Menteri Ekonomi Brasil Dukung Agenda Kesehatan dan Keuangan Berkelanjutan di G20 Indonesia
Menjelang pertemuan inti FMCBD pada 15 Juli-16 Juli, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melanjutkan pertemuan bilateral dengan menteri keuangan negara lain. Setelah dengan Italia dan China, kini Brasil.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes menyatakan dukungan kepada agenda kesehatan dan keuangan berkelanjutan dalam presidensi G20 Indonesia. Hal itu mengemuka dalam pertemuan bilateral Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan Guedes secara virtual, Rabu (13/7/2022).
Pada kesempatan itu, kedua menteri membahas agenda prioritas G20 terkait penanganan masalah global, seperti ancaman pandemi dan dampak perubahan iklim. Selain itu juga pembahasan eskalasi konflik geopolitik yang memicu dampak pada bidang pangan, energi, dan inflasi.
Dalam pengantarnya, Mulyani menyampaikan banyaknya dukungan, baik dari negara anggota G20 maupun bukan anggota, terhadap pembentukan Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF) yang juga menjadi salah satu hasil capaian (deliverable) agenda Finance Track G20 Indonesia.
”Dengan total komitmen kontribusi sebanyak 1,1 miliar dollar AS (Rp 16,28 triliun) sejauh ini, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk memberikan 50 juta dollar AS dalam mendukung pembentukan FIF sebagai upaya antisipatif terhadap dampak risiko pandemi pada masa mendatang,” ujar Mulyani.
Guedes sendiri menyatakan dukungannya terhadap agenda Joint Finance and Health Taskforce (JFHTF) dan keuangan berkelanjutan dalam presidensi G20 Indonesia. Terkait keuangan berkelanjutan, Brasil memandang perlu memaksimalkan prinsip polluters pay, yakni ketika negara penghasil polusi bisa didenda.
Hal ini diharapkan mampu memaksimalkan secara nyata kontribusi negara-negara penghasil emisi terbesar dan memberikan penghargaan (reward) kepada negara-negara yang menjaga dan mengawal kelestarian hutan. Ini agar dapat mengakselerasi tercapainya tujuan Nationally Determined Contribution (NDC) dan Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission/NZE).
Mulyani menanggapi secara positif dukungan itu. Ia menambahkan, dalam mencapai tujuan niremisi NDC dan NZE, pelestarian sumber daya hayati juga diperlukan, terutama yang berasal dari hutan. Indonesia juga telah mengambil langkah untuk mengembangkan energi terbarukan secara serius dan menerapkan strategi Mekanisme Transisi Energi yang Adil dan Terjangkau (Just and Affordable Energi Transition Mechanism).
Konflik geopolitik
Selain itu, kedua menteri juga sepakat, konflik geopolitik dan berbagai respons kebijakannya memiliki dampak terhadap dunia dan bisa memicu krisis pangan global. Sri Mulyani juga turut menekankan pesan dari presidensi G20 Indonesia mengenai ajakan untuk menurunkan eskalasi tensi geopolitik demi meredam dampak penyebaran (spillover effect).
Dampak ini telah dirasakan secara luas di berbagai bidang, seperti pangan dan energi. Disrupsi rantai pasok global dari dua bidang ini memicu inflasi di berbagai negara.
”Hal ini semakin mendorong peran penting dari forum kerja sama multilateral seperti forum G20 untuk mengakhiri konflik tersebut,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga turut mengundang Guedes untuk hadir dalam salah satu side event FMCBG ketiga, yaitu seminar mengenai food insecurity pada 15 Juli 2022. Diskusi mengenai isu ketahanan pangan yang sedang melanda berbagai negara di dunia berpotensi mengarah pada pembentukan tim kerja yang serupa dengan JFHTF, yaitu Joint Finance and Agriculture Taskforce.
Selain itu, kedua menteri juga mendiskusikan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Menkeu khususnya menyatakan pentingnya diversifikasi mitra dagang di tengah dinamika global yang dapat mengancam hubungan dagang dengan mitra tradisional.