Pelonggaran mobilitas masyarakat seiring kian terkendalinya pandemi Covid-19 membuat transaksi ekonomi digital tumbuh melambat. Pelaku industri perlu berinovasi karena peluang dinilai masih terbuka.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transaksi sektor ekonomi digital melonjak seiring pembatasan mobilitas masyarakat di tengah melonjaknya kasus Covid-19 tahun lalu. Namun, ketika pandemi melandai, pertumbuhan sektor itu melambat.
”Pada masa pandemi, ekonomi digital Indonesia sempat tumbuh 9 persen, tetapi kian terkendalinya pandemi justru menyebabkan pertumbuhan sektor ini turun menjadi 7 persen,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad dalam diskusi daring ”Mengulik Aspek Ekonomi pada Tiga Isu Prioritas Kelompok Kerja Ekonomi Digital G-20” di Jakarta, Jumat (10/6/2022).
Kendati demikian, pertumbuhan di sektor itu tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ekonomi digital yang dia maksud adalah industri informasi dan komunikasi yang biasa diukur produk domestik brutonya oleh Badan Pusat Statistik. Sebelum pandemi, sektor ini tumbuh rata-rata 6-7 persen.
Digitalisasi layanan jual beli barang/jasa di Indonesia sebenarnya telah terjadi sejak dua dekade lalu. Ketika pembatasan sosial karena pandemi berlangsung hampir dua tahun, layanan digital menemukan momentumnya.
Intensitas penggunaan layanan teknologi finansial, mulai dari dompet elektronik hingga digital banking, naik pesat. Pada tahun 2017, volume transaksi perbankan digital hanya Rp 17.000 triliun, lalu meningkat jadi Rp 49.700 triliun. Jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terdaftar berjualan daring juga meningkat dari 12,23 juta usaha pada akhir 2021 menjadi 14,7 juta usaha saat ini.
”Faktor pendukung (pertumbuhan ekonomi digital) lainnya adalah sistem logistik di Tanah Air yang membaik. Sejumlah perusahaan logistik global turut berinvestasi di Indonesia, kemudian menyemarakkan persaingan. Ini membuat ongkos jasa pengiriman barang semakin kompetitif,” kata Tauhid.
Berdasarkan kertas kerja penelitian E-Commerce During Covid-19: Stylized Facts From 47 Economies yang dilakukan oleh National Bureau of Economic Research Amerika Serikat (Februari 2022), porsi belanja daring pada puncak pandemi meningkat lebih tinggi di negara-negara yang sektor e-dagangnya sudah lebih besar. Situasinya itu berbalik seiring dengan meredanya pandemi.
Sementara di negara yang masih menerapkan pembatasan mobilitas yang tinggi cenderung terus memiliki penetrasi e-dagang yang lebih tinggi. Peningkatan transaksi e-dagang tampaknya bertahan lebih lama di beberapa bidang, terutama di restoran, kategori ritel tertentu, dan perawatan kesehatan.
Ada ruang tumbuh
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menambahkan, bergairahnya aktivitas di lokapasar selama pandemi mendorong jenama lokal bermunculan. Selama perayaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), idEA mengampanyekan ajakan berbelanja jenama atau produk lokal. Menurut idEA, minat konsumen tinggi dan perolehan transaksi disebut positif.
Bima menyampaikan temuan laporan e-Economy SEA 2021 yang dirilis oleh Google, Bain & Company, dan Temasek. Dalam laporan itu, nilai ekonomi internet Indonesia yang dihitung dari ukuran nilai barang dagangan mencapai 70 miliar dollar AS pada 2021. Laporan yang sama memperkirakan nilai ekonomi internet Indonesia naik dua kali lipat menjadi 146 miliar dollar AS hingga tahun 2025. ”Kami masih optimistis sektor ekonomi digital, khususnya e-dagang, masih punya ruang tumbuh lebih tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Dewan Pakar Institute for Social Economic Digital Indonesia (ISED) Rosdiana Sijabat menyampaikan, pandemi jadi lompatan bagi sektor ekonomi digital di Indonesia untuk tumbuh. Subsektor e-dagang, pemesanan makanan daring, dan layanan jasa berbasis permintaan (on-demand services) mengalami lonjakan transaksi.
”Sektor ekonomi digital berkontribusi sekitar 4 persen terhadap PDB. Masih ada potensi kenaikan karena sektor ekonomi digital tergantung, salah satunya, dari (konsumsi) rumah tangga,” katanya.