Harga batubara acuan menanjak sejak awal tahun. Pada Oktober 2022 harga batubara acuan, yakni 330,97 dollar AS per ton atau tertinggi sejauh ini pada 2022. Harga global pun diyakini bertahan karena faktor geopolitik.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Batubara, yang selama ini menjadi energi alternatif atau substitusi dari minyak bumi, harganya diperkirakan bertahan tinggi hingga tahun depan, akibat pengaruh geopolitik. Nilai dan volume ekspor dari Indonesia, sebagai negara produsen dan eksportir batubara, diperkirakan masih relatif terjaga. Sementara di tingkat domestik, pemenuhan kebutuhan mesti dipastikan.
Catatan Trading Economics, harga batubara Newcastle per 17 Oktober 2022, yakni 392,36 dollar Amerika Serikat (AS) per ton. Sejak awal 2022, harga batubara memang merangkak naik. Mulai awal Mei, harga relatif stabil berkisar 390-420 dollar AS per ton. Bahkan, pada 5 September 2022 harganya sempat menyentuh 457 dollar AS per ton.
Harga batubara acuan (HBA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menanjak sejak awal tahun. Pada Januari 2022, HBA ditetapkan 158,5 dollar AS per ton lalu terus meningkat hingga Juni 2022 menjadi 323,91 dollar AS per ton. HBA pada Oktober 2022 bahkan menjadi yang tertinggi sejauh ini (tahun 2022), yakni 330,97 dollar AS per ton.
Dalam merespons ketidakpastian prospek ekonomi, pada awal Oktober 2022, Arab Saudi bersama mitranya di Organisasi Negara Produsen Minyak OPEC+ (negara anggota OPEC ditambah Rusia) mengumumkan pemangkasan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari. Jumlah pemangkasan itu separuh dari yang diumumkan OPEC dalam perang minyak 1973 (Kompas, 17/10).
Pengamat ekonomi energi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Yayan Satyakti, saat dihubungi Selasa (18/10/2022), dengan adanya pemotongan produksi minyak sebanyak dua juta barel per hari, harga batubara kemungkinan stabil sampai 2023. Terlebih, negara-negara OPEC sangat menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menurut Yayan, di tengah kebutuhan yang meningkat, batubara Indonesia bisa jadi terus dilirik. ”Meskipun batubara kita (Indonesia) kualitasnya tidak bagus dan lakunya di pasar China, dengan adanya permintaan tadi, secara tidak langsung harga batubara akan tetap terdongkrak. Jadi, untuk saat ini, faktor geopolitik masih kuat,” katanya.
Saat ini, di tengah perlambatan ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor utama dan penurunan harga komoditas global, harga batubara masih bertahan tinggi. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), harga batubara pada September 2022 tercatat 321,5 dollar AS per ton, naik dari bulan sebelumnya yang 290 dollar AS per ton (Kompas, 18/10).
Itu ditopang kenaikan permintaan dari China dan sejumlah negara di Eropa yang krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina. Ekspor batubara ke China naik 41,19 persen dari 672,19 juta dollar AS pada Agustus 2022 menjadi 949,08 juta dollar AS pada September. Pada Juli-September 2022, ekspor batubara ke Eropa juga naik signifikan, dari 95,66 juta dollar AS menjadi 161,69 juta dollar AS.
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Anggawira menuturkan, sebagai substitusi energi, batubara memang, termasuk paling mudah, salah satunya tidak perlu storage (tempat penyimpanan daya listrik). Dari segi biaya juga efisien dibandingkan energi terbarukan, misalnya, yang memerlukan investasi. Terlebih, ada ketidakseimbangan global akibat perang Rusia-Ukraina.
Batubara di Indonesia, lanjutnya, cenderung berada di permukaan sehingga mudah sekali dieksplorasi dan eksploitasi. Kendala hanya pada transportasi, karena membutuhkan biaya lebih, seperti di Sumatera. Sementara saat ini, saat harga sedang tinggi, penambang lebih memiliki margin. Namun, batubara yang tersedia saat ini cenderung yang berkalori rendah.
Permintaan pun diyakini masih baik, terutama pada pasar tradisional ekspor batubara Indonesia, yakni Asia Pasifik, khususnya China dan India. ”Selama 1-2 tahun ke depan, menurut saya ekspor batubara masih dalam harga tinggi mengingat suplai energi yang belum stabil,” kata Anggawira.
Menurut Anggawira, memang ada peningkatan permintaan dari Eropa akan batubara Indonesia dan ada yang memasok ke sana. Namun, porsinya masih kecil. Pasalnya, jarak pengapalan (freight) jauh di samping permintaan Eropa lebih pada batubara berkalori tinggi. Batubara spesifikasi tersebut di Indonesia sangatlah terbatas.
”(Negara-negara Eropa) kalau tidak terpaksa banget, tidak akan ambil dari kita. Mungkin mereka tidak ada alternatif lain sehingga cari di kita. Namun, stok (batubara yang dibutuhkan Eropa) di kita tidak banyak. Kalaupun ada, sudah untuk kontrak jangka panjang. Jadi, ekspor ke Eropa sepertinya hanya sekitar 5 persen. Permintaan Eropa itu sifatnya insidentil,” katanya.
Kebutuhan domestik
Terkait pemenuhan kebutuhan domestik, Anggawira menuturkan, pihaknya mendukung rencana pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) batubara yang sedang disiapkan pemerintah. Menurut dia, hal tersebut penting agar ada kepastian pemasok domestik. Sejauh ini, penugasan diberikan pemerintah kepada perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan domestik (DMO).
”Kami dukung. Saat ini, dengan penugasan itu, kan, seperti dipaksa. Sementara kalau ada BLU bisa ada keseimbangan antara harga domestik dan global. Menurut pandangan kami, memang perlu regulasi yang proporsional (untuk pemenuhan domestik), ya, dengan BLU ini. BLU kan seperti subsidi silang,” ujarnya.
Yayan menuturkan, jika melihat komitmen pemerintah dan maupun PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) seharusnya akhir tahun ini tidak ada lagi krisis batubara domestik (akibat perusahaan lebih mengutamakan ekspor), seperti yang terjadi akhir 2021. Melihat perkembangan saat ini, menurut dia, krisis seperti tahun lalu tidak akan terulang. Namun, monitoring dan pengawasan mesti terus dilakukan dan benar-benar dipastikan.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Lana Saria, saat dikonfirmasi mengenai antisipasi agar krisis batubara seperti akhir 2021 dan awal 2022 tak terulang, serta jumlah surat penugasan, hingga Selasa (18/10) malam belum memberikan respons.