Perkuat Penelitian untuk Hadapi Krisis Pangan Global
Kolaborasi berbagai negara dibutuhkan dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Hal ini dapat ditempuh, antara lain, melalui kerja sama penelitian dan pengembangan sorgum.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
ISMAIL ROSYADI - KANTOR STAF PRESIDEN
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima kedatangan peneliti pangan dari 12 negara di Jakarta, Sabtu (30/7/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Penguatan penelitian di bidang pangan dinilai penting untuk menghadapi ancaman krisis pangan global. Kolaborasi peneliti dari berbagai negara diperlukan karena tantangan pangan dihadapi oleh semua negara di dunia.
”Tantangan pangan tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh semua negara. Untuk itu saya mendorong adanya kolaborasi peneliti pangan dari berbagai negara. Salah satu tanaman yang sangat berpotensi, tetapi belum banyak dikembangkan, adalah sorgum,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menerima kedatangan peneliti pangan dari 12 negara, Sabtu (30/7/2022).
Tantangan pangan tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh semua negara. Untuk itu saya mendorong adanya kolaborasi peneliti pangan dari berbagai negara.
Sebagai informasi, para peneliti pangan yang diterima Moeldoko di Bina Graha, Jakarta, tersebut berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Jordania, Mongolia, dan Pakistan.
ISMAIL ROSYADI - KANTOR STAF PRESIDEN
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima kedatangan peneliti pangan dari 12 negara di Bina Graha, Jakarta, Sabtu (30/7/2022).
Pada pertemuan tersebut, Moeldoko mengatakan, saat ini Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan tanaman sorgum sebagai salah satu alternatif pangan. Para peneliti Indonesia pun mulai mengembangkan varietas sorgum unggulan, yakni yang lebih tahan lama dan memiliki produktivitas lebih tinggi.
Moeldoko menuturkan, sorgum merupakan tanaman yang sangat bermanfaat, bahkan dapat dikatakan sebagai tanaman unggul. Hal ini karena sorgum memiliki banyak kelebihan, baik dari segi gizi maupun kesehatan.
”Sangat baik untuk masyarakat yang ingin mengonsumsi makanan yang tinggi protein sekaligus menghindari diabetes dan gluten,” katanya.
Pada kesempatan itu, peneliti pangan Indonesia, Soeronto Human, menyampaikan, sorgum unggul dari sisi kecocokan lahan di Indonesia. Sayang, sampai saat ini masyarakat Indonesia masih terbiasa mengonsumsi beras dan gandum.
Terkait hal tersebut, dinilai perlu ada perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan dan memanfaatkan sorgum sebagai salah satu alternatif pangan. ”(Ditinjau) dari segi penelitian, masih banyak yang bisa dipelajari peneliti Indonesia dari negara-negara lain,” ujar Soeronto yang juga peneliti utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sebelumnya para peneliti pangan dari 12 negara tersebut mengikuti pelatihan dan penelitian bersama terkait tanaman sorgum di Jonggol, Jawa Barat, Rabu (27/7/2022). Dalam pelatihan tersebut, para peneliti pangan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan dan pengolahan tanaman orgum menjadi sumber pangan, biomas, bioenergi, dan gula atau pemanis.
KANTOR STAF PRESIDEN
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Beberapa waktu lalu, ajakan untuk bekerja sama mengembangkan industri pangan sorgum juga disampaikan Moeldoko saat menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (21/7/2022).
”Di tengah ancaman krisis pangan global, Indonesia sudah mulai mencoba mengembangkan beberapa alternatif pangan, salah satunya sorgum di NTT. Akan sangat bagus kalau Australia punya pengalaman tentang ini dan bisa mengembangkan tanaman sorgum bersama Indonesia,” kata Moeldoko.
Tawaran Moeldoko ini dilandasi alasan sebagian wilayah utara Australia, misalnya kota Darwin, yang memiliki kesamaan kondisi geografis dan iklim dengan wilayah NTT di Indonesia. Kondisi ini dinilai memungkinkan untuk pengembangan bersama tanaman biji-bijian sorgum.
Saya mengerti bahwa Indonesia sedang mencari sumber-sumber pangan alternatif atau melihat peluang untuk memperluas komoditasnya. Saya tentu akan menyampaikan kepada mereka (komunitas ahli dan industri di Australia) terkait sorgum.
Dubes Penny Williams pun merespons tawaran Moeldoko tersebut. ”Saya mengerti bahwa Indonesia sedang mencari sumber-sumber pangan alternatif atau melihat peluang untuk memperluas komoditasnya. Saya tentu akan menyampaikan kepada mereka (komunitas ahli dan industri di Australia) terkait sorgum,” kata Williams.