Pariwisata Berkelanjutan Masih Dianggap sebagai Tren Sesaat
Pengembangan industri pariwisata dilakukan oleh multisektor pemerintahan dari pusat sampai daerah. Ini menjadi tantangan utama penerapan pariwisata berkelanjutan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Manajemen pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan untuk Indonesia yang mayoritas destinasi wisatanya mengandalkan alam sebagai daya tarik utama. Namun, penerapan konsep pengelolaan seperti itu sering kali terjebak dalam tren semata.
Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan.
”Bagaimana memastikan agar pariwisata berkelanjutan tidak menjadi tren temporer? Pemerintah harus tegas mendorong pelaku industri menerapkan manajemen pariwisata berkelanjutan. Kalau dari sisi konsumen, riset dari Booking.com menunjukkan sudah banyak wisatawan peduli kelestarian lingkungan,” ujar pendiri dan CEO Wise Steps Consulting Mochamad Nalendra dalam webinar ”Rethinking Tourism: Transitioning Into a Greener Tourism”, Rabu (28/9/2022), di Jakarta.
Nalendra mengatakan, di Indonesia, pengembangan industri pariwisata dilakukan oleh multisektor pemerintahan dari pusat sampai daerah. Ini menjadi tantangan utama penerapan pariwisata berkelanjutan. Sebab, ada potensi setiap instansi pemerintahan memiliki cara pandang berbeda.
Solusi mengatasi tantangan itu, lanjut Nalendra, adalah membuat organisasi khusus di daerah destinasi yang khusus menangani implementasi pariwisata berkelanjutan. Ia mencontohkan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pemerintah kabupaten ini membuat organisasi atau satuan tugas manajemen pariwisata berkelanjutan yang bertugas mengorganisasi peran antardinas. Di kabupaten itu juga telah mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan plastik. Satuan tugas manajemen pariwisata berkelanjutan di sana mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut.
Co-Founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan menambahkan, tantangan utama penerapan pariwisata berkelanjutan adalah kesadaran masyarakat. Edukasi pentingnya pariwisata berkelanjutan perlu ditingkatkan meski sudah banyak kelompok pengusaha dan organisasi masyarakat sipil menyerukan.
”Masih banyak pula pelaku jasa usaha pariwisata ataupun wisatawan mengetahui konsep pariwisata berkelanjutan, tetapi belum benar-benar menerapkan. Jadi, konsep pariwisata berkelanjutan sebatas narasi kekinian,” kata Indra.
Indra menyampaikan, Bobobox sejak awal berdiri pada 2018 berusaha menerapkan manajemen pariwisata berkelanjutan mulai dari desain modular sampai menggunakan material ramah lingkungan. Bobobox juga berusaha menyediakan berbagai program pemberdayaan kepada warga yang tinggal di sekitar akomodasi Bobobox berdiri.
Sementara itu, menurut Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh, kementerian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Pedoman ini merupakan revisi dari Pedoman Destinasi Berkelanjutan tahun 2016 yang telah sesuai dengan standar Global Sustainable Tourism Council dan telah mendapat pengakuan dari Organisasi Pariwisata Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO).
Indikator pariwisata berkelanjutan terdiri dari pengelolaan, keberlanjutan sosial dan ekonomi, serta keberlanjutan budaya dan lingkungan. Kriteria destinasi pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan di berbagai lokasi dan skala usaha.
Frans menambahkan, adanya pedoman itu sejalan dengan fokus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, yaitu pariwisata berkualitas. Namun, dia mengakui, pasar pariwisata nasional saat ini sedang menghadapi tantangan dari sisi suplai ataupun permintaan.
Dari sisi suplai, beberapa contoh tantangannya adalah komodifikasi produk dan layanan; pengurangan biaya; serta tekanan penggunaan sumber daya manusia, kesehatan, dan keselamatan pascapandemi Covid-19. Sementara dari sisi permintaan, contoh tantangannya yaitu munculnya tren wisata dengan tujuan khusus, wisata untuk mencari validasi dan pengalaman, keamanan, serta meningkatnya minat dalam perjalanan domestik.
”Kondisi (pasar pariwisata) sekarang bisa dikatakan masih transisi menuju pulih dari pandemi Covid-19. Kami tetap mendorong agar pelaku industri tetap mematuhi Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Beberapa destinasi yang telah dikelola sesuai pedoman itu diikuti oleh destinasi lain,” ujar Frans.