Saat Presiden Mencoba Mobil Listrik dan Asa Membangun Ekosistem Terintegrasi
Terhitung sejak 2017, pemerintah telah mendorong untuk tumbuhnya industri kendaraan listrik. Kini, dorongan itu kembali ditegaskan Presiden Jokowi, dengan penekanan industri itu dibangun dari hulu hingga hilir.
Ketika melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022), Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo sempat mencoba menumpangi mobil bertenaga listrik. Kendaraan listrik tersebut digunakan setelah keluar gerbang Tol Gringsing menuju ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang.
”Tadi saya nyoba mobil listriknya, Genesis dari Hyundai. Saya kira halus, enggak ada suaranya,” kata Presiden Jokowi dalam keterangannya seusai meninjau kawasan proyek KCC Glass di KITB.
Pada kesempatan tersebut sebagian rombongan Presiden terlihat juga menaiki mobil listrik, di antaranya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Direktur Utama PT PP (Persero) Novel Arsyad. Mereka bertiga berada dalam satu mobil.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berada dalam satu mobil listrik bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Adapun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo naik mobil listrik lainnya bersama sang istri.
Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden menginformasikan bahwa mobil jenis sedan tersebut, menurut rencana, digunakan sebagai kendaraan resmi bagi para pemimpin negara-negara G20 pada perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Bali pada November 2022. Hal ini pun pernah diungkapkan Presiden Jokowi saat bertemu dengan Ketua Majelis Nasional Republik Korea Park Byeong Seug di Bali International Convention Center (BICC), Kabupaten Badung, Minggu (20/3) lalu.
”Minggu ini saya menghadiri peluncuran mobil listrik Hyundai IONIQ 5 menandai dimulainya produksi mobil listrik di Indonesia. Sementara mobil listrik Hyundai lainnya, Genesis G80, akan menjadi mobil resmi KTT G20 sebagai showcase kerja sama RI-Korsel,” kata Presiden Jokowi kala itu.
Saat memberikan sambutan pada peresmian pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dan Mobil Listrik IONIQ 5 di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/3), Presiden Jokowi menuturkan keinginan Indonesia segera melakukan transisi besar-besaran dari mobil yang menggunakan bahan bakar fosil ke mobil listrik yang ramah lingkungan. ”Ke depan kendaraan listrik harus menjadi moda transportasi utama kita. Termasuk menjadi tumpuan untuk transportasi ramah lingkungan yang dikembangkan juga nantinya di Ibu Kota Negara Nusantara,” ujarnya.
Ke depan kendaraan listrik harus menjadi moda transportasi utama kita. Termasuk menjadi tumpuan untuk transportasi ramah lingkungan yang dikembangkan juga nantinya di Ibu Kota Negara Nusantara.
Menurut Kepala Negara, Indonesia harus menjadi pemain penting dalam rantai pasok global di industri mobil listrik. Apalagi, Indonesia memiliki sumber daya mineral sangat besar untuk mendukung pengembangan mobil listrik.
”Kita punya nikel, kita punya kobalt sebagai material penting untuk baterai litium. Bauksit yang bisa diolah menjadi aluminium dan kemudian dapat dimanfaatkan untuk kerangka mobil listrik. Serta tembaga yang dibutuhkan untuk baterai dan sistem kabel-kabel di mobil listrik,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Hilirisasi bahan-bahan mentah harus dilakukan agar nilai tambah sumber daya mineral tersebut meningkat dan optimal. ”Untuk menjadi pemain kunci di kendaraan listrik kita perlu membangun ekosistem yang kuat. Tanpa ekosistem yang kuat di dalam negeri, kita akan sulit bersaing dengan negara lain dalam membangun industri mobil listrik,” ujar Presiden Jokowi.
Pada kunjungannya ke Kawasan Industri Terpadu Batang kali ini, Kepala Negara kembali menegaskan keinginan dan upaya pemerintah membangun sebuah ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir. ”Mulai dari penambangan nikel, kemudian smelter-nya, refinery-nya, kemudian pembangunan industri katoda dan prekursornya, kemudian masuk ke litium baterai, EV baterainya, baterai listriknya, kemudian mobilnya. Setelah mobilnya juga masih ada lagi tambahan, yaitu recycle baterai listriknya. Sehingga ini betul-betul dari hulu ke hilir semuanya (berada) dalam sebuah ekosistem besar yang ingin kita kerjakan,” kata Presiden Jokowi.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Dukung Penuh Proyek Industri Baterai Listrik Terintegrasi
Meski harga mobil listrik saat ini masih relatif mahal bagi masyarakat pada umumnya, Presiden Jokowi meyakini ke depan harga mobil listrik kian terjangkau. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi, dan apalagi jika pembangunannya dari hulu sampai ke hilir dilakukan di Indonesia.
