Pertama kali ditemukan di Aceh Tamiang pada 6 Mei 2022, kini penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke delapan kabupaten. Ribuan ternak terpapar penyakit itu.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS - Wabah penyakit mulut dan kuku pada ternak di Provinsi Aceh belum terkendali. Wabah itu kini dilaporkan menyebar di delapan kabupaten.
Kepala Dinas Peternakan Aceh Rahmandi, dihubungi Senin (16/5/2022), menuturkan, gejala klinis penyakit mulut dan kuku pada sapi telah ditemukan di delapan kabupaten. Meski demikian, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Di Aceh pertama kali ditemukan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Aceh Tamiang. Namun, hanya berselang dua pekan, tujuh kabupaten lain melaporkan temuan gejala klinis PMK. Daerah itu adalah Langsa, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Pidie, Pidie Jaya, dan Aceh Besar.
”Kawasan timur-utara Aceh menjadi pusat penyebaran. Sementara kawasan tengah dan barat masih aman,” kata Rahmandi.
Di Aceh Tamiang sebagai daerah pertama kali ditemukan kasus, jumlah sapi yang terpapar terus bertambah. Virus itu menyebar dengan cepat, bukan hanya dari hewan ke hewan, melainkan juga bisa perantara manusia.
Rahmandi menduga pada awal-awal penemuan kasus, petugas tanpa sengaja menjadi penyebar karena tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat. ”Bisa jadi seusai memeriksa sapi yang terpapar virus, petugas berpindah ke desa lain, tanpa sengaja membawa virus itu,” ujarnya.
Kini para petugas kesehatan diminta menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Untuk menahan laju penyebaran, aktivitas jual beli sapi di kabupaten-kabupaten itu sebagian telah dihentikan. Misalnya, pasar ternak terbesar di Aceh yang terletak di Kabupaten Bireuen pada Sabtu (14/5/2022) telah ditutup.
Rahmandi mengatakan, sapi yang terpapar virus itu telah diberi antibiotik dan vitamin. Dari 3.485 ekor yang terpapar, sebanyak 21 ekor mati.
”Persentase kematian kecil dan persentase sembuh tinggi. Petani jangan khawatir. Penyakit ini bisa diobati,” kata Rahmandi.
Meski angka kematian kecil, jumlah sapi yang terpapar terus bertambah.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang Safuwan menuturkan, jumlah sapi yang terpapar PMK terus bertambah nyaris menyebar di semua kecamatan.
”Jumlah sapi yang terpapar 3.485 ekor, sementara yang sembuh 500 ekor. Kasusnya terus bertambah,” kata Safuwan.
Bisa jadi seusai memeriksa sapi yang terpapar virus, petugas berpindah ke desa lain, tanpa sengaja membawa virus itu. (Rahmandi)
Safuwan menyatakan, sapi-sapi yang terpapar PMK kini dikandangkan oleh pemilik masing-masing. Tim kesehatan hewan secara rutin memantau, memberikan vitamin, dan memberikan antibiotik.
Selain itu, aktivitas jual beli ternak di kabupaten itu dihentikan total. Tim satgas menjaga perbatasan Aceh Tamiang-Sumatera Utara agar tidak ada keluar masuk ternak antarprovinsi.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Aceh Besar Firdaus menuturkan, di wilayahnya sebanyak 137 ekor sapi mengalami gejala klinis PMK. Sapi itu tersebar di tujuh kecamatan. Aceh Besar sebagai penghasil sapi terbanyak di Aceh harus berusaha keras agar virus tersebut tidak menyebar luas.
Kejar waktu
Pemprov Aceh harus bekerja keras untuk mengendalikan penyebaran virus agar saat perayaan Idul Adha situasi sudah normal. Kebutuhan daging menjelang Idul Adha pada hari Meugang tinggi. Meugang adalah tradisi makan masakan daging. Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022.
Rahmandi menambahkan, ada instruksi dari Kementerian Pertanian bahwa wabah PMK di Aceh harus sudah tertangani 14 hari sebelum Idul Adha. Jika tidak tertangani, dikhawatirkan mengganggu perayaan Meugang.
”Saat perayaan Meugang, semua sapi yang akan disembelih harus melalui pemeriksaan bebas dari PMK,” katanya.
Seluruh sumber daya dan personel kesehatan dikerahkan untuk menangani ternak yang terpapar virus PMK. Di sisi lain, sosialisasi diperkuat agar petani juga terlibat penuh dalam mencegah penyebaran virus.