Hadapi Kecepatan Penularan PMK, Presiden Perintahkan Percepat Penyuntikan Vaksin
Presiden Jokowi meminta penyuntikan vaksin penyakit mulut dan kuku dilakukan dengan cepat untuk melindungi sapi. Hal ini karena penyakit tersebut menular dengan cepat dan telah menyebar ke berbagai daerah.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke berbagai daerah meskipun pemerintah telah melakukan lockdown atau penguncian wilayah. Terkait hal tersebut, Presiden Joko Widodo memerintahkan agar penyuntikan vaksin penyakit mulut dan kuku dilakukan dengan cepat untuk melindungi sapi-sapi dari penyakit tersebut.
”Ya, (hal) yang paling penting, pertama, memang sebetulnya sudah di-lockdown kabupaten-kabupaten dan provinsi. Tetapi, memang berkembangnya ini kayak Covid, cepat, lewat media apa pun ya, yang jelas cepat. Padahal, sudah di-block oleh Kementan (Kementerian Pertanian) dan kepolisian, tapi nyatanya bergerak cepat,” kata Presiden Joko Widodo saat menjawab pertanyaan media di Bogor, Provinsi Jawa Barat, Jumat (17/6/2022).
Kepala Negara menuturkan bahwa saat ini penyakit mulut dan kuku sudah menyebar di 18 provinsi dan 190 kabupaten dan kota. ”Tapi, tadi malam, alhamdulillah, vaksin 800.000 (dosis) sudah datang. (Vaksin) Ini yang segera cepat disuntikkan. Cepet, cepet, cepet, sehingga bisa melindungi sapi-sapi yang lain,” kata Presiden Jokowi.
Tadi malam, alhamdulillah, vaksin 800.000 (dosis) sudah datang. (Vaksin) Ini yang segera cepat disuntikkan. Cepet, cepet, cepet sehingga bisa melindungi sapi-sapi yang lain.
Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.id, sebanyak 800.000 dosis vaksin penyakit mulut dan kuku atau PMK yang didatangkan dari Perancis tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Kamis (16/6/2022) malam. ”Hari ini kita sudah mendapatkan 800.000 dosis dan besok (Jumat) sudah bisa dikirimkan. (Total) 3 juta dosis akan diberikan secara bertahap,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya.
Syahrul menuturkan PMK menjadi kekhawatiran bersama karena menular dengan cepat. Keberadaan vaksin menjadikan pemerintah semakin percaya diri menangani PMK bersama dengan pemerintah daerah. Kedatangan 800.000 dosis vaksin tersebut akan segera didistribusikan ke daerah-daerah dan akan diberikan kepada hewan sehat, terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Vaksin yang didatangkan tersebut, menurut Syahrul, sesuai dengan serotipe virus yang terdeteksi di Indonesia, yakni serotipe O. Selain itu, juga dicocokkan dengan galurnya sehingga penanganan wabah PMK diharapkan lebih optimal dengan vaksin tersebut.
Sebelumnya, saat menyampaikan keterangan kepada media, seusai rapat, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/6/2022), Mentan Syahrul menuturkan bahwa pada tahap pertama 3 juta dosis disiapkan dan sudah mulai disuntikkan. Berikutnya, sebanyak 800.000 dosis vaksin masuk hingga tanggal 16 Juni 2022.
Vaksin tersebut akan disebar, di antaranya di Jawa Timur. ”Kan begini, vaksin itu tidak begitu saja langsung disebar, dia harus menggunakan cool box khusus, yang sama dengan (yang digunakan untuk menyimpan) vaksin Covid itu. Itu juga harus menjadi prioritas-prioritas sehingga distribusinya juga harus menggunakan mobil cool box dengan derajat tertentu sehingga dia sampai di tempat, (dan) efektivitas vaksin juga masih bisa dilakukan (penjagaannya),” ujar Syahrul.
Syahrul menuturkan sapi yang terkena PMK tersebar di sekitar 180 kabupaten kabupaten dan 18 provinsi. ”Tapi tidak dalam keseluruhan, mungkin dalam satu kabupaten itu terdiri hanya beberapa kecamatan saja, desa saja, beberapa (yang ternak di dalamnya terjangkit PMK). Jadi, jangan kita melihat dalam skala 18 (provinsi) itu seluruhnya (ternaknya terkena PMK),” katanya.
Jumlah kematian ternak akibat PMK, Syahrul menuturkan, berada di sekitar 700 ekor. Gugus tugas dan pusat krisis di kabupaten, provinsi, dan nasional terus melakukan validasi dan intervensi. Validasi dan intervensi di tingkat kabupaten dilakukan per hari. Per dua hari dilakukan intervensi dan evaluasi di tingkat provinsi. ”Ini dilakukan rapat koordinasi. Dan, ketiga, di tingkat nasional tiga hari satu kali (dilakukan intervensi dan evaluasi),” kata Syahrul.
PMK tidak boleh dianggap enteng karena menular dengan cepat. ”Oleh karena itu, semua pihak harus hati-hati. Tetapi, menghadapi Idul kurban, 1,7 juta yang kemungkinan Kementan sudah persiapkan dari daerah-daerah hijau yang masih banyak. Daerah hijau itu daerah yang tidak (terjangkit) PMK, tinggal kita jaga ke daerah suplai kita, dan prosesnya itu dijaga dengan baik oleh karantina, sebelum dia berangkat diperiksa, dia datang di satu tempat harus diperiksa,” ujar Syahrul.