Untuk Milenial, Perencanaan Keuangan Tak Perlu Menunggu Kaya
Semakin dini usia seseorang berinvestasi, maka semakin panjang horizon waktu yang dimilikinya untuk memperoleh imbal hasil yang memuaskan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
Masih banyak kalangan milenial yang menunda merencanakan keuangan. Mereka beranggapan, menabung, berinvestasi, dan merencanakan keuangan itu menunggu kalau sudah kaya atau kalau sudah mau berkeluarga. Padahal, perencanaan keuangan dan investasi sejak usia dini justru akan menjadi sarana mereka menjalani kehidupan finansial tercukupi.
Perencana keuangan Zap Finance, Prita Ghozie, mengatakan, masih banyak kekeliruan cara pandang kaum milenial yang baru mulai berinvestasi ketika sudah banyak uang. Tidak ada waktu yang paling tepat dalam berinvestasi selain secepat mungkin dilakukan.
”Buat milenial yang baru bekerja atau masih kuliah, namun menjelang bekerja, ayo mulai menabung, berinvestasi, dan merencanakan keuangan untuk masa depan. Jangan tunggu kaya dulu baru berinvestasi. Mulai saat ini juga,” ujar Prita dalam bincang-bincang bertajuk ”Jadi Milenial yang Cerdas Keuangan dan Investasi”, Rabu (6/7/2022).
Malahan, lanjut Prita, karena generasi milenial ini belum kaya, justru berinvestasi dan merencanakan keuangan itu harus segera dilakukan. Dengan perencanaan keuangan yang matang, seseorang dapat menata kehidupannya dengan lebih terencana. Seseorang yang memiliki tujuan dan perencanaan keuangan, lanjutnya, akan lebih bisa mengalokasikan belanjanya sesuai kebutuhan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
Ia menambahkan, menyisihkan uang untuk berinvestasi bukan berarti otomatis dapat langsung memberikan imbal hasil yang menaikkan kekayaan. Sebab, setiap instrumen investasi mengandung risiko. Generasi milenial perlu memahami profil risiko, tujuan keuangan, sehingga bisa memilih instrumen investasi yang tepat.
”Jadi, paradigma yang tepat adalah menyisihkan uang untuk berinvestasi dan mengelolanya dengan sebaik mungkin,” kata Prita.
Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Priyanto Budi Nugroho menambahkan, generasi milenial perlu meneladani Warren Buffet. Selama bertahun-tahun dia selalu berada di urutan 10 besar orang terkaya dunia. Ini merupakan buah dari ketekunannya menabung dan berinvestasi sejak anak-anak.
”Semakin muda seseorang berinvestasi, maka semakin panjang horizon waktu yang akan dijalaninya sehingga bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih memuaskan,” ucap Priyanto.
Kesadaran dan keinginan generasi milenial untuk berinvestasi terus meningkat. Ini salah satunya tecermin dari generasi milenial yang mendominasi sebagai investor di pasar modal. Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Mei 2022, sebanyak 59,91 persen investor pasar modal Indonesia berusia kurang dari 30 tahun.
Literasi dan edukasi
Kendati jumlahnya mendominasi, investor milenial ini masih perlu terus-menerus diedukasi tentang bagaimana cara kerja lembaga jasa keuangan beserta risikonya.
Berkaca dari Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2019 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan warga Indonesia baru mencapai 38,03 persen. Artinya, masih ada 61,97 persen warga lain yang belum memahami jasa keuangan beserta risikonya. Survei ini diperoleh dari 12.773 responden dengan usia di bawah 35 tahun atau generasi milenial ke bawah mencapai 39 persen.
Budi mengatakan, kalangan milenial ini perlu terus-menerus diedukasi seputar perencanaan keuangan dan instrumen investasi yang tepat beserta risikonya. Ia berpesan kepada generasi milenial untuk mengingat selalu konsep 2L sebelum berinvestasi yakni legal dan logis.
Investor muda harus mengecek terlebih dahulu apakah institusi yang menawarkan investasi itu legal dan resmi diawasi oleh regulator. Selain itu, investor muda harus mencermati apakah imbal hasil tawaran investasi itu masuk akal atau tidak. Sebab, apabila terlalu menarik dan tak masuk akal, kemungkinan besar tawaran investasi itu merupakan penipuan.
”Generasi milenial ini calon penerus bangsa. Mereka yang kelak membangun perekonomian negara. Jadi, baik sekali jika mereka mulai berinvestasi, merencanakan keuangan, dan melek keuangan sejak dini,” ujarnya.