Bentoel Keluar dari Bursa, Proses Ditargetkan Tuntas Tahun Ini
Keputusan beralih dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup atau ”go private” diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pada 2021. Perseroan menempuh tiap tahap sesuai peraturan perundang-undangan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bentoel International Investama Tbk melanjutkan proses perubahan status dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup serta keluar dari papan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia atau delisting. Bentoel berupaya mengundang para pemegang saham independen untuk berpartisipasi. Proses delisting itu ditargetkan tuntas pada tahun 2022.
Keputusan untuk beralih menjadi perusahaan tertutup (go private) dan menghapus pencatatan saham dari Bursa Efek Indonesia (delisting) telah diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pada 2021. Dalam prosesnya, tenaga-tenaga profesional dilibatkan untuk memastikan tahapan berjalan sesuai peraturan berlaku.
Direktur Bentoel Internasional Investama Dinar Shinta Ulie pada paparan publik (public expose) setelah rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perusahaan tersebut, di Jakarta, Rabu (27/7/2022), mengatakan, proses go private dan delisting masih berlanjut. Pihaknya memastikan untuk terus berupaya mengundang para pemegang saham independen.
”Terutama mereka yang belum memberikan respons. Secara umum, pemegang 99 persen saham masih sama, sedangkan partisipasi pemegang saham independen sudah sekitar 7 persen. Kewajiban untuk memberi update kepada para pemegang saham independen sudah kami lakukan. Target kami (tuntas) tahun ini,” kata Dinar.
Dinar menambahkan, pihaknya pun yakin proses itu akan berjalan lancar karena niat baik untuk mengembalikan kepemilikan pemegang saham sudah cukup lama. Para pemegang saham diharapkan dapat merasakan manfaat melalui proses tender offer yang telah berjalan sejak 2021.
Menurut Dinar, proses delisting tersebut tidak berpengaruh pada kinerja perusahaan. ”Tak ada hubungannya dengan kegiatan bisnis perusahaan. Jadi, dua hal terpisah. Yang jelas, kami dibantu oleh konsultan dengan keahlian di bidangnya. Kemudian, juga terus berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya.
Dalam laporan kinerja Bentoel Group pada 2021, penjualan bersih Bentoel menurun dalam tiga tahun terakhir, yakni dari Rp 20,8 triliun pada 2019, Rp 13,9 triliun pada 2020, dan Rp 8,4 triliun pada 2021. Jumlah aset juga menurun dari Rp 17 triliun pada 2019, menjadi Rp 12,5 triliun pada 2020, dan Rp 9,4 triliun pada 2021.
Adapun nilai ekspor Bentoel Group relatif stabil, yakni Rp 2,7 triliun pada 2019, Rp 2,9 triliun pada 2020, dan Rp 2,7 triliun pada 2021. Sementara destinasi ekspor untuk produk-produk Bentoel meningkat dari 20 negara pada 2019, menjadi 22 negara pada 2020, dan 23 negara pada 2021.
"Untuk nilai (target 2022) belum dapat kami rilis, tetapi kami semua mengerjakan yang terbaik. Namun, yang pasti, perusahaan ingin mengagendakan meningkatkan nilai ekspor. Baik terkait (pengembangan) ke negara-negara baru, maupun produk baru," kata Presiden Direktur Bentoel Internasional William Lumentut.
Tahun menantang
Dalam RUPST pada Rabu, para pemegang saham menyetujui untuk mengangkat William Lumentut sebagai Presiden Direktur dan Thomas Christian sebagai Direktur Perseroan. Hal tersebut sehubungan dengan pengunduran diri Faisal Saif sebagai Presiden Direktur dan Martin Artur Guest sebagai Direktur Perseroran.
Dinar mengatakan, tahun 2022 masih menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri tembakau. Selain akibat kenaikan tarif cukai dan harga jual eceran (HJE), juga kurangnya tingkat prediktabilitas peraturan, dan meningkatnya perdagangan rokok ilegal. Selain itu, minimnya insentif untuk mendorong investasi memberi tekanan besar bagi industri tembakau.
"Perseroan berharap pemerintah lebih memerhatikan keberlanjutan industri tembakau melalui regulasi yang berimbang bagi seluruh pemangku kepentingan. Terlepas dari tantangan-tantangan itu, kami yakin (Bentoel) akan terus berperan aktif dalam perekonomian Indonesia," jelas Dinar.