Biofuel menjadi salah satu alternatif yang didorong untuk dikembangkan hingga tingkat global. G20 Presidensi Indonesia pun menjadi momentum untuk mengajak negara-negara anggota untuk mengembangkan bersama energi bersih.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam transisi menuju era energi yang lebih bersih, terkait biofuel atau bahan bakar nabati, Indonesia tak hanya mengandalkan biodiesel yang penerapannya kini telah mencapai kandungan minyak nabati 30 persen atau B30. Namun, dikembangkan juga seperti bioetanol, green diesel, green gasoline, dan bio-jet fuel, yang prosesnya diharapkan berkelanjutan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, penurunan emisi gas rumah kaca menjadi salah satu isu prioritas dalam G20 Presidensi Indonesia. Itu juga momentum untuk bersama meningkatkan upaya penurunan emisi karbon secara signifikan.
Biofuel pun menjadi salah satu alternatif yang didorong untuk dikembangkan hingga tingkat global. ”Mengikuti peta jalan Indonesia, biofuel tak hanya dibatasi biodiesel, tetapi juga produk lainnya, seperti bioetanol, green diesel, green gasoline, dan bio-jetfuel,” ujar Dadan dalam G20 webinar series ”Biofuels for Green Economy” yang digelar secara daring, Kamis (16/6/2022).
Dadan menambahkan, pengembangan beragam produk biofuel tersebut disertai upaya memikirkan konsumen dan pasar yang akan dibutuhkan ke depan. Begitu juga dengan sejumlah teknologi yang dikembangkan. Tak hanya untuk skala besar, tetapi juga untuk skala kecil yang diharapkan memberi dampak kepada masyarakat.
”Guna meningkatkan penggunaan biofuel, kami tetap mendorong agar program ini berkelanjutan, dengan melibatkan petani sebagai bagian dari pengembangan skala kecil. Selain itu, juga diharapkan tercipta standar kualitas yang lebih baik, proses yang lebih efisien, stabilitas yang terjaga, serta harga yang terkontrol,” ujar Dadan.
Pengembangan biofuel pun mendukung percepatan pencapaian target bauran energi. Adapun pemerintah menargetkan 23 persen porsi energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2025. Namun, pada 2021, realisasinya tercapai hanya 12,16 persen dari target 14,5 persen sehingga Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk mengejar target yang ditetapkan.
Ia menambahkan, upaya pengembangan biofuel di Indonesia dimulai dengan ambisi dan kepercayaan diri untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Ia pun meyakini, kerja sama yang solid antara pemerintah, peneliti, asosiasi, dan sektor privat, baik dalam maupun luar negeri, dapat meningkatkan program biofuel ke tahap selanjutnya.
Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan G20, yakni stimulasi terhadap transisi energi. ”Disertai upaya bersama dalam mendorong energi yang dapat diakses dan terjaganya keamanan energi. (Lewat rangkaian G20), kami berharap akan dihasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk akselerasi transisi energi,” ucap Dadan.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Indonesia Taufik Adityawarman menuturkan, peran Pertamina dalam upaya menuju energi yang lebih bersih pada biofuel ialah dengan memproduksi plant based for fuel. Proses produksinya pun mirip dengan memproses minyak mentah di kilang milik Pertamina. Pertamina menyebut energi in dengan ”Renewable Crude Oil”.
Taufik mengemukakan, Pertamina memiliki dua sistem dalam prosesnya, yakni co-processing dan standalone. ”Produk yang dihasilkan dari co-processing yakni Bio-Jet Fuel 2,4 persen, sedangkan dengan standalone, produknya ialah green diesel 100 persen. Bio-Jet Fuel sudah dites dengan pesawat rute Bandung-Jakarta. Green diesel juga sudah dites pada kendaraan,” tuturnya.
Terus dikembangkan
Ia menambahkan, Pertamina juga akan terus mengembangkan biofuel yang dihasilkan. Pada Januari 2022 dikembangkan dengan kapasitas produksi 3.000 barel per hari, dan nantinya akan berlanjut ke tahap selanjutnya dengan kapasitas 6.000 barel per hari. Produk green diesel pun sudah diluncurkan dan mendukung ajang Formula-E di Jakarta.
Senior Energy Expert, Ministry of Foreign Affairs and International Cooperation, Italia, Sandro Furlan, menambahkan, G20 menjadi ajang yang tepat untuk berbagi pengalaman antarnegara, terkait dengan transisi energi, termasuk biofuel. Diharapkan akan ada peningkatan terkait skala prioritas, dimensi pendanaan, dan perihal sosial ekonomi.
Selain itu, menurut dia, pengembangan biofuel juga akan menciptakan lapangan kerja baru. ”Itu terjadi dengan adanya investasi terkait capacity building untuk mencapai tujuan bersama di antara organisasi-organisasi internasional, industri, dan pemerintah,” kata Furlan.