Seperti sehari sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/5/2022). Investor melepaskan sahamnya sejalan dengan tekanan yang terjadi di pasar saham global.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/5/2022). Sepanjang perdagangan hari ini, indeks terus tertekan dan turun 1,3 persen menjadi 6.819 pada penutupan.
Tekanan indeks terjadi seiring dengan investor yang terus melepaskan sahamnya. Ada tujuh sektor saham yang melemah. Penurunan paling dalam dialami sektor teknologi yang merosot 4,61 persen dan disusul oleh sektor energi yang turun 1,78 persen. Sementara sektor barang konsumen primer justru menguat 1,6 persen dan sektor transportasi naik 1,1 persen.
Total volume perdagangan mencapai 26,8 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 23,1 triliun. Investor asing membukukan penjualan bersih Rp 3,19 triliun. Di sisi lain, investor asing membukukan pembelian bersih pada beberapa saham, misalnya pada saham PT Unilever Tbk senilai Rp 130 miliar. Saham Unilever naik 9,2 persen hari ini.
Selain itu, para investor asing juga membeli saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk senilai Rp 97,4 miliar. Namun, harga sahamnya malah turun 6,8 persen.
Secara teknis, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya mengatakan, setelah libur panjang, pergerakan IHSG merespons pasar global yang mengalami tekanan sepanjang libur IHSG. Menurut dia, pasar saham masih akan tertekan dalam jangka pendek.
Pergerakan IHSG merespons pasar global yang mengalami tekanan sepanjang libur. Pasar saham masih akan tertekan dalam jangka pendek.
”Dari awal tahun, arus modal masih cukup besar sehingga momentum ini dapat dimanfaatkan untuk mengakumulasi pembelian saham dengan target jangka menengah dan panjang. Tentunya fokus tetap pada saham yang memiliki fundamental kuat,” kata William.
Senada dengan William, analis Mirae Asset, Hariyanto Wijaya, mengatakan, reaksi di pasar saham Indonesia merupakan reaksi yang terlambat atas koreksi indeks di pasar saham Amerika Serikat. Selama libur panjang Idul Fitri, terjadi koreksi signifikan di pasar saham Amerika Serikat karena The Federal Reserve meningkatkan pengetatan kuantitatif.
Inflasi April 2022 yang sebesar 3,47 persen juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan di tengah kenaikan harga pangan dan bahan bakar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2022 lebih tinggi dari perkiraan 4,95 persen dengan realitas sebesar 5,01 persen.
”Kalau perpaduan antara harga komoditas yang menguntungkan dan mobilitas masyarakat yang terus membaik untuk melakukan kegiatan ekonomi seharusnya membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan selanjutnya terus membaik,” kata Hariyanto.