Tiga saham baru menjadi anggota indeks LQ45, yakni Bank Jago, Bank Syariah Indonesia, dan Indika Energy. Ketiganya masuk dalam daftar 45 saham terlikuid dari 700-an saham di Bursa Efek Indonesia.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Pergerakan indeks pada perdagangan sesi pertama terpantau di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (27/1/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Mulai 1 Agustus ini, susunan beberapa indeks utama di Bursa Efek Indonesia atau BEI berubah. Salah satu indeks yang memiliki konstituen baru ialah indeks LQ 45 yang memuat 45 saham terlikuid dari 700-an saham di BEI.
Tiga saham baru yang masih menjadi anggota indeks LQ 45 ialah PT Bank Jago Tbk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, dan PT Indika Energy Tbk. Saham ini masuk ke Indeks LQ 45 pada periode Agustus 2022 hingga Januari 2023.
Saham pendatang baru ini menguat pada akhir sesi pertama perdagangan Senin (1/8/2022). Harga saham Bank Jago, misalnya, naik 1,42 persen menjadi Rp 10.725 per saham, sementara harga saham Indika naik 2,25 persen menjadi Rp 2.730 per saham, dan saham Bank Syariah Indonesia naik 0,92 persen menjadi Rp 1.650 per saham.
Untuk masuk ke dalam jajaran Indeks LQ 45, ada beberapa persyaratan, seperti saham tersebut memiliki kondisi keuangan serta prospek pertumbuhan nilai transaksi perusahaan yang cukup tinggi. Selain itu saham sudah tercatat di bursa minimal selama tiga bulan.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Handy Noverdanius dalam risetnya menyebutkan, nasabah Bank Jago akan terus bertambah. ”Tecermin pada triwulan II, nasabah bertambah lebih dari 1 juta pengguna sehingga total pengguna yang sudah lulus proses know your costumer menjadi lebih dari 3,3 juta pada akhir Juni,” demikian diungkapkan Handy.
Perkembangan pertumbuhan kredit Bank Jago sampai dengan 2021
Akuisisi pengguna melalui ekosistem GoTo meningkat menjadi 20-25 persen pada akhir Juni 2022 dibandingkan dengan -3 persen dari total pengguna pada akhir Juni 2021. Handy mencermati, saat ini Bank Jago berkolaborasi dengan BFI Finance untuk meluncurkan produk pinjaman juga dengan mitra otomotif lainnya, yakni Carsome. ”Namun, kami percaya, terlalu dini untuk memasukkan hal ini ke dalam perkiraan kami,” kata Handy.
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Jennifer Harjono mencermati, Indika yang merupakan emiten batubara sudah berkomitmen untuk melakukan diversifikasi portofolionya ke bisnis non-batubara. Hal itu terlihat dari langkah divestasi Mitrabahtera dan Petrosea. Pada triwulan pertama 2022, sebanyak 88,6 persen pendapatan Indika diperoleh dari batubara karena harga komoditas tersebut sedang tinggi.
”Indika berencana meluncurkan kendaraan listrik roda dua pada triwulan III-2022. Kami percaya bisnis kendaraan listrik dapat tumbuh pesat karena pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pusat produksi regional. Kami juga melihat potensi pertumbuhan tenaga surya karena energi terbarukan diproyeksikan memberikan porsi yang lebih besar daripada pasokan energi di Indonesia,” kata Jennifer dalam risetnya.