Pusat perbelanjaan bakal membutuhkan waktu lebih panjang untuk bisa bangkit pascapandemi Covid-19. Tekanan terhadap mal diprediksi berlangsung sampai akhir tahun ini.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan diprediksi menghadapi tekanan berat hingga akhir tahun ini. Okupansi mal terus menurun dengan tarif sewa yang juga cenderung turun sejalan dengan pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Pemulihan mal diperkirakan masih butuh waktu panjang.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Wijaya menilai, perpanjangan kembali PPKM level 4 membawa kondisi pusat belanja semakin mengkhawatirkan. Penutupan usaha yang berkepanjangan akan mengakibatkan kembali banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) dan memulai terjadinya penutupan usaha para penyewa secara permanen.
Saat ini, tingkat okupansi pusat belanja rata-rata 70-80 persen dan diperkirakan cenderung turun sampai akhir tahun nanti. Beberapa pusat perbelanjaan baru terpaksa harus buka dengan tingkat okupansi yang masih rendah untuk menghindari kerugian lebih besar. Pusat belanja yang akan beroperasi dalam waktu dekat itu merupakan proyek-proyek yang pembangunannya sudah selesai sejak beberapa waktu lalu, tetapi tertunda pembukaannya akibat dampak pandemi Covid-19.
”Kondisi usaha pusat perbelanjaan masih akan berada dalam tekanan berat sampai dengan akhir tahun 2021 ini,” kata Alphonzus saat dihubungi, Selasa (3/8/2021).
Kondisi usaha pusat perbelanjaan masih akan berada dalam tekanan berat sampai dengan akhir tahun 2021 ini.
Menurut Alphonzus, relaksasi terhadap pusat perbelanjaan mendesak diberikan pemerintah setelah PPKM diperpanjang untuk menjaga daya tahan pusat perbelanjaan. Adapun upaya membangkitkan kondisi mal bakal memakan waktu lebih panjang. Berdasarkan pengalaman selama ini, untuk menaikkan tingkat kunjungan 10- 20 persen diperlukan waktu sekitar tiga bulan.
Laporan konsultan properti Cushman & Wakefield menyebutkan, rata-rata tingkat hunian di ritel Jakarta terus menurun. Pada triwulan II (April-Juni) 2021, tingkat okupansi pusat belanja 76,6 persen, turun 0,4 dari triwulan I (Januari-Maret) 2021. Sejak awal pandemi Covid-19 tahun 2020, tercatat tidak ada kenaikan rata-rata harga sewa dan biaya layanan pada pasar ritel Jakarta. Situasi itu diprediksi berlanjut hingga akhir tahun ini.
Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo mengemukakan, sebelum liburan Idul Fitri, beberapa penyewa di pusat perbelanjaan besar dengan kegiatan bisnis yang berangsur membaik mulai membayar tarif sewa normal dan beberapa penyewa masih menerima diskon harga sewa atau penundaan pembayaran sewa.
Akan tetapi, dengan gelombang kedua kasus Covid-19 dan berlanjutnya PPKM, pemilik mal perlu meninjau kembali kondisi setiap penyewa terkait pandemi secara satu per satu, seperti telah dilakukan pada awal pandemi.
Pada triwulan I (Januari-Maret) 2021, tercatat satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan mulai beroperasi, yakni Pondok Indah Mall 3. Adapun Aeon Mall Southgate di Jakarta Selatan juga diperkirakan masuk ke pasar ritel Jakarta pada akhir 2021.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mande merilis, ritel modern yang tutup akibat berlanjutnya pandemi Covid-19 selama Januari-Juni 2021 bertambah 200 toko swalayan. Tahun 2020, jumlah ritel modern yang tutup sekitar 1.300 toko ritel. Ritel itu mencakup pasar swalayan, minimarket, supermarket, hipermarket, dan pedagang grosir.
”Dana cadangan untuk bertahan sudah hampir habis. Sektor swalayan dan mal yang menyerap tenaga kerja hampir tidak mendapat bantuan dan insentif untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19,” katanya (Kompas, 22/7/2021).