Kinerja Positif Bank Pelat Merah Dongkrak Laba BUMN
Bank-bank pelat merah turut mendongkrak pendapatan laba dari badan usaha milik negara sepanjang 2021. Sejumlah strategi diperlukan untuk mempertahankan kinerja positif tersebut.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Kinerja positif bank-bank pelat merah sepanjang tahun 2021 turut mendongkrak laba yang diperoleh badan usaha milik negara. Kondisi serupa diperkirakan masih akan diraih sepanjang 2022. Perbankan justru dinilai perlu mewaspadai ketidakpastian kondisi pada 2023.
Kondisi perekonomian yang berangsur membaik membuat kinerja badan usaha milik negara (BUMN) turut membaik. Sepanjang 2021, BUMN mencatatkan total laba Rp 126 triliun. Capaian laba tersebut tumbuh 869 persen dari periode sama 2020 sebesar Rp 13 triliun.
Pertumbuhan capaian laba itu salah satunya disumbang sektor perbankan. Bank-bank pelat merah mencatatkan kinerja positif sepanjang 2021. Bank Mandiri, misalnya, menyumbang laba sekitar Rp 28,03 triliun dari total capaian laba BUMN.
Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas menuturkan, capaian laba Bank Mandiri sepanjang 2021 naik 66,83 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Sepanjang 2020, capaian laba Bank Mandiri sebesar Rp 16,8 triliun.
”Pertumbuhan capaian laba tidak terlepas dari konsistensi Bank Mandiri dalam menjaga optimisme dengan memaksimalkan potensi dan peluang yang ada. Kemampuan Bank Mandiri dalam mencetak laba juga tidak terlepas dari fungsi intermediasi yang dijaga optimal,” kata Rohan, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (15/6/2022).
Rohan menambahkan, kinerja positif Bank Mandiri sepanjang 2021 berlanjut hingga tahun ini. Menurut dia, Bank Mandiri mampu mencatat pertumbuhan laba bersih terbesar di jajaran bank dalam kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) per akhir April 2022. Realisasi laba hingga April 2022 itu sebesar Rp 12,1 triliun. Angka ini tumbuh 78,1 persen dari periode sama 2021.
Sumbangan laba BUMN juga datang dari bank pelat merah lainnya, yakni Bank Tabungan Negara (Bank BTN). Hingga akhir 2021, Bank BTN mencatatkan raihan laba sekitar Rp 2,37 triliun. Angka ini naik 48,30 persen dari periode yang sama tahun 2020. Menurut Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo, capaian kinerja positif itu didorong oleh efisiensi dan transformasi yang dilakukan perseroan sejalan dengan arahan BUMN.
”Tidak hanya laba bersih, sebagai pemimpin pasar di sektor kredit perumahan, kinerja positif yang Bank BTN lakukan juga ikut mendongkrak sektor perumahan. Hal ini juga memiliki dampak ganda ke 174 sektor turunan lain,” tutur Haru.
Kemampuan Bank Mandiri dalam mencetak laba juga tidak terlepas dari fungsi intermediasi yang dijaga optimal.
Haru mengatakan, di tengah pandemi, Bank BTN mencatatkan penyaluran kredit dan pembiayaan senilai Rp 274,83 triliun atau naik 5,66 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, kredit pada sektor perumahan masih mendominasi portofolio kredit Bank BTN dengan besaran 89,08 persen.
”Kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi juga tercatat menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi dengan besaran Rp 130,68 triliun atau naik sebesar 8,25 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp 120,72 triliun. Untuk produk KPR Subsidi, Bank BTN menawarkan uang muka ringan dari 1 persen, suku bunga tetap 5 persen, jangka waktu hingga 20 tahun, subsidi bantuan uang muka senilai Rp 4 juta, serta bebas premi asuransi dan Pajak Pertambahan Nilai,” imbuh Haru.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Amin Nurdin menuturkan, setidaknya ada tiga faktor yang mendongkrak kinerja positif bank-bank pelat merah sepanjang 2021. Faktor pertama karena masing-masing bank tersebut memiliki fokus bisnis yang berbeda. Hal itu membuat proses pencapaian target-target dari BUMN cenderung lebih mudah.
”Faktor kedua adalah tuntutan Kementerian BUMN untuk menegakkan good corporate governance (tata kelola perusahaan) yang diterjemahkan oleh bank-bank BUMN dengan bagus sehingga bank-bank itu lebih berhati-hati dan lebih tertata, baik dari segi bisnisnya maupun organisasinya,” kata Amin.
Sementara itu, faktor ketiga yang dimaksud Amin adalah dukungan sumber daya manusia yang mumpuni. Hal itu ditambah dengan pemanfaatan teknologi yang baik dan sistem yang terintegrasi.
Amin memperkirakan, kinerja perbankan pelat merah akan tetap positif tahun ini. Meski demikian, capaiannya disebut Amin tidak akan setinggi pencapaian 2021. Bank-bank BUMN dinilai perlu lebih berhati-hati dan tetap fokus pada inti bisnisnya masing-masing untuk mempertahankan capaian positif sepanjang 2021.
Amin justru menyarankan agar perbankan menyiapkan strategi menghadapi tahun 2023. Kondisi tahun depan disebut Amin serba tidak pasti karena sejumlah faktor, antara lain, kemungkinan transformasi kebijakan baru untuk perbankan seiring hadirnya dewan pengawas, berakhirnya kebijakan relaksasi dan restrukturasi pada Maret 2023, serta kondisi politik, ekonomi, dan sosial secara global.