Denpasar, Bali, Sabtu (12/11/2022), Teten menyatakan perlunya menggarap sektor ekonomi digital di Indonesia. Sebab, potensinya dinilai besar. ”Ini tantangan bagi kita,” ujarnya.
Hadir pula dalam kesempatan itu Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Siti Azizah, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali I Wayan Ekadina, dan Rektor Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Dadang Hermawan.
Harus diakui, kata Teten, banyak perusahaan e-dagang (e-commerce) yang ada saat ini memanfaatkan tenaga talenta digital dari India. Ke depan, bangsa Indonesia harus mempunyai target, apalagi ternyata selama ini Bali menjadi tempat tinggal para talenta dunia.
Laporan dari Indonesian E-Commerce Association (idEA) menunjukkan, talenta digital dunia tinggal di Bali. Ini harus dilacak karena mestinya mereka bukan hanya tinggal, tetapi bisa membangun ekosistem digital. ”Saya kira ini menjadi target kita terkait dengan kekuatan ekonomi digital,” kata Teten.
Teten menegaskan, pasar Indonesia memang sangat besar. Terbukti dengan capaian pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2022 yang mencapai 5,72 persen (yoy) setelah tumbuh 5,4 persen di triwulan II-2022. Sejumlah lembaga dunia memprediksi Indonesia menjadi empat kekuatan ekonomi dunia, setelah AS, China, dan India pada tahun 2045.
”Di era digital, saya kira para talenta digital, seperti start-up (usaha rintisan), hadir dengan semangat untuk menjadi pemenang. Kita tidak boleh punya mental nomor dua karena kita akan menjadi empat leader dunia. Mental kita harus disiapkan. Mental kalahan harus dibuang,” ujar Teten.
Terkait usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Kementerian Koperasi dan UKM memiliki program yang melibatkan kampus dalam evolusi UMKM. Salah satunya ialah pengembangan produk UMKM berbasis kreativitas dan teknologi.
”Saya melihat ada beberapa kampus di luar negeri yang menjadi penggerak evolusi UMKM, kualitas produk dan lainnya. Ada di Korea, Inggris, dan lainnya. Coba kita pelajari bagaimana mereka menjadikan kampus pendorong evolusi UMKM,” ujar Teten.
Selain itu, evolusi UMKM juga penting dalam upaya menaikkan persentase wirausaha yang saat ini baru 3,47 persen dari total UMKM 64,2 juta unit usaha. ”Minimum (untuk) bisa jadi negara maju, harus 4 persen (wirausaha), rata-rata negara maju itu persentasenya mencapai 12-14 persen. Singapura saja sudah 8,6 persen, Malaysia dan Thailand di atas 4 persen. Maka, kami punya program kewirausahaan, perlu tambahan 1 juta wirausaha baru sampai 2024,” ujarnya.
Digitalisasi Dorong Pemulihan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terakhir, pada tahun 2024, sebanyak 30 juta UMKM ditargetkan sudah masuk ke layanan digital. Saat ini baru mencapai 20,5 juta. ”Sudah banyak aplikasi baru yang bagus dan memberikan ruang bagi UMKM yang tidak bisa mengakses digital, maka (mereka perlu) dibantu ke pasar yang lebih besar lagi. Saya kira ini cukup positif. Kementerian Koperasi dan UKM pun sudah dua kali menyelenggarakan ajang Pahlawan Digital 2020 yang tujuannya mengembangkan inisiatif baru,” kata Teten.
Usaha rintisan
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali Dadang Hermawan menambahkan, Stikom telah berkolaborasi dengan berbagai pihak serta melakukan hilirisasi dalam bidang teknologi, salah satunya pengembangan usaha rintisan.
”Jumlah mahasiswa kami ada sekitar 6.000 orang. Lebih dari 70 persen dari Bali dan sekitar 30 persennya di luar Indonesia, seperti Jepang, Jerman, dan sebagian lainnya dari Timur Leste,” kata Dadang.
Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop dan UKM Siti Azizah mengatakan, bisnis usaha rintisan di Indonesia berkembang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Meski demikian, ada sejumlah permasalahan yang dihadapi perusahaan rintisan tersebut.
Berdasarkan hasil riset Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada tahun 2021, sebanyak 34,1 persen persoalan utama adalah permodalan. Sementara 13,3 persen lainnya adalah masalah regulasi dan 12,9 persen masalah pasar. Ada pula 12,3 persen start-up di Indonesia memiliki masalah strategi, 18,7 persen menyatakan akses sumber daya manusia (SDM) menjadi permasalahan utama, dan 8,8 persen memiliki masalah terkait fasilitas.
Menindaklanjuti Rapat Koordinasi Bidang Koperasi dan UMKM tahun 2021 di Yogyakarta beberapa waktu lalu, ada tujuh target Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2024 yang meliputi peningkatan kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 65 persen, peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB menjadi 5,5 persen, dan peningkatan kontribusi ekspor UMKM menjadi 17 persen.
Selain itu, kementerian menargetkan pula untuk melahirkan 3.500 start-up berbasis teknologi dan informasi, melahirkan 500 koperasi modern, menjadikan lebih dari 10 juta usaha mikro bertransformasi ke sektor formal, dan peningkatan rasio kewirausahaan menjadi 4 persen.
Pemerintah juga menerbitkan Perpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024 yang diharapkan mendorong lahirnya wirausaha muda yang produktif dan kreatif, menghasilkan UMKM Indonesia yang inovatif, kompetitif, siap, dan tangguh baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.