”Untuk pertama seperti itu karena memang (terkait) harga, hampir 50 persen harga dari mobil itu memang cost-nya ada di baterainya. Sehingga, kalau nanti ketemu teknologi terbaru, harga baterainya akan makin murah, makin murah, makin murah. Apalagi dibangun di Indonesia, di tempat di mana nikelnya itu ada, kobaltnya ada, sehingga semuanya dikerjakan dari hulu sampai hilir, itu akan bisa menekan cost (hingga tingkat) yang paling murah sehingga kompetitif. Saya kira ini masalah teknologi saja,” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden Jokowi ke Kawasan Industri Terpadu Batang, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Park Tae-sung bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di rumah jabatan Gubernur Jateng, Kamis (9/6/2022). Pada kesempatan itu, Ganjar menyampaikan keinginan menjalin kerja sama pengembangan sumber daya manusia.
Baca Juga: Penguatan Pendidikan Vokasi Dukung Produksi Dalam Negeri
Keberadaan sekolah vokasi dinilai menjadi solusi kebutuhan pekerja bagi industri. ”Maka mungkin kami minta bantuan dari kedutaan agar ada sistem yang nanti kita ciptakan untuk bisa hadirkan native speaker, untuk pelajar yang kita siapkan jadi manpower ke industri yang ada di Batang,” kata Ganjar.
Dubes Park Tae-sung pun sependapat. ”Kami sepandangan dan akan mendukung penuh untuk itu. Setahu kami, pemberdayaan SDM juga penting, tidak hanya industri baterai, tapi untuk industri lain juga. Nanti bisa kita upayakan dengan jarak jauh,” katanya.
Perjuangan universal
Berdasarkan catatan Kompas, sekitar lima tahun lalu, pada pembukaan The 12th Gaikindo Indonesia International Automotive Conference di Indonesia Convention Exhibition BSD Tangerang, Banten, Jumat (11/8/2017), Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla pernah menyebut dua hal universal yang menjadi perjuangan semua orang. Dua hal dimaksud adalah demokrasi dan lingkungan.
”Dua hal universal yang menjadi perjuangan semua orang adalah demokrasi dan lingkungan. Perbaikan lingkungan harus menjadi bagian dalam kegiatan bisnis dan industri,” kata Jusuf Kalla waktu itu.
Dua hal universal yang menjadi perjuangan semua orang adalah demokrasi dan lingkungan. Perbaikan lingkungan harus menjadi bagian dalam kegiatan bisnis dan industri.
Terkait hal tersebut, menurut Jusuf Kalla, pengembangan mobil listrik dan mobil hibrida merupakan tantangan yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Pemerintah akan memberi kemudahan dan aturan yang baik dalam pengembangan kendaraan tersebut.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier melalui rilis, Selasa (31/5), menuturkan bahwa dalam upaya pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Baca Juga: PEVS 2022 Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional
Regulasi berikutnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Kendaraan Bermotor. ”Pada PP No 74/2021, tarif PPnBM untuk kendaraan dengan teknologi zero emission seperti battery electric vehicle (BEV) dan fuel cell electric vehicle (FCEV) produksi dalam negeri akan diberikan sebesar 0 persen dengan pemenuhan persyaratan terkait pendalaman manufaktur dan/atau TKDN (tingkat komponen dalam negeri),” kata Taufiek.
Selain itu, Kemenperin juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 36 Tahun 2021 tentang Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah. Regulasi ini mengatur persyaratan terkait program LCEV (kendaraan emisi karbon rendah) seperti investasi, pendalaman manufaktur atau TKDN, serta aspek teknis kendaraan lainnya.
Tak terbantahkan, tantangan global dalam pengembangan kendaraan yang efisien dan ramah lingkungan mesti dijawab oleh industri otomotif. Selain membutuhkan dukungan dan kebijakan pemerintah serta peran pelaku usaha, tercapainya asa harga kendaraan listrik yang kian terjangkau pun mutlak dibarengi perkembangan teknologi yang memungkinkan harga baterai semakin murah.