Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia Diprediksi Semakin Cerah
Indonesia berpotensi menjadi pemain besar dunia di bidang ekonomi dan keuangan digital. Besarnya jumlah penduduk yang ditopang dengan penetrasi teknologi komunikasi menjadi penopang ekonomi dan keuangan digital.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE OJK
Suasana pembukaan acara acara 4th Indonesia Fintech Summit 2022, yang diadakan secara hibrida, di Bali, Kamis (10/11/2022). Pejabat yang hadir dalam acara itu, antara lain Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
JAKARTA, KOMPAS — Prospek ekonomi digital dan keuangan digital Indonesia diperkirakan semakin cerah untuk beberapa tahun mendatang. Besarnya jumlah penduduk yang ditopang dengan penetrasi teknologi komunikasi menjadi penopang utamanya. Kontribusi besar ekonomi dan keuangan digital ini perlu dikelola untuk bisa memberikan manfaat optimal bagi perekonomian nasional.
”Indonesia akan menjadi pemain besar ekonomi dan keuangan digital. Masa depan ekonomi dan keuangan digital Indonesia akan cerah,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan sambutan dalam pembukaan acara ”4th Indonesia Fintech Summit 2022”, yang diadakan secara hibrida di Bali, Kamis (10/11/2022).
Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) 2022, seperti dikutip Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, kontribusi ekonomi digital pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 2.167 triliun atau setara dengan 10 persen dari total produk domestik bruto (PDB). Lima tahun kemudian, kontribusi ekonomi digital diperkirakan tumbuh dua kali lipat lebih menjadi Rp 4.531 triliun atau setara 16 persen dari total PDB.
Luhut menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta orang ditambah penetrasi teknologi komunikasi yang luas mempercepat pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital di Tanah Air. Berbagai aktivitas masyarakat, baik ekonomi maupun rutinitas lainnya, kini juga makin lekat dengan teknologi sehingga terus meningkatkan skala ekonomi dan keuangan digital Indonesia.
Ia menambahkan, salah satu manfaat penggunaan teknologi adalah meningkatkan efisiensi di organisasi pemerintahan. Penerapan teknologi digunakan sebagai sistem lelang pengadaan barang dan jasa sehingga mengurangi potensi korupsi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menambahkan, pihaknya bersama pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan kalangan industri tekfin sadar betul potensi besar ekonomi dan keuangan digital Indonesia. Ia mengatakan, pihaknya terus berkomunikasi dan berkoordinasi erat untuk memastikan potensi besar itu bisa benar-benar terwujud di Tanah Air.
Sebagai regulator jasa keuangan, lanjut Mahendra, salah satu tugas utama yang bisa dilakukan adalah menyeimbangkan antara inovasi teknologi industri jasa keuangan dan mitigasi potensi risiko yang bisa terjadi. Inovasi yang terlalu cepat yang tidak diimbangi mitigasi risiko bisa berdampak buruk pada lemahnya perlindungan konsumen. Begitu juga sebaliknya, terlalu khawatir dengan risiko juga bisa menghambat munculnya inovasi teknologi jasa keuangan.
Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono mengatakan, manfaat lainnya dari digitalisasi aktivitas ekonomi dan keuangan adalah mendorong ketahanan masyarakat dari tekanan ekonomi kala pandemi. Saat itu, restriksi aktivitas sosial terpaksa dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Perangkat digital pun menjadi solusi sehingga aktivitas ekonomi dan keuangan tetap berjalan.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Pengemudi ojek daring memesan makanan untuk pelanggan melalui aplikasi di gerai makanan di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/10/2019).
Untuk mendorong pertumbuhan ekosistem ekonomi digital, Doni menjelaskan, BI berupaya menciptakan infrastruktur sistem pembayaran yang andal, cepat, mudah, dan murah. Upaya ini diwujudkan dalam mendorong perluasan sistem pembayaran pindai cepat kode unik (quick response Indonesia standar/QRIS).
Tren penggunaan metode QRIS sebagai pembayaran terus meningkat. Mengutip data BI, sampai dengan Agustus 2022 volume transaksi QRIS mencapai 91,73 juta atau bertumbuh 184 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun nilai transaksi sampai dengan Agustus 2022 mencapai Rp 9,66 triliun, bertumbuh 352 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah pedagang (merchant) yang menyediakan QRIS sebagai metode pembayarannya juga terus meningkat. Sampai dengan 23 September 2022, jumlah merchant yang menggunakan QRIS mencapai 21,39 juta unit usaha. Pertumbuhan jumlah pengguna QRIS juga terus meningkat. Sejak diluncurkan pada Agustus 2019, hingga saat ini metode QRIS telah digunakan oleh 23,71 juta pengguna ponsel.
Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI) Adrian Gunadi menambahkan, tekfin pinjaman antarpihak (peer to peer lending/P2P lending) memiliki kemampuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui pendanaan ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sebelumnya tidak memenuhi syarat kredit bank (unbankable). ”Kami mendorong perluasan inklusi keuangan yang pada gilirannya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Mengutip data OJK, sampai dengan September 2022, pembiayaan berjalan industri tekfin pinjaman mencapai Rp 48,74 triliun atau tumbuh 77,33 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun jumlah rekening penerima pinjaman mencapai 17,67 juta rekening.