Astra Property Siapkan Strategi Hadapi Dinamika Pasar
Pasar properti diprediksi akan menghadapi tantangan berat pada tahun 2023.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Kondisi pasar properti yang melambat disikapi pengembang dengan sejumlah strategi. Pengembang properti Astra Property, misalnya, fokus menggarap redesain produk residensial yang menyasar segmen menengah ke atas serta masuk ke lini baru, yakni pergudangan modern.
Presiden Direktur PT Menara Astra (Astra Property Group) Djap Tet Fa menyatakan, pihaknya tahun ini mulai membidik pembangunan pergudangan modern melalui pembentukan perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan real estat logistik asal Australia, Logos.
“Proyek (pergudangan modern) sedang kami jajaki,” katanya, dalam diskusi dengan Redaksi Kompas, di Jakarta, Jumat (30/9/2022).
Pihaknya fokus pada pilar bisnis residensial, gedung perkantoran, dan industrial/logistik. Upaya mendorong nilai tambah produk terus dilakukan dengan menambah fasilitas, antara lain melalu penerapan konsep bangunan hijau, penghematan energi, dan pemakaian energi terbarukan pada gedung perkantoran, serta desain hunian sesuai kebutuhan pascapandemi Covid-19.
Vice President Director PT Menara Astra, Nilawati Irjani menambahkan, pihaknya sedang menjajaki beberapa area di Jabodetabek untuk pembangunan pergudangan modern. Kebutuhan gudang modern di Indonesia terus tumbuh dengan tingkat keterisian sampai 90 persen, sementara pasokannya masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain.
Mengacu data konsultan properti JLL, kriteria gudang modern, antara lain elevasi lantai yang lebih tinggi, ketinggian atap minimal 7-15 meter, ada fasilitas bongkar muat, dan kekuatan lantai sekitar 3 ton per meter persegi.
Djap Tet Fa menilai, pasar properti secara umum menghadapi tantangan, terutama subsektor perkantoran dan apartemen. Efek kenaikan suku bunga acuan diprediksi akan sangat terasa tahun depan dan memicu perlambatan ekonomi. Daya beli masyarakat akan terimbas. “Ini jadi tantangan bagi pasar properti sehingga diperlukan strategi,” katanya.
Beberapa strategi yang diterapkan Astra Property adalah redesain untuk menciptakan produk yang lebih terjangkau masyarakat, di antaranya dari aspek lokasi dan ukuran. “Segmen pasar menengah atas pun akan melihat produk-produk yang lebih terjangkau. Harus ada redesain produk perumahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” katanya.
Selain itu, termin pembayaran dibuat lebih fleksibel untuk meningkatkan daya tarik sekaligus keterjangkauan konsumen. Sebanyak 60 persen konsumen properti membeli rumah dengan cara mencicil. “Kami akan berkolaborasi dengan perbankan serta menyediakan opsi cicilan bertahap ke pengembang yang lebih fleksibel,” ujar Djap Tet Fa.
Secara internal, pihaknya juga berupaya lebih efisien. Efisiensi operasional diperlukan untuk menjaga marjin keuntungan dan daya saing perusahaan. Di sisi lain, pihaknya melihat peluang pengembangan proyek. Ia menilai, pasar residensial rumah tapak masih akan baik, karena sekitar 70 persen pembelian untuk dihuni (end user).