Tekanan inflasi dan pertumbuhan produk domestik bruto yang rendah berpotensi menekan IHSG serta harga obligasi. Investor harus cermat memantau situasi di Amerika Serikat.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tekanan jual para investor asing dikhawatirkan membuat Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menjadi lebih berfluktuasi. Para investor tetap harus memperhatikan sentimen di pasar yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi ekonomi Amerika Serikat.
”Jangan melawan arus investor asing, banyak aliran dana asing keluar di sektor finansial. Selama ada outflow, tekanan jual masih ada,” jelas Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dalam Mirae Asset Day, Selasa (12/7/2022), di Jakarta.
Mirae juga merevisi target IHSG pada akhir tahun menjadi 7.400 dari sebelumnya 7.600. Penurunan target ini terkait dengan kondisi ekonomi Indonesia juga global. ”Kami memangkas target indeks di akhir tahun, dari 7.600 menjadi 7.400,” lanjut Hariyanto.
Perlambatan indeks pada semester kedua tahun ini tidak terlepas dari pergerakan indeks di Amerika Serikat (AS). Indeks saham di AS diperkirakan masih akan melemah hingga akhir tahun. Sejak awal tahun, indeks saham AS melemah 20 persen.
Mirae masih optimistis, penurunan indeks tidak terlalu dalam karena ada dukungan dari pertumbuhan laba emiten. Ada beberapa sektor yang dapat menjadi pilihan pada semester II-2022, antara lain konsumer non-cyclical, pertambangan, keuangan, dan industri.
Ekonom Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memperkirakan tingkat suku bunga bank sentral di sejumlah negara juga akan naik mengikuti langkah bank sentral AS Federal Reserve. Fed sudah menaikkan suku bunga tiga kali sebanyak 150 basis poin.
Sementara itu, Macro Equity Strategist dari Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, dalam risetnya mengatakan, para investor di AS bersiap menghadapi musim laporan keuangan yang cenderung pesimistis. Hal ini terlihat dari ada pergeseran dana dari pasar saham ke uang tunai dan pasar obligasi. Ketika imbal hasil obligasi Pemerintah AS berdurasi 10 tahun hanya turun 9 basis poin menjadi 2,99 persen, indeks dollar AS menguat signifikan sebesar 0,9 persen menjadi 108 pada Senin (11/7/2022).
”Akibatnya, mata uang negara maju lainnya melemah, Euro melemah paling dalam sebesar minus 1,4 persen dan membuat nilainya nyaris setara dengan dollar AS. Yen Jepang juga turun minus 1 persen menjadi 137,4. Di Indonesia, meskipun nilai tukar spot rupiah kemarin hampir tidak berubah, non deliverable forward satu bulan melemah 0,3 persen menjadi Rp 15.036 per dollar AS. Ini mengindikasikan tekanan depresiasi rupiah akan berlanjut pada pekan ini,” jelas Lionel.
Sementara itu, Lionel mencermati juga bahwa tekanan inflasi dan pertumbuhan produk domestik bruto yang rendah berpotensi menekan IHSG serta harga obligasi. ”Dalam pandangan kami, pasar belum memperhitungkan kemungkinan skenario ini. Kami memperkirakan pasar akan mulai memperhitungkan skenario ini ketika Bank Indonesia mulai menaikkan suku bunga, kemungkinan akan dilakukan pada Rapat Dewan Gubernur minggu depan,” ujarnya.