Generasi Muda Masih Gagap Berinvestasi dan Merencanakan Keuangan
Hasil survei OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 menyebutkan, 78 persen anak muda tidak memahami cara kerja dan risiko produk investasi. Lalu, 80 persen anak muda belum mencatat anggaran pengeluarannya.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati pertumbuhan cepat jumlah investor banyak didorong oleh kehadiran kalangan anak muda, ternyata masih banyak dari mereka yang belum memahami betul produk investasi dan perencanaan keuangan. Generasi muda perlu mulai mengubah hal ini agar bisa mencapai kesehatan finansial yang baik sehingga bisa memenuhi harapan generasi mendatang yang lebih sejahtera.
Hasil survei Financial Fitness Index 2022 yang dirilis OCBC NISP bekerja sama dengan NielsenIQ Indonesia menyebutkan, 78 persen anak muda tidak memahami cara kerja dan risiko produk investasi. Selain itu, hanya 9 persen yang memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabungan berjangka.
Dari aspek perencanaan keuangan, 80 persen anak muda belum mencatat anggaran belanja atau pengeluarannya. Dari jumlah anak muda yang telah menyusun penganggaran, baru 8 persen anak muda yang menggunakan uangnya sesuai dengan anggaran yang dibuat.
Survei ini mengambil 1.335 responden usia 25-35 tahun di lima wilayah, yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek); Surabaya; Medan; Bandung; dan Makassar. Kriteria responden adalah telah memiliki rekening bank, berpenghasilan bulanan minimal Rp 5 juta per bulan, dan pengambil utama keputusan terkait produk perbankan. Adapun survei yang dilakukan pada April-Mei 2022 ini menggunakan metode mencari responden yang sesuai dengan kriteria (random sampling dan purposive sampling).
Dengan berbagai indikator tersebut, disimpulkan bahwa kesehatan finansial (financial fitness) anak muda Indonesia pada 2022 di level 40,06, meningkat ketimbang 2021 yang sebesar 37,72. Capaian ini jauh di bawah kesehatan finansial anak muda Singapura yang ada di level 62.
”Financial Fitness Index merupakan studi yang mengukur kesehatan finansial generasi muda, dilihat dari sikap dan perilaku terhadap cara pengelolaan finansial, mulai dari yang dasar sampai ke pencapaian merdeka finansial,” ujar Director Consumer Insights NielsenIQ Indonesia Inggit Primadevi pada konferensi pers OCBC NISP Financial Fitness Index 2022, Senin (15/8/2022), di Jakarta.
Tingkat literasi nasional pada angka 38,03 persen, artinya masih ada 61,97 persen warga yang belum memahami tentang layanan produk jasa keuangan.
Data masih rendahnya pemahaman soal berinvestasi dan keuangan itu sejalan dengan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2019 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tingkat literasi nasional pada angka 38,03 persen, artinya masih ada 61,97 persen warga yang belum memahami tentang layanan produk jasa keuangan.
Padahal, generasi muda saat ini sedang gencar-gencarnya terjun ke dunia investasi. Salah satunya tecermin dari investor pasar modal yang kini didominasi oleh anak muda. Sebanyak 60 persen investor pasar modal adalah mereka yang berusia di bawah 30 tahun.
Perencana keuangan Tjokro Wimantara menjelaskan, masih rendahnya keterampilan pengelolaan uang dan investasi dari generasi muda salah satunya dikarenakan belum adanya materi pelajaran formal terkait hal tersebut. Selain itu, topik pengelolaan keuangan dan investasi masih acapkali dianggap sesuatu yang tabu dalam pembicaraan di dalam keluarga ataupun masyarakat sekitar.
Kendati demikian, Tjokro mengatakan, anak muda tak perlu kecil hati. Sebab, masih memiliki jangka waktu yang panjang untuk mulai mengelola dan berinvestasi.
Ditambahkan oleh perencana keuangan lainnya, Fellexandro Ruby, generasi muda bisa memulai perencanaan keuangan dengan mulai mencatat kebutuhan serta menetapkan target finansial di masa mendatang. Dengan munculnya kesadaran akan kondisi keuangan dan target finansialnya, barulah generasi muda mencari informasi tentang berbagai instrumen investasi yang bisa membantunya mencapai tujuan keuangannya tersebut.
”Kebiasaan menabung, pengelolaan keuangan, dan berinvestasi ini perlu ditumbuhkan sedini mungkin. Kalau merasa sudah terlambat, mulailah saat ini juga,” ujar Ruby.
Ruby menambahkan, dengan generasi muda yang sudah mencapai kesehatan finansial yang baik, maka muncul pula harapan masyarakat tentang generasi mendatang yang lebih sejahtera. Menyambut bonus demografi dan cita-cita generasi emas Indonesia, lanjut Ruby, generasi muda harus mulai berdaya dan sehat kesehatan finansial.
Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP mengkhawatirkan kondisi generasi muda yang belum memiliki kesadaran pentingnya perencanaan keuangan dan investasi. Untuk memfasilitasi generasi muda lebih melek perencanaan keuangan dan memudahkan berinvestasi, pihaknya merilis aplikasi Nyala. Di dalam aplikasi ini, nasabah bisa mengecek kesehatan keuangan dan mempelajari ilmu perencanaan keuangan.