Kemenhub Tawarkan Kerja Sama Pengembangan Patimban
Kementerian Perhubungan mengajak perusahaan pengapalan internasional asal Denmark, Maersk Line, dan investor dari sejumlah negara bekerja sama untuk mengembangkan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
ARSIP KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Duta Besar Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen (pertama dari kiri) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua dari kiri) bersama jajaran perusahaan perkapalan asal Denmark, Maersk Line, melihat Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Para pelaku usaha asal Denmark ditawari untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bahkan langsung mengajak Duta Besar Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen bersama jajaran perusahaan pengapalan peti kemas internasional asal Denmark, Maersk Line, untuk melihat aktivitas bongkar muat yang sedang berlangsung di Pelabuhan Patimban.
”Kami tawarkan Maersk Line dan beberapa investor dari sejumlah negara untuk bekerja sama dengan PT Pelabuhan Patimban International yang telah ditunjuk sebagai satu entitas swasta untuk mengembangkan Pelabuhan Patimban. Kita ingin pelabuhan ini berkembang dengan pesat,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat berkunjung ke Pelabuhan Patimban, Jumat (16/9/2022).
Budi, dalam keterangan persnya, menjelaskan, kerja sama dengan Maersk Line sangat potensial. Sebab, perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia yang memiliki potensi pengangkutan dari Asia menuju ke Eropa, Amerika Serikat, maupun Timur Tengah.
Menteri Perhubungan meyakinkan calon investor bahwa kinerja Patimban hingga saat ini cukup menggembirakan. Tahun ini sudah berjalan dan hasilnya di atas yang telah direncanakan pemerintah. ”Awalnya ditargetkan dapat mengangkut 160.000 unit kendaraan, tetapi saat ini sudah mengangkut 200.000 unit. Ini menunjukkan Pelabuhan Patimban sangat potensial,” kata Budi.
Kompas
Ribuan mobil baru siap dikirim melalui Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022). Pengiriman ini disaksikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Duta Besar Denmark untuk Indonesia Lars Bo Larsen.
Pada kesempatan yang sama, Lars Bo Larsen menyambut baik tawaran Pemerintah Indonesia. Dia terkesan dengan kinerja dari Pelabuhan Patimban. Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat ke depan, terutama di wilayah Jawa Barat hingga Jawa Tengah.
”Transportasi laut menjadi satu elemen penting dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan baik dengan Pemerintah Indonesia,” kata Lars dalam keterangan pers tersebut.
Dalam peninjauan itu, Menteri Perhubungan RI bersama Duta Besar Denmark juga memantau aktivitas pengangkutan 2.025 unit mobil oleh Kapal MV Siem Curie di Pelabuhan Patimban. Kapal tersebut datang dari Singapura untuk berangkat kembali menuju ke Batangas/Luzon, Filipina.
Pembangunan Pelabuhan Patimban terbagi dalam tiga tahapan. Tahap pertama terdiri dari dua bagian. Pembangunan bagian awal dari tahap pertama telah diselesaikan. Saat ini, bagian tahap kedua akan dilanjutkan pada Oktober 2022 dan ditargetkan selesai pada tahun 2025.
Pelabuhan Patimban ditargetkan memiliki kapasitas yang sama dengan Pelabuhan Priok, yakni 7,5 juta TEUs peti kemas atau kontainer dan 600.000 kendaraan per tahun pada tahun 2027. Turut hadir dalam kunjungan tersebut Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Arif Toha dan perwakilan Maersk Line serta perwakilan PT Pelabuhan Patimban International.
ARSIP KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Aktivitas pelabuhan bongkar muat di Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022). Pembangunan pelabuhan ini terus dilakukan oleh pemerintah yang diperkirakan dilakukan hingga tahun 2027.
Pengembangan pariwisata
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menandatangani nota kesepahaman pengoperasian kapal wisata Bottom Glass di Labuan Bajo dengan PT Meratus Line di Jakarta, Kamis (15/9/2022), sebagai upaya mendukung pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Penandatanganan dilakukan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Hendri Ginting dan Direktur Utama PT Meratus Line Slamet Raharjo dengan disaksikan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Arif Toha. Nota kesepahaman itu meliputi pengoperasian dua unit kapal wisata bottom glass, yakni Kapal Baswara Bahari 1 dan Baswara Bahari 2, termasuk pemeliharaan dan perawatannya.
Arif Toha mengatakan, penandatanganan MoU itu merupakan langkah awal dalam kegiatan optimalisasi aset barang milik negara (BMN) berupa kapal wisata bottom glass yang selanjutnya akan dituangkan ke dalam perjanjian kerja sama operasional. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah terkait perjanjian kerja sama pengoperasian kapal tersebut secara detail sehingga dapat bermanfaat bagi negara, khususnya bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
”Pengoperasian kapal wisata bottom glass ini dalam rangka membantu pengembangan pariwisata di wilayah Labuan Bajo sebagai bagian dari daerah pariwisata superprioritas, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, serta mampu mendorong perekonomian masyarakat,” ujar Arif.
KORNELIS KEWA AMA
Pelabuhan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Juli 2020. Setelah Labuan Bajo ditetapkan menjadi destinasi superpremium oleh pemerintah, tanah-tanah di Labuan Bajo banyak diminanti baik WNI maupun WNA. Dokumen Humas Manggarai Barat.
Arif mengungkapkan, ke depan kapal itu akan dihibahkan kepada Provinsi NTT. Oleh karena itu, pihaknya berencana melibatkan Pemerintah Provinsi NTT dalam pembuatan perjanjian kerja sama operasionalnya. Dengan demikian, pemanfaatan kapal bottom glass itu dapat lebih tepat sasaran dalam membantu mengembangkan pariwisata Labuan Bajo.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Capt Hendri Ginting mengungkapkan, kapal bottom glass ini merupakan jenis kapal yang pertama kali dibangun oleh anak bangsa yang dilengkapi dengan kaca di bagian bawah kapal. ”Kapal ini dibangun dengan standar peraturan Biro Klasifikasi Indonesia volume VII ‘Rules for Small Vessel Up To 24 Metres’ berjenis catamaran dengan dual hull,” kata Ginting.
Kapal bottom glass ini memiliki panjang 23,1 meter dengan kapasitas GT 129. Sarat kapal sepanjang 2,22 meter, kecepatan sekitar 10 knot, dan mampu menampung 44 penumpang dan 5 anak buah kapal. ”Kapal ini merupakan wujud upaya pemerintah mempercepat pemulihan sektor marine tourism di wilayah Labuan Bajo pascapandemi. Saya berharap pengoperasian kapal ini dapat memberikan hasil yang optimal kepada masyarakat,” ujar Ginting.