Minat wisatawan untuk kembali bepergian usai pelonggaran pembatasan sosial tinggi. Namun, sejumlah tantangan menghadang, di antaranya harga tiket pesawat dan biaya bahan bakar naik.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati sektor pariwisata di Indonesia mulai menggeliat yang ditandai naiknya kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan harga bahan bakar minyak bakal berdampak pada pergerakan wisatawan domestik. Pengendalian harga tiket pesawat agar bisa lebih murah juga menjadi faktor penting menjaga gairah industri pariwisata di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia melalui pintu masuk utama pada Juli 2022 mencapai 476.970 kunjungan. Jumlah ini dianggap sebagai kunjungan tertinggi sejak periode awal pandemi Covid-19. Pintu masuk utama yang dimaksud adalah Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali; Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten; serta Bandara Internasional Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau.
Jumlah kunjungan wisman pada Juli 2022 naik 6.396,46 persen dibandingkan dengan kondisi Juli 2021. Kemudian, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau pada Juni 2022, jumlah kunjungan wisman naik sebesar 38,08 persen. Pencapaian ini, oleh Kepala BPS Margo Yuwono, sejalan dengan mobilitas penduduk yang tinggi dan kepercayaan global ke Indonesia yang semakin baik.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira, pergerakan kunjungan wisman akan sangat bergantung dengan kondisi perekonomian negara asal mereka. Di dalam negeri, kenaikan harga BBM pertalite, biosolar, dan pertamax akan berdampak signifikan ke pergerakan wisatawan Nusantara (wisnus).
”Dengan adanya kenaikan harga BBM itu, inflasi bisa mencapai 7 persen. Jika inflasi naik tinggi, itu akan memengaruhi minat warga beraktivitas di luar rumah, termasuk berwisata. Berkunjung ke destinasi pariwisata mungkin masih akan ada, tetapi pola transportasinya berubah. Wisatawan mungkin akan memilih moda transportasi yang relatif lebih murah atau durasi lama tinggal dikurangi,” kata Bhima saat dihubungi, Minggu (4/9/2022), di Jakarta.
Bagi wisatawan yang selama ini menggunakan kartu kredit ataupun layanan bayar kemudian (pay later), lanjut Bhima, mereka juga harus bersiap menghadapi bunga kredit naik. Kemudian, instansi yang selama ini menjadi wisatawan agenda pertemuan, insentif, konvensi/konferensi, dan pameran (MICE) diperkirakan memangkas anggaran atau mengurangi durasi tinggal.
Terkait naiknya kunjungan wisman tersebut, menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, hal itu tidak bisa dibandingkan dengan data di tahun sebelumnya atau di masa tingginya kasus Covid-19. Pada 2020 dan 2021, pembatasan pergerakan manusia masih tinggi, sedangkan di tahun ini sudah cenderung longgar.
”Lalu lintas kunjungan wisman ataupun pergerakan wisnus memang meningkat, tetapi keuangan industri masih tertekan. Tingkat okupansi hotel per Juli 2022 masih berkisar 40 persen, sedangkan sebelum pandemi Covid-19 bisa mencapai di atas 50 persen. Kenaikan harga BBM diperkirakan mendorong industri transportasi menyesuaikan harga yang akhirnya membuat ongkos operasional hotel naik,” ujar Maulana.
Dukungan pemerintah
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansyah berpendapat, pemerintah sebenarnya bisa menerapkan aturan yang lebih memudahkan wisman masuk ke Indonesia, termasuk kemudahan aksesibilitas mereka berkeliling Indonesia, misalnya harga tiket pesawat domestik yang lebih terjangkau.
”Kalau melihat laporan data BPS, khususnya, peningkatan kunjungan wisman paling banyak masih melalui pintu Bali dan Jakarta. Padahal, hal yang industri butuhkan yaitu pemerataan kunjungan wisatawan ke sejumlah daerah yang berefek ke tingkat okupansi hotel dan belanja devisa,” ujar Budijanto.
Terkait tiket pesawat terbang, Ketua Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Agen Travel Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyampaikan, koreksi harga tiket pesawat atau pemberian subsidi khusus dapat menggairahkan kunjungan wisatawan. Tak hanya mendorong maskapai menurunkan tiket, pemerintah sebaiknya mendorong pengelola bandara untuk bisa memberi potongan harga atau tarif parkir pesawat dan ground handling.
Berdasarkan laporan Barometer Pariwisata Dunia yang dirilis Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) pada 1 Agustus 2022, pariwisata internasional mengalami rebound yang kuat dalam lima bulan pertama di tahun 2022 dengan hampir 250 juta kedatangan internasional. Jumlah kedatangan internasional ini melonjak signifikan jika dibandingkan Januari-Mei 2021 yang sebnayak 77 juta kedatangan.
Di Indonesia, jumlah kunjungan wisman, sesuai data BPS, terlihat merangkak naik sejak April 2022. Meski demikian, pencapaian kunjungan itu belum mampu menyaingi di masa sebelum pandemi Covid-19. Pada Januari hingga Juli 2022, jumlah kunjungan wisman melalui pintu masuk utama mencapai 1,22 juta kunjungan, tetapi pada periode yang sama tahun 2019 tercatat sebanyak 7,2 juta kunjungan.