Warganet Indonesia Cenderung Menyukai Wisata ”Healing”
Aktivitas berwisata semakin pulih. Selain kota-kota besar, kunjungan ke kota kecil, desa wisata, dan aktivitas di alam terbuka kini juga semakin diminati.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas berwisata semakin pulih. Berdasarkan temuan mahadata Google Destination Insights sepanjang Juni- Agustus 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, minat warganet bepergian ke destinasi dalam dan luar negeri naik 17 persen, sedangkan minat warganet internasional berkunjung ke Indonesia naik 36 persen.
Selain kota-kota besar, wisatawan juga semakin tertarik mengunjungi kota kecil ataupun tujuan wisata yang lebih terpencil, sepi, dan sebelumnya tergolong kurang populer.
Analis industri perjalanan di Google Indonesia, Vania Anindiar, mengatakan, berdasarkan temuan mahadata Google, pencarian kata healing atau proses pemulihan ke arah sehat lekat dikaitkan dengan aktivitas berwisata. Jika dibandingkan dengan 2021, pencarian kata itu di mesin pencari Google naik 500 persen sepanjang 2022.
Kata healing, jika ditelaah lebih jauh, diikuti oleh pencarian ”tempat healing”, ”liburan healing”, ”healing di Bogor”, dan ”healing Yogya” di mesin pencari Google sepanjang tahun 2022. Uniknya, fenomena keseharian ini hanya terjadi di kalangan warganet Indonesia. Kecenderungan ini tidak terjadi pada wisatawan mancanegara (wisman). Mereka cenderung berkunjung ke kota-kota besar yang lebih dulu populer, seperti Jakarta.
Selain kota-kota besar, wisatawan juga semakin tertarik mengunjungi kota kecil ataupun tujuan wisata yang lebih terpencil, sepi, dan sebelumnya tergolong kurang populer.
”Karena kepopuleran tema healing, tujuan wisata yang lebih dianggap damai, terpencil, dan sepi sekarang semakin banyak diminati warganet Indonesia. Desa wisata, misalnya. Sepanjang tahun ini, pencarian ’desa wisata’ di mesin pencari Google tumbuh 68 persen ketimbang 2021,” ujar Vania dalam diskusi daring menyambut Hari Pariwisata Sedunia 2022, Senin (26/9/2022), di Jakarta.
Sejalan dengan fenomena itu, pencarian kata ”Kintamani” di mesin pencari Google naik 64 persen, ”Lombok” naik 34 persen, ”Singkawang” naik 33 persen, ”Ijen” naik 30 persen, ”Danau Toba” naik 26 persen, ”Bunaken” naik 23 persen, dan Sabang naik ”22” persen.
Vania menjelaskan bahwa Google tidak bisa menyampaikan detail profil demografi warganet yang mendorong kemunculan fenomena itu karena alasan data privasi. Meski demikian, Vania menduga, kepopuleran tema ”healing” dilakukan oleh warganet generasi muda.
Co-Founder dan Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa menjelaskan, pemesanan tiket perjalanan melonjak sejak triwulan II-2022 sampai saat ini. Dia mengklaim, pertumbuhan jumlah pemesanan itu telah melebihi pencapaian tahun 2019.
Berdasarkan data internal Tiket.com, setelah pembatasan sosial dilonggarkan, disebutkan Gaery, Bali masih menjadi destinasi yang populer diikuti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Makassar. Selain itu, muncul destinasi-destinasi yang sebelum pandemi tidak terlalu populer, kini malah ramai diminati wisatawan. Sebagai contoh, Banyuwangi dan Malang.
Gaery juga membenarkan, di kalangan wisatawan Nusantara (wisnus) muncul kosakata healing yang dilekatkan dengan aktivitas pelesiran. Berdasarkan pengamatannya, rata-rata pelanggan Tiket.com memaknai kosakata itu untuk bepergian yang berkaitan dengan hobi berolahraga dan aktivitas di luar ruangan.
Sebelum pandemi Covid-19, aktivitas pariwisata olahraga atau sport tourism tidak cukup banyak diminati, tetapi kini malah jadi aktivitas favorit, bagian dari healing. Destinasi Magelang sekarang populer sebagai tempat bersepeda. Lalu, warga juga semakin menyukai berkemah ataupun menginap di fasilitas semikamping nan mewah yang menawarkan pemandangan alam luas (glamping).
Dia berpendapat, kenaikan harga bahan bakar minyak tidak terlalu berpengaruh. Ada sejumlah warga yang merasa butuh healing tetap akan pelesiran. Generasi Z yang biasanya suka mencari destinasi tersembunyi ternyata mampu memengaruhi minat khalayak mengikuti jejak mereka, seperti akhirnya desa wisata menjadi populer.
Sebelum pandemi Covid-19, aktivitas pariwisata olahraga atau sport tourism tidak cukup banyak diminati, tetapi kini malah jadi aktivitas favorit, bagian dari ”healing ”.
Sementara itu, General Manager Online Distribution and Revenue Management Santika Indonesia Hotels and Resorts Agustino Fernando berpendapat, dua tahun pembatasan sosial merupakan waktu yang cukup untuk mendorong warga kembali aktif bepergian. Sama seperti pengalaman di Tiket.com, dia mengklaim pemesanan kamar hotel di Santika Hotels and Resorts tetap, tidak mengalami penurunan meski harga BBM naik.
”Hotel-hotel kami yang memiliki lebih banyak fasilitas ruang terbuka atau open spaces lebih dicari oleh wisatawan. Kami menduga ini ada kaitannya dengan tren healing. Tamu kami ternyata bukan hanya ingin menginap, tetapi juga beraktivitas luar ruangan untuk melepas penat,” ujar Agustino.