Pemulihan Ekonomi Topang Kinerja Emiten Peritel di Semester I-2022
Pemulihan ekonomi pascapandemi, situasi daya beli, serta ekspansi dinilai menopang kinerja sejumlah emiten peritel pada semester I-2022. Situasi itu antara lain dialami oleh Sumber Alfaria Trijaya dan Hero Supermarket.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten-emiten peritel sudah melaporkan kinerjanya pada semester pertama tahun 2022. Pewaralaba minimarket Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, misalnya, mencetak pertumbuhan baik pada paruh pertama tahun ini. Demikian pula dengan PT Hero Supermarket Tbk.
Sumber Alfaria Trijaya mencatatkan pendapatan bersih Rp 47,89 triliun pada semester I-2022. Capaian itu naik 13,92 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang Rp 42 triliun. Pendapatan tertinggi disumbang oleh segmen makanan yang naik 16 persen, yakni dari Rp 28 triliun menjadi Rp 33 triliun. Sementara pendapatan segmen bukan makanan naik 8,24 persen menjadi Rp 14,8 triliun.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan Sumber Alfaria Trijaya naik 13,44 persen dari Rp 33,46 triliun menjadi Rp 37,95 triliun. Demikian pengumuman PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk pada Kamis (1/9/2022).
Sementara pendapatan bersih Sumber Alfaria Trijaya mencapai Rp 8,86 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp 7,72 triliun. Dengan demikian, laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk naik 46,93 persen. Laba bersihnya naik dari Rp 853,28 miliar pada Juni 2021 menjadi Rp 1,25 triliun pada semester pertama tahun ini.
Analis Samuel Sekuritas, Pebe Peresia, dalam risetnya memperkirakan, pendapatan Sumber Alfaria Trijaya sepanjang tahun ini akan bertumbuh sekitar 9,5 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara laba bersihnya tumbuh 12,7 persen dibandingkan dengan tahun lalu, sejalan dengan kenaikan daya beli masyarakat, pemulihan ekonomi nasional pascapandemi, serta upaya ekspansi pembukaan gerai baru yang terus dilakukan di luar Jawa.
Pengelola gerai ritel lain, yakni PT Hero Supermarket Tbk, juga telah mengumumkan kinerjanya. Hero membukukan penjualan sebesar Rp 2,14 triliun. Angka ini naik 20 persen dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu yang Rp 1,78 triliun.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan naik dari Rp 1,05 triliun menjadi Rp 1,28 triliun pada semester I-2022. Laba kotor yang diperoleh Hero turun 18 persen dari Rp 861 miliar menjadi Rp 729 miliar.
Hero mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar Rp 123,8 miliar. Kerugian ini lebih kecil dibandingkan dengan kerugian tahun lalu yang tercatat Rp 234 miliar. Rugi periode berjalan dari operasi yang dihentikan juga menurun dari Rp 356,7 miliar menjadi hanya Rp 4,88 miliar pada semester I-2022.
Dengan demikian, kerugian dapat ditekan dari Rp 550,89 miliar pada semester I-2021 menjadi Rp 113,77 miliar pada semester I-2022. Rugi bersih per saham menjadi Rp 28 dari Rp 132 pada periode yang sama tahun 2021.
Komoditas tekan Indofood
Sementara itu, dua emiten Indofood berkinerja lambat pada semester pertama 2022. PT Indofood Sukses Makmur Tbk membukukan penurunan laba bersih sebesar 16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, margin laba bersih Indofood turun dari 7,3 persen menjadi 5,5 persen secara tahunan.
Di sisi lain, walaupun laba Indofood tergerus, penjualannya tetap bertumbuh. Penjualan Indofood tercatat naik 12 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni dari Rp 47,29 triliun menjadi Rp 52,79 triliun. Laba usaha naik 4 persen dari Rp 8,49 triliun menjadi Rp 8,83 triliun.
Laba anak usaha Indofood, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), juga menurun. Laba bersihnya turun 40 persen dari Rp 3,22 triliun menjadi Rp 1,93 triliun.
Menurut Direktur Utama dan CEO Indofood Anthony Salim, meskipun ketidakpastian kondisi global dan volatilitas harga-harga komoditas masih berlanjut, Indofood dapat meraih pertumbuhan nilai penjualan sebesar 12 persen di semester I-2022. ”Kami akan terus memantau perkembangan situasi global dan fokus pada daya saing serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas di pasar dalam negeri dan luar negeri. ICBP juga mengalami beban pokok penjualan hingga mencapai 25 persen menjadi Rp 22,19 triliun dari periode sama tahun lalu,” ujarnya.
Analis RHB Sekuritas, Vanessa Karmajaya, dalam risetnya, Kamis (1/9/2022), mengatakan, ICBP mencatatkan pendapatan sebelum bunga dan pajak terendah sejak triwulan II-2018 yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas. Sementara induknya, Indofood, mencatat rasio net gearing semester I-2022 sebesar 44,6 persen dari satu kali transaksi akuisisi Pinehill.
”Kami memperkirakan Indofood masih akan terus membukukan rugi valas pada triwulan ketiga karena pelemahan rupiah pada Juli-Agustus (2022). Meski demikian, kami memperkirakan penurunan harga komoditas, terutama CPO dan gandum, serta kenaikan rata-rata harga jual dapat mengurangi tekanan margin ke depannya,” kata Vanessa.