Kalender Acara Diandalkan untuk Menjaga Tingkat Okupansi Hotel
Keberadaan kalender acara pariwisata sepanjang tahun diyakini mampu menjaga tingkat okupansi hotel tetap positif.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Adanya kalender acara pariwisata dipandang mampu menjaga konsistensi tingkat okupansi hotel sepanjang tahun. Kreativitas pemerintah pusat ataupun daerah untuk menciptakan kalender acara ini dibutuhkan oleh pelaku industri.
“Aktivitas pariwisata bersenang-senang atau leisure tourism menyumbang 30 persen tingkat okupansi hotel. Sebab, leisure tourism biasanya hanya terjadi saat libur Lebaran, pertengahan tahun, sekolah, dan akhir tahun. Sisanya adalah agenda acara, termasuk agenda kegiatan korporasi dan pemerintahan,” ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, Selasa (11/10/2022), di Jakarta.
Dia berpendapat, ancaman resesi perekonomian yang sekarang ramai dibicarakan bisa berdampak ke pemulihan industri pariwisata nasional. Apabila pemerintah ingin memperkuat pasar pariwisata domestik alias pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) untuk mengantisipasi resesi, Maulana berpendapat salah satu caranya adalah melalui penyusunan kalender acara, termasuk kalender agenda acara pemerintah pusat dan daerah. Kalender acara yang dibuat tidak cukup hanya berskala lokal, tetapi skala nasional yang bisa menggaet pergerakan lebih besar.
Saat ini, tingkat okupansi terbaik terjadi di Jawa. Dia menduga, kalender acara korporasi ataupun pemerintahan cenderung lebih banyak dilakukan di Jawa.
“Sebenarnya, apabila ada kalender acara yang konsisten ada setiap tahun, berskala lokal dan nasional, serta diikuti promosi, hal itu bukan hanya memikat pergerakan wisnus tetapi juga kunjungan wisman. Kami mengakui, tidak semua pemerintah daerah memiliki pola pikir sama untuk memajukan industri pariwisata,” kata dia.
Maulana menambahkan, saat ini, tingkat okupansi terbaik terjadi di Jawa. Dia menduga, kalender acara korporasi ataupun pemerintahan cenderung lebih banyak dilakukan di Jawa. Isu keterbatasan anggaran diyakini ikut berpengaruh.
Sementara itu, Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini berpendapat senada. Kreativitas pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik dan cara promosi pariwisata berperan penting. Saat ini sebenarnya telah berkembang banyak warganet ataupun blogger yang suka plesiran dan secara tidak langsung ikut mempromosikan destinasi. Mereka perlu dilibatkan.
“Biaya berwisata ke Indonesia itu termasuk masih terjangkau. Indonesia juga merupakan negara tropis yang sebenarnya mendukung wisatawan yang ingin menjelajah ke banyak tempat di Tanah Air. Pemerintah pun telah menetapkan destinasi prioritas ataupun super prioritas di luar Bali, seperti Mandalika (Nusa Tenggara Barat),” ujar Didik.
Kreativitas pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik dan cara promosi pariwisata berperan penting.
Kekurangan Indonesia, menurut dia, adalah belum maksimal mengembangkan destinasi-destinasi itu, selain masih ada sejumlah pemerintah daerah belum kreatif. Kekurangan berikutnya adalah strategi promosi.
“Pemerintah pusat (kementerian) semestinya sudah punya strategi-strategi memaksimalkan potensi destinasi pariwisata, mulai dari menciptakan agenda kreatif, promosinya, sampai memberikan dukungan finansial kepada pelaku industri. Misalnya, kemudahan pembiayaan kepada agen perjalanan,” imbuh dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 510.250 kunjungan. Jumlah ini naik lebih dari 100 persen dibanding Agustus 2021. Sementara jika dibandingkan dengan kunjungan wisman bulan Juli 2022, maka jumlah kunjungan wisman pada Agustus 2022 naik sebesar 6,98 persen.
Kemudian, sepanjang Januari — Agustus 2022, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, sesuai data BPS, mencapai 1,73 juta kunjungan. Jumlah ini lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu hanya 81.292 kunjungan.
Keberadaan rangkaian agenda pertemuan G20 sampai puncaknya, Konferensi Tingkat Tinggi G20, diperkirakan mampu mendatangkan sekitar 50.000 wisman.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per hari mencapai sekitar 10.000. Mayoritas menggunakan transportasi udara. Penerbangan internasional pun berangsur-angsur pulih. Di Bali, misalnya, telah terdapat 25 penerbangan.
Menurut dia, keberadaan rangkaian agenda pertemuan G20 sampai puncaknya, Konferensi Tingkat Tinggi G20, diperkirakan mampu mendatangkan sekitar 50.000 wisman. Ini akan berdampak ke industri pariwisata dan penyerapan tenaga kerja didalamnya.
“Kami telah menetapkan target kunjungan wisman 1,8–3,6 juta. Kami optimis bisa tercapai. Apalagi, setelah agenda G20, kita memasuki musim libur akhir tahun,” ujar Sandiaga.
Meski demikian, dia tetap berharap pelaku industri pariwisata mewaspadai ancaman resesi ekonomi yang melanda dunia yang akan berdampak ke industri. Sandiaga menyebut masih ada kekuatan industri pariwisata nasional ada di pergerakan wisnus.
“(Dunia) ada ancaman resesi, tetapi kekuatan kita itu adalah domestic market. Jadi, ke depan kita akan mengembangkan wisnus dan juga tentunya upaya meningkatkan kunjungan wisman,” kata dia.