Jumlah emiten yang menawarkan sahamnya ke publik masih tetap ramai di awal semester II-2022. Sementara jumlah investor yang masuk ke pasar modal juga bertambah hingga mencapai 9,11 juta investor pada akhir Juni 2022.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada paruh kedua tahun 2022, perusahaan yang tertarik menawarkan sahamnya kepada publik masih relatif ramai. Pekan ini, ada dua calon emiten yang sedang memasuki tahapan bookbuilding, yakni PT Utama Radar Cahaya Tbk dan PT Agung Menjangan Mas Tbk. Di sisi lain, menurut data di laman e-ipo, jumlah investor di pasar modal semakin bertambah.
PT Utama Radar Cahaya Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi angkutan darat. Berdasarkan data prospektus di laman tersebut, Senin (11/7/2022), disebutkan bahwa pada akhir tahun 2021 jumlah armada truk yang dioperasikan oleh Utama Radar Cahaya mencapai 65 unit. Pada akhir ini, jumlah armadanya ditargetkan bertambah menjadi 120 unit.
Utama Radar Cahaya menawarkan 150 juta saham baru atau setara dengan 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran saham ini. Kisaran saham ditawarkan pada harga Rp 110 per saham-Rp 150 per saham sehingga dana yang didapatkan Rp 16,5 miliar-Rp 22,5 miliar. Dana ini akan digunakan untuk membeli berbagai truk untuk menambah armada.
Calon emiten selanjutnya, yakni PT Agung Menjangan Mas, bergerak di bidang sarana produksi budidaya ikan air payau dan jasa pascapanen budidaya ikan air payau. Adapun kisaran harga harga saham yang ditawarkan oleh Agung Menjangan Mas Rp 100-Rp 150 per saham.
Agung Menjangan Mas akan melepaskan 240 juta saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan jumlah saham itu, potensi dana yang akan didapatkan oleh Agung Menjangan Mas maksimal mencapai Rp 36 miliar.
Bersamaan dengan hal itu, Agung Menjangan Mas juga menawarkan 336 juta waran seri I atau 35 persen dari total jumlah jumlah saham baru. Setiap pemegang satu saham baru akan mendapatkan 1 waran. Dana hasil penawaran saham ini akan digunakan untuk membeli peralatan kerja, seperti ekskavator, mobil, dan buldozer.
Bukan hanya pencatatan di bursa saham, sejumlah emiten juga mengeluarkan obligasi. Perusahaan jasa pembiayaan PT Hino Finance Indonesia, misalnya, akan menawarkan Obligasi I Hino Finance Rp 700 miliar.
Dalam paparan publiknya, obligasi ditawarkan dalam dua seri, yaitu Seri A dengan tenor 370 hari dan Seri B dengan tenor tiga tahun. Tingkat suku bunga seri A berkisar 4 persen dan 4,75 persen, sedangkan bunga seri B 5,75 persen dan 6,75 persen.
”Penerbitan obligasi pertama dari perseroan merupakan salah satu strategi kami untuk melakukan diversifikasi pendanaan,” kata Presiden Direktur PT Hino Finance Indonesia Hajime Kawamura dalam paparan publik. Hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk modal kerja.
Investor muda
Tidak hanya aksi korporasi yang ramai di pasar modal. Jumlah investor pasar modal juga semakin banyak. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di pasar modal sudah mencapai 9,11 juta hingga akhir Juni 2022. Ada kenaikan 2,82 persen dari Mei 2022 yang sebanyak 8,86 juta. Jika dilihat dari awal tahun, jumlah investor sudah bertambah 21,68 persen. Pada akhir 2021, jumlah investor baru tercatat 7,49 juta investor.
Khusus untuk investor saham, jumlahnya mencapai 4 juta investor hingga akhir semester I-2022. Jumlah single investor indetification (SID) mencapai 4.022.289 SID dan 99,79 persen di antaranya merupakan investor individu lokal.
”Pertumbuhan jumlah investor saham menjadi salah satu tanda pencapaian pasar modal Indonesia. Jumlah investor lokal yang terus meningkat secara signifikan terutama pada masa pandemi Covid-19 merupakan tanda bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar pentingnya investasi dan menjadikan pasar modal sebagai alternatif untuk berinvestasi,” kata Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo.
Uriep menambahkan, pada akhir semester I-2022, investor saham didominasi oleh kelompok usia di bawah 40 tahun, yaitu kelompok gen Z dan milenial. Kelompok usia ini mencapai 81,64 persen dari total investor dengan nilai aset mencapai Rp 144.07 triliun. Sebanyak 60,45 persen di antaranya berprofesi sebagai karyawan swasta, pegawai negeri, dan guru. Total aset mereka mencapai Rp 358,53 triliun.