Ketepatan Waktu Penerbangan Garuda Terbaik di Asia Pasifik
Garuda Indonesia menempati peringkat kedua dalam ketepatan waktu layanan penerbangan di tingkat Asia Pasifik. Di sisi lain, IATA meminta setiap maskapai menyiapkan SDM di tengah pemulihan industri jasa penerbangan.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maskapai Garuda Indonesia menduduki peringkat terbaik di Asia Pasifik dan terbaik kedua dunia perihal ketepatan waktu atau on time performance pada periode September 2022 versi OAG, perusahaan penyedia data perjalanan asal Inggris. Di tingkat global, posisi Garuda itu berada satu peringkat di bawah Eurowings, maskapai asal Jerman.
Capaian on time performance (OTP) Garuda Indonesia pada September 2022 sebesar 96,6 persen, sedangkan Eurowings 97,3 persen. Penghitungan OTP itu berdasarkan rata-rata waktu kedatangan pesawat dalam waktu 15 menit dari waktu kedatangan yang dijadwalkan.
OAG juga menyebutkan, tingkat pembatalan penerbangan Garuda Indonesia sangat rendah, yakni 0,4 persen. Sebaliknya, Eurowings yang menempati peringkat pertama, tingkat pembatalannya sebesar 1,8 persen.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra, Sabtu (29/10/2022), mengatakan, capaian itu merupakan salah satu bentuk representasi komitmen Garuda menghadirkan layanan penerbangan terbaik bagi pengguna jasa penerbangan. Utamanya, memastikan seluruh operasional penerbangan, termasuk tingkat ketepatan waktu, dapat berjalan optimal.
”Capaian kinerja itu membuat kami samakin optimistis untuk memberikan layanan penerbangan terbaik, apalagi di tengah upaya mengakselerasikan berbagai langkah pemulihan kinerja,” ujarnya melalui siran pers di Jakarta.
Capaian kinerja itu membuat kami samakin optimistis untuk memberikan layanan penerbangan terbaik, apalagi di tengah upaya mengakselerasikan berbagai langkah pemulihan kinerja.
Irfan menambahkan, aspek ketepatan waktu merupakan esensi utama kualitas layanan yang perlu terus dijaga, termasuk di tengah transisi pandemi Covid-19 menuju endemi. Hal itu juga tidak terlepas dari dukungan pemangku kepentingan terkait, khususnya layanan kebandarudaraan. Mereka telah menjalankan prosedur layanan sebelum penerbangan (pre-flight) secara tepat waktu.
Per 21 Oktober 2022, proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) Garuda Indonesia melalui jalur hukum telah selesai. Hal itu ditandai dengan penyampaian amar putusan Mahkamah Agung yang menolak permohonan kasasi dua kreditor atas hasil pengesahan perjanjian perdamaian atau homologasi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Kini, Garuda Indonesia tinggal merampungkan komitmennya terhadap para kreditor berdasarkan perjanjian homologasi. Hal itu, antara lain, mencakup pembayaran utang, penerbitan surat utang baru, memperpanjang surat utang dengan bunga rendah, dan mengonversi utang menjadi saham.
Sembari itu, Garuda juga tengah memulihkan kembali kinerja layanan penerbangan. Hal itu, antara lain, penambahan pesawat melalui restorasi dan memperbarui sewa pesawat dengan biaya sewa yang lebih rendah, serta memangkas rute-rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
Garuda Indonesia juga tengah mengupayakan penambahan modal dengan menerbitkan saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Setidaknya melalui upaya itu, penyertaan modal negara dari pemerintah senilai Rp 7,5 triliun dipastikan masuk kantong Garuda Indonesia.
Sementara itu, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebutkan, setiap maskapai perlu mempersiapkan diri menyiapkan sumber daya manusia (SDM) di tengah masa pemulihan industri penerbangan. Hal itu penting mengingat banyak maskapai yang merumahkan SDM sepanjang periode dua tahun pandemi Covid-19.
Berdasarkan IATA’s Global Skills Survey yang dirilis pada 26 Oktober 2022, persentase SDM terbesar untuk memenuhi kebutuhan layanan penerbangan selama 18 bulan ke depan paling banyak adalah pilot (72 persen) dan tenaga pemeliharaan dan operasinal (70 pesen). Kemudian diikuti oleh staf kabin 63 persen dan staf layanan darat 61 persen.
Kondisi itu terbilang masih belum kembali normal mengingat banyak maskapai masih mengurangi jumlah pesawat dan rute-rute penerbangan. Namun, IATA memandang, kondisi kekurangan SDM itu perlu dipulihkan untuk mengantisipasi potensi ledakan jumlah penumpang, baik melalui rekrutmen baru maupun memanggil kembali tenaga kerja lama.
Melalui siaran pers IATA, Direktur Pelaksana Keselamatan Perbangan United Airlines Robert Thomas menyatakan, maskapai United Airlines telah kehilangan sekitar 1.000 pilot karena pensiun dini selama krisis Covid-19. Namun, pada 2022 dan 2023, perusahaannya akan mempekerjakan sekitar 5.000 pilot.