Produk Turunan Sawit Berpotensi Perpanjang Umur Buah
Larutan pelapis dari olahan kelapa sawit berpotensi dikembangkan untuk memperpanjang usia simpan dan menekan penyusutan produk hortikultura.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produk turunan sawit berupa larutan coating atau pelapis dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi penyusutan bobot sekaligus memperpanjang usia segar produk hortikultura. Dengan demikian, ada nilai tambah dari produk kelapa sawit sekaligus bagi produk hortikultura.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari dalam webinar ”Produk Sawit untuk Hortikultura”, Selasa (4/10/2022), mengatakan, selama ini produk hortikultura bergantung pada musim. Selain itu, produk hortikultura juga rapuh, mudah rusak, dan memiliki usia simpan pendek sehingga berpengaruh pada kualitasnya.
Sejumlah teknologi untuk mengantisipasi penurunan nilai itu diperlukan, salah satunya dengan coating (pelapisan) menggunakan produk turunan sawit. Menurut dia, coating terus dikembangkan.
”Ini bisa diadopsi masyarakat dan (khususnya) petani. Dengan pelapisan buah segar yang edible (dapat dimakan), murah, dan (bahan bakunya) hasil kita sendiri karena merupakan turunan sawit. Ini bisa memperpanjang umur segar serta mencegah susut bobot selama pengiriman, yang selama ini menyebabkan harga menjadi murah,” kata Puji.
Puji menambahkan, 1 liter larutan coating dari sawit mampu untuk melapisi 30 kilogram (kg) buah mangga. Adapun mesinpenyemprot cairan pelapis berkapasitas 500 kg buah per jam. Investasi yang diperlukan untuk alat dan mesin dengan kapasitas itu sekitar Rp 176 juta per unit.
Ia mencontohkan, buah mangga yang disimpan pada suhu biasa dapat diperpanjang dari 10 hari menjadi 14 hari. Sementara pada suhu dingin (12 derajat celsius), usia simpannya bertambah dari tiga minggu menjadi empat minggu.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menambahkan, pendataan memang menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan produk hortikultura. Pasalnya, dari total 566 macam produk hortikultura yang menjadi komoditas binaan, baru 88 jenis yang masuk ke data statistik. Sejumlah inovasi untuk penguatan produk hortikultura didorong.
Dari total 566 macam produk hortikultura yang menjadi komoditas binaan, baru 88 jenis yang masuk ke data statistik.
Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Helmi Muhansyah menuturkan, pihaknya telah menggelar pameran produk usaha kecil menengah (UKM) berbasis kelapa sawit di Jakarta, Pekanbaru (Riau), dan Surabaya (Jawa Timur). Pameran itu memajang produk-produk UKM, baik yang bergerak di sektor sawit maupun yang memanfaatkan produk turunan sawit.
Kegiatan tersebut guna meningkatkan nilai tambah sawit. ”Kami juga mendorong ekspor produk-produk turunan sawit. Bagaimana agar ada pemanfaatan produk-produk sawit. Selain itu, dalam semua proses bisnis dan layanan, BPDPKS berkomitmen menjaga kepuasan para pemangku kepentingan lewat pelayanan yang baik,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat mengatakan, volume dan nilai ekspor kelapa sawit, yang terdiri dari minyak sawit mentah (CPO), minyak inti kelapa sawit (PKO), fraksi, margarin, fatty acid methyl ester (FAME), dan oleokimia meningkat. Volume ekspornya meningkat dari 35 juta ton (2019) menjadi 35,09 juta ton (2021), sedangkan nilainya naik dari 19,33 miliar dollar AS menjadi 33,11 miliar dollar AS selama kurun waktu itu.
Akan tetapi, pada 2022 terjadi guncangan ekspor. Hingga Juli 2022, volume ekspor baru 14,4 juta ton. ”Dengan tambahan enam bulan berikutnya, kami perkirakan menjadi 24-25 juta ton. Itu akibat ada turbulensi di pasar domestik serta untuk ekspor. Jadi, pada 2022 (volume dan nilainya) akan jauh di bawah 2021,” ujar Rapolo.
Ke depan, larutan coating pun masih memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Pasalnya, untuk kelompok parafin yang berpotensi menjadi bahan baku pelapis produk-produk hortikultura, neraca perdagangannya masih defisit. Pada 2021, misalnya, volume ekspor kelompok tersebut masih 20,98 juta ton, sedangkan volume impor pada tahun yang sama mencapai 23,46 juta ton.
Unggulan lain dari industri oleokimia berbasis sawit ialah emulsifier yang bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan. ”Emulsifier ini menjadi tren di dunia karena ada kecenderungan untuk menghindari penggunaan lemak hewani serta digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk pertanian. Pangsa pasar emulsifier pada 2021 mencapai 5,48 miliar dollar AS dan diperkirakan meningkat menjadi 7,85 miliar dollar AS pada 2026,” katanya.