JAKARTA, KOMPAS- Sebanyak 76 persen pelajar Indonesia sudah memiliki tabungan di perbankan dengan nilai total Rp 27 triliun.Memiliki tabungan bank, menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk rajin menabung agar lebih sejahtera di kemudian hari. Beberapa tahun mendatang Indonesia akan menikmati bonus demografi, dimana jumlah anak muda lebih besar dari orang tua. Oleh karena itu, generasi muda yang sejahtera juga akan mendorong maju perekonomian Indonesia.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi mengatakan, berdasarkan data Agustus 2022, saat ini ada 49,6 juta rekening pelajar dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), hingga perguruan tinggi.
Jumlah tersebut setara dengan 76 persen dari total pelajar pada jenjang itu yakni 65 juta orang. Nilai total tabungan seluruh pelajar yang mencapai Rp 27 triliun itu disimpan pada sekurangnya 200 bank, baik bank swasta, himpunan bank negara (Himbara), maupun bank pembangunan daerah (BPD).
“Jumlah ini menggembirakan sekali. Memiliki rekening bank adalah pintu gerbang awal anak muda ini untuk gemar menabung. Setelah itu mereka jadi lebih tertarik merencanakan keuangan dan berinvestasi,” ujar Friderica dalam puncak acara Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) serta Program Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda) bertajuk “Kejar Prestasi Generasi Muda/KREASIMUDA”, yang digelar secara hibrida di Jakarta, Selasa (23/8/2022). Pada kesempatan itu turut hadir ratusan pelajar, baik dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Friderica menambahkan, semakin banyak pelajar yang memiliki tabungan bank, semakin mudah pula upaya Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan. Dengan kata lain, semakin banyak masyarakat memiliki akses layanan jasa keuangan. Sebab, menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada 2019, indeks inklusi keuangan baru sebesar 76,19 persen. Artinya, masih ada 23,81 persen masyarakat yang belum menikmati akses layanan jasa keuangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada kesempatan yang sama mengatakan, banyaknya anak muda yang memiliki rekening bank menumbuhkan harapan generasi muda yang lebih sejahtera pada masa mendatang. Apalagi, dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan menikmati bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia muda lebih banyak ketimbang yang lebih tua.
”Kita memiliki rencana untuk membawa perekonomian Indonesia menjadi maju dan sejahtera pada masa mendatang. Kami, orang dewasa ini, hanya mengantarkan. Para anak muda ini yang akan mencapai dan menikmati itu,” ujar Airlangga.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, jumlah tabungan pelajar ini juga berdampak positif pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan serta pendalaman pasar keuangan secara keseluruhan. Dana ini pun bisa digulirkan dengan fungsi intermediasi perbankan menjadi dana pembangunan negara.
”Pemanfaatan menabung ini dahsyat. Bermanfaat bagi pelajar dan juga negara,” ujar Mahendra.
Memiliki rekening bank adalah pintu gerbang awal anak muda ini untuk gemar menabung. Setelah itu, mereka jadi lebih tertarik merencanakan keuangan dan berinvestasi.
Sejak dini
Dalam sesi bincang-bincang sebagai bagian dari acara itu, Perencana Keuangan Zap Finance Prita Hapsari Ghozie mengatakan, mulai menabung sejak dini, apalagi masih ketika usia anak-anak, adalah hal yang amat penting. Dengan disiplin menabung, pola pikir anak akan terbiasa merencanakan keuangan untuk bisa mendapatkan sesuatu. Anak pun terbiasa untuk hidup berhemat dan bisa membedakan kebutuhan dengan keinginan.
”Praktik menabung sejak dini memberi banyak manfaat bagi anak-anak,” ujar Prita.
Hal ini diakui oleh Riski, siswi Madrasah Aliyah Negeri 1 Jakarta. Ia mengaku, setiap pekan memperoleh uang jajan dari orangtuanya. Sebagian uangnya disisihkan untuk menabung, sedangkan sebagian lainnya untuk jajan, transportasi, dan pulsa.
”Dengan rajin menabung, saya terbiasa memilah-milah dan menyisihkan uang saya,” ujar Riski.
Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih meminta siswa-siswa untuk membantu orangtuanya agar hanya menabung di bank-bank yang telah menjadi peserta penjaminan LPS. Ini agar tabungan siswa bisa tetap tersimpan dengan aman.
Baca juga: Generasi Muda Masih Gagap Berinvestasi dan Merencanakan Keuangan