Menggairahkan Lagi Belanja lewat Pesta Diskon di Mal
Kebangkitan pusat perbelanjaan dan peritel sudah dimulai. Namun, sejumlah tantangan harus dijawab untuk terus mendorong daya belanja konsumen.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-77 RI menjadi momentum pusat perbelanjaan dan peritel untuk menggelar pesta diskon hingga 77 persen. Semarak diskon yang digelar secara serentak di seluruh Indonesia bertujuan menggairahkan pengunjung kembali datang ke pusat perbelanjaan atau mal dan meluangkan waktu berbelanja.
Alphonzus Wijaja, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, menjelaskan, pesta diskon bertajuk Indonesia Shopping Festival (ISF) ini akan berlangsung pada 11-21 Agustus 2022. Program ini pertama kali digelar serentak pada hampir 400 pusat perbelanjaan di Indonesia. Sebelumnya, hampir setiap tahun setiap mal menggelar promosi dan acara untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI.
Tradisi ini terhenti di masa pandemi Covid-19. Namun, seiring pandemi mereda, pesta diskon belanja dibuat lebih serentak supaya gaungnya lebih kuat.
Alphonzus menuturkan, sudah dua tahun terakhir pusat perbelanjaan dan peritel dalam kondisi berat karena terdampak pandemi. Sepanjang tahun 2020, tingkat kunjungan ke mal hanya sekitar 50 persen dari kondisi normal. Pada 2021, kunjungan berkisar 60 persen. Seluruh mal menahan diri untuk mengadakan kegiatan yang memicu kerumunan. Perayaan HUT Kemerdekaan RI di mal pun ikut terhenti.
Sepanjang tahun 2020, tingkat kunjungan ke mal hanya sekitar 50 persen dari kondisi normal. Pada 2021, kunjungan berkisar 60 persen.
Kini, pandemi Covid-19 dinilai relatif terkendali dan pemerintah semakin melonggarkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Tahun ini, APPBI memperkirakan tingkat rata-rata kunjungan mal secara nasional mencapai 80 persen dari kondisi normal, bahkan bisa mencapai 90 persen. Tahun 2023, pusat perbelanjaan diprediksi pulih.
Seiring itu, tingkat penjualan di mal juga terus membaik. Memasuki semester II (Juli-Desember) 2022, tingkat penjualan di mal diperkirakan mencapai 70-80 persen dari kondisi normal sebelum pandemi.
Dalam kondisi normal, nilai total transaksi dari 400 pusat perbelanjaan anggota APPBI berkisar Rp 60 triliun per bulan. Adapun saat ini, nilai transaksi rata-rata Rp 42 triliun per bulan.
Ajang ISF diharapkan turut menggairahkan pengunjung ke mal sehingga meningkatkan penjualan ritel. Nilai transaksi dari Rp 42 triliun per bulan ditargetkan menjadi Rp 50 triliun per bulan selama ISF.
”Tantangannya adalah daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global,” kata Alphonzus.
Dari 96 pusat perbelanjaan di DKI Jakarta yang tergabung dalam APPBI, sekitar 10 persen sudah bangkit. Namun, masih banyak pusat perbelanjaan yang masih dalam kondisi berat dan jalan di tempat.
Menurut Ketua Dewan Pengurus Daerah APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat, pandemi Covid-19 telah banyak mengubah pusat perbelanjaan dan ritel, serta konsumen. Dari 96 pusat perbelanjaan di DKI Jakarta yang tergabung dalam APPBI, sekitar 10 persen sudah bangkit. Namun, masih banyak pusat perbelanjaan yang masih dalam kondisi berat dan jalan di tempat.
Sementara itu, profil pengunjung mal terbelah ke dalam tiga golongan. Pertama, kelompok konsumen yang berani dan nyaman datang ke pusat perbelanjaan. Golongan kedua, konsumen yang masih ragu-ragu datang ke mal, terutama dengan adanya viral pemberitaan seputar Covid-19.
Adapun golongan ketiga, konsumen yang sama sekali belum berani ke mal karena tidak divaksin atau tidak terkoneksi dengan aplikasi Peduli Lindungi karena mendapat vaksin di luar negeri ataupun alasan lain. Pusat perbelanjaan harus berkolaborasi dengan peritel menggarap golongan kedua dan ketiga dengan beragam inovasi kegiatan.
”Peritel harus berinovasi dan jeli melihat kebutuhan masyarakat. Ketika semua ritel serempak melakukan inovasi, saya rasa pergerakan ekonomi semakin cepat,” kata Ellen.
Tahun ini optimisme tumbuh dari meningkatnya kunjungan ke mal dan toko ritel. Meski demikian, tingkat persaingan jenama lokal dengan internasional masih cukup tinggi.
General Manager Metrox Group Johan Sebastian membenarkan, dua tahun terakhir merupakan tantangan besar bagi peritel. Namun, tahun ini optimisme tumbuh dari meningkatnya kunjungan ke mal dan toko ritel. Meski demikian, tingkat persaingan jenama lokal dengan internasional masih cukup tinggi.
Peritel dan jenama lokal dituntut kreatif dalam promosi dan penjualan produk melalui kanal luring dan daring (O2O). Selain itu, juga menciptakan kenyamanan belanja bagi konsumen untuk bisa bersaing dengan kompetitor asing. Apalagi, di sebagian mal, sebanyak 70-80 persen peritel merupakan jenama internasional.
”Kemudahan bagi mereka (konsumen) harus diprioritaskan, tidak hanya fokus penjualan saja,” kata Johan.
Ketua Tim pada Direktorat Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Widiantoro PW mengemukakan, kebangkitan dunia ritel dan pusat perbelanjaan sudah dimulai sejak April 2022. Pada triwulan I (Januari-Maret) 2022, perekonomian tumbuh 5,1 persen. Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusi 53,65 persen terhadap produk domestik bruto.
Pada Juni 2022, penjualan eceran ditaksir tumbuh 15,4 persen secara tahunan. Ini sejalan dengan peningkatan penjualan kelompok barang konsumsi, terutama makanan minuman, tembakau, subkelompok sandang, serta suku cadang dan aksesori. Kebangkitan ritel diyakini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
”Momentum (pemulihan) kita jaga agar pertumbuhan ekonomi bangkit, daya beli masyarakat terus meningkat, sehingga pusat perbelanjaan dan ritel dapat menyerap keuntungan dan mendapat kunjungan yang lebih besar dibandingkan sewaktu pandemi,” ujarnya.
Meski demikian, pemulihan sektor ritel diharapkan tidak hanya dirasakan pelaku usaha besar, tetapi juga usaha, kecil, dan menengah (UMKM). Ia meminta pelaku ritel dan pusat perbelanjaan turut membantu UMKM untuk bangkit. ”Bangkit harus bersama-sama dan pulih bersama supaya (pemulihan) merata,” kata Widiantoro.