Sejumlah emiten pertambangan menggelar transaksi jual beli saham. PT ABM Investama Tbk, misalnya, resmi memiliki 30 persen saham PT Golden Energy Mines Tbk.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah kenaikan harga jual batubara, sejumlah emiten pertambangan di Bursa Efek Indonesia melakukan transaksi jual beli saham. PT ABM Investama Tbk, misalnya, resmi memiliki 30 persen saham pada PT Golden Energy Mines Tbk. PT ABM Investama dan Golden Energy Mines bergerak di sektor pertambangan.
ABM Investama memiliki saham Golden Energy Mines melalui anak usahanya, yakni PT Radhika Jananta Raya. Sebelumnya, ABM tidak memiliki saham pada Golden Energy yang juga merupakan salah satu anak usaha dalam Grup Sinarmas. ABM Investama membeli saham Golden Energy pada harga Rp 3.536 per saham, ditambah dengan imbalan yang ditangguhkan.
”Transaksi pembelian saham ini merupakan bagian dari strategi usaha ABM untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis di seluruh ekosistem usaha dalam Grup ABM,” demikian penjelasan Sekretaris Perusahaan ABM Investama Rinda Donovan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (20/9/2022).
Radhika mendapatkan fasilitas pembiayaan dari Bank Mandiri sebanyaknya 320 juta dollar AS untuk transaksi pembelian saham tersebut. Fasilitas pinjaman ini membuat rasio utang ABM Investama meningkat dalam beberapa tahun ke depan sebelum pinjaman ini dilunasi. Pinjaman tersebut dijamin oleh ABM dan beberapa anak usaha lainnya.
Sementara itu, anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk, yaitu PT Adaro Indonesia, mendapatkan perpanjangan izin operasi menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) hingga tahun 2032. Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Mahardika Putranto menjelaskan, izin tersebut didapatkan pada 14 September 2022.
”IUPK-KOP diberikan dengan jangka waktu sampai dengan 1 Oktober 2032 dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan perundangan,” kata Mahadika dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.
Emiten batubara lain, yakni PT MNC Energy Investment Tbk, melalui anak usahanya yang bergerak pada sektor batubara, yaitu PT Bhakti Coal Resources, menandatangani perjanjian jual beli dengan tiga pihak. Ketiga pembeli tersebut adalah SAII Resouces Pte Ltd, Visa Resources Pte Ltd, dan CPTL Pte Ltd.
Selain perihal jual beli batubara, CPTL Pte Ltd juga akan berinvestasi dalam pembangunan jalan angkut dan konveyor Pelabuhan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, salah satu anak usaha dari Bhakti Coal Resources. Dana investasinya diperkirakan mencapai 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 149 miliar.
Head of Investor Relation MNC Energy Natassa Yunita menjelaskan, perseroan akan memperoleh tambahan pendapatan 108,42 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,62 triliun dari kontrak baru tersebut. ”Kami akan terus mengantisipasi lebih banyak lagi kontrak di masa depan seiring dengan peningkatan produksi. Kontrak pembelian jangka panjang ini menentukan kepercayaan pembeli atas operasional tambang IATA,” ucap Natassa.