Bank Sentral Asia Tenggara Sepakat Kembangkan Kerja Sama Sistem Pembayaran Lintas Negara
Bank sentral Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina serta otoritas moneter Singapura sepakat untuk mengembangkan sistem pembayaran lintas negara kawasan Asia Tenggara. Harapannya transaksi bisa lebih efisien.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Para gubernur bank sentral dan otoritas moneter kawasan Asia Tenggara sepakat ingin menciptakan kerja sama multilateral untuk mengembangkan sistem pembayaran lintas negara atau cross border payment. Dengan menciptakan sistem pembayaran lintas negara, diyakini dapat meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya menciptakan pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan.
Hal ini mengemuka dalam diskusi bertajuk ”Advancing Digital Economy and Finance: Synergistic and Inclusive Ecosystem for Accelerated Recovery-Cross Border Payment”, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (14/7/2022). Acara ini merupakan diskusi sampingan (side event) sebagai bagian dari rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Minister Central Bank Governor/FMCBG) Ke-3 G20 presidensi Indonesia yang dilaksanakan 11-17 Juli.
Pada kesempatan itu, hadir Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Managing Director of Monetary Authority of Singapore Ravi Menon, Gubernur of Bank Negara Malaysia Nor Shamsiah Mohd Yunus, Governor of Bangko Sentral ng Pilipinas Felipe Medalla, dan Deputy Governor Bank of Thailand Ronadol Numnonda.
Perry mengatakan, kolaborasi dan kerja sama pengembangan sistem pembayaran lintas negara perlu dikembangkan di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama sistem pembayaran lintas negara itu berupa pembayaran menggunakan metode pindai kode unik (Quick Response Indonesia Standard/QRIS), pembayaran cepat (fast payment), dan pembayaran transaksi dengan mata uang lokal (local current settlement/LCS).
Ia menambahkan, lima kepala bank sentral dan otoritas moneter negara Asia Tenggara akan menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) terkait pengembangan sistem pembayaran lintas negara pada November tahun ini. Adapun kelima negara Asia Tenggara itu adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.
”Kami mendorong kerja sama untuk menghubungkan sistem pembayaran lintas negara tak hanya di lima negara Asia Tenggara ini, tetapi juga untuk komunitas negara-negara Asia Tenggara,” ujar Perry.
Ravi Menon menjelaskan, pihaknya sudah menjalin kerja sama bilateral dengan Thailand untuk memberlakukan transaksi pembayaran lintas negara cukup dari ponsel. Jadi, warga Singapura dapat mengirimkan uang kepada warga Thailand cukup dengan mengetahui nomor ponsel masing-masing tanpa perlu mengetahui nomor rekening bank masing-masing.
Kerja sama ini juga berhasil menekan biaya transfer hanya menjadi 3 persen dari total nilai transaksi setelah sebelumnya berkisar 10-15 persen. Kerja sama pembayaran lintas negara menghasilkan 100.000 kali transaksi antara warga dua negara dengan metoda itu dengan total nilai transaksi setara 32 juta dollar Singapura pada periode Maret-Mei 2022.
”Menciptakan kerja sama sistem pembayaran lintas negara itu sulit, tetapi bukan tak mungkin untuk meningkatkan kerja sama bilateral ini menjadi kerja sama multilateral di negara-negara kawasan Asia Tenggara,” ujar Ravi.
Keinginan untuk meningkatkan kerja sama bilateral sistem pembayaran lintas negara itu menjadi multilateral juga dikemukakan oleh Ronaldo dan Felipe.
”Menciptakan kesepakatan multilateral negara-negara Asia Tenggara soal pengembangan sistem pembayaran lintas negara menjadi impian bersama,” ujar Felipe.
Efisiensi
Shamsiah menjelaskan, dengan adanya kerja sama sistem pembayaran lintas negara ini, diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi setiap negara dan regional Asia Tenggara secara keseluruhan. Sebab, ini bisa mendorong perdagangan secara khusus usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong mereka mengakses pasar internasional.
”Melalui kerja sama sistem pembayaran lintas negara ini, lebih dari 650 juta warga Asia Tenggara bisa bertransaksi lintas negara dengan lebih mudah dan murah,” ujar Shamsiah.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Fitria Irmi Triswati menambahkan, apabila kerja sama sistem pembayaran lintas negara ini sudah selesai, transaksi lintas negara bisa lebih cepat hanya dalam beberapa menit setelah sebelumnya memakan waktu beberapa hari. Mekanisme transaksi pembayaran lintas negara pun bisa lebih sederhana dan cepat.
Selain itu, tarifnya pun bisa lebih murah karena menggunakan mata uang lokal negara masing sehingga tidak perlu lagi menukarkan mata uang negara sendiri dengan mata uang negara tujuan. Hal ini bisa meningkatkan efisiensi.
Ia menjelaskan, kelima negara Asia Tenggara bergerak terlebih dahulu untuk pengembangan sistem pembayaran lintas negara ini karena sudah lebih siap dari sesama negara Asia Tenggara lainnya. Namun, bukan berarti, kelima negara ini ingin meninggalkan yang lain. Kelima negara ini ingin memberi contoh dan praktik sehingga bila negara lainnya sudah siap, semuanya bisa ikut menjalankan praktik kerja sama sistem pembayaran lintas negara ini.
”Ini sejalan dengan impian ASEAN Financial Integration dan kerangka kerja ASEAN Connectivity. Harapannya seluruh warga negara Asia Tenggara bisa terintegrasi dan terhubung secara finansial sehingga meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Fitria.