Sejumlah 5.431 Sapi di Enam Kabupaten Terjangkiti Penyakit Mulut dan Kuku
Pemerintah menyiapkan vaksin dalam negeri untuk penyakit mulut dan kuku. Sambil menunggu pembuatan vaksin itu, Indonesia akan mengimpor vaksin yang nantinya akan diberikan kepada hewan-hewan yang terinfeksi PMK.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 5.431 hewan ternak di enam kabupaten, yakni Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Lamongan di Jawa Timur serta Aceh Tamiang dan Aceh Timur di Aceh, terinfeksi penyakit mulut dan kuku atau PMK. Merespons itu, Kementerian Pertanian menyiapkan langkah darurat, temporary, dan pemulihan, termasuk pembuatan vaksin dalam negeri untuk serotipe O strain Ind2001.
Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, hingga Rabu (11/5/2022), jumlah hewan ternak di Jatim yang positif PMK sebanyak 3.205 ekor dengan tingkat kematian 1,5 persen. Sementara di Aceh terdata 2.226 ekor positif PMK dan satu di antaranya mati.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam keterangan pers di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu sore, mengatakan, penyebaran PMK sangat cepat, termasuk melalui udara (airborne). Oleh karena itu, hewan-hewan ternak harus dalam kendali di daerah agar tak terjadi penyebaran lebih luas. Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten perlu bersinergi.
”Untuk agenda darurat, kami menyebarkan obat-obat yang ada. Ada tiga bentuk obat yang sudah diturunkan sambil menunggu vaksin tersedia. Beberapa hari ini, dengan pemberian vitamin dan obat, hasilnya (hewan) menjadi lebih baik. Menjadi bisa berdiri, meler berkurang, dan mulai bisa makan. Kami harap virus ini tak benar-benar mematikan, tetapi tetap dengan kewaspadaan tinggi,” kata Syahrul.
Syahrul menambahkan, pada Kamis (12/5/2022), pihaknya akan kembali rapat virtual dengan para gubernur, bupati, dan dinas terkait terkait penanganan darurat. Intinya, hewan-hewan yang terjangkit PMK diobati sesuai kebutuhannya, sedangkan yang tidak terinfeksi dilakukan penguatan imunitas.
Sementara langkah temporary antara lain berupa pengadaan serta pemberian vaksin. Setelah serotipe virus diketahui, pembuatan vaksin dalam negeri pun dilakukan. Sambil menunggu itu, impor vaksin akan dilakukan dan jumlahnya tidak banyak. Selain itu, juga dibentuk gugus tugas baik tingkat nasional, provinsi, maupun daerah. Setelah semua berjalan, agenda fokus pada pemulihan.
Dirjen PKH Kementerian Pertanian Nasrullah menuturkan, hewan ternak yang tertular PMK hanya yang berkuku terbelah, yakni sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi, tidak termasuk kuda. Pihaknya pun telah membuat petunjuk teknis dan disampaikan ke daerah-daerah, termasuk terkait penutupan zona wabah atau pembatasan, pengendalian hingga pemusnahan.
Selanjutnya, gubernur serta bupati/wali kota akan mengatur lebih teknis lagi. ”Sebab, mungkin penanganan antara satu daerah dengan daerah lain berbeda, misalnya kaitannya dengan culture. Namun, bingkai SOP-nya sudah ada. Ribuan tenaga medik dan paramedik juga bekerja di lapangan,” katanya.
Pembuatan vaksin
Nasrullah menuturkan, kini pihaknya tengah membahas bersama Komisi Ahli Kesehatan Hewan mengenai pembuatan vaksin sesuai serotipe yang ditemukan, yakni O dengan strain Ind2001. Serotipe tersebut umumnya tersebar di wilayah Asia Tenggara.
”Mudah-mudahan dalam waktu secepat-cepatnya kita buat vaksin. Sebab, dulu, sebelum bebas PMK (di Indonesia) juga pernah membuat (vaksin) tetapi serotipenya berbeda sehingga kini harus dibuat ulang. Namun, instrumen, ahli, dan peralatannya ada pada kita,” kata Nasrullah.
Sambil menunggu pembuatan vaksin itu, kata Nasrullah, Indonesia akan mengimpor vaksin yang nantinya akan diberikan kepada hewan-hewan yang terinfeksi PMK. Sementara hewan-hewan di daerah yang tidak terdapat penularan PMK rencananya akan diberi vaksin buatan dalam negeri.
Saat ditanya terkait jumlah vaksin yang akan diimpor dalam waktu dekat, Nasrullah mengatakan, pihaknya masih menghitung. ”Jumlahnya tidak banyak. Ada banyak negara (yang menjadi opsi pemasok vaksin PMK),” ujarnya.
Menjelang Idul Adha, Kementan juga akan mengupayakan ketersediaan hewan kurban yang sehat dan aman. ”Saat Idul Adha biasanya yang dipakai 10-20 persen dari total populasi. Kami akan buat SOP khusus, seperti memobilisasi hewan dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa terkontaminasi. Ini kami bahas terus sehingga saat Idul Adha tersedia hewan kurban yang sehat dan aman,” ujar Nasrullah.
Syahrul meminta masyarakat tidak panik karena PMK tidak menular pada manusia. Daging hewannya pun, dengan prosedur tertentu serta pendekatan teknis, masih aman dikonsumsi. Hanya organ tertentu, seperti jeroan, mulut, bibir, lidah, dan kuku, yang tidak direkomendasikan dikonsumsi. Sementara lainnya, termasuk daging, bisa dikonsumsi.
Syahrul meminta masyarakat tidak panik karena PMK tidak menular pada manusia. Daging hewannya pun, dengan prosedur tertentu serta pendekatan teknis, masih aman dikonsumsi.
Indonesia sejak 1990 diakui internasional sebagai negara bebas PMK atau foot and mouth disease (FMD). Dikutip dari situs World Organisation for Animal Health (OIE), Indonesia bersama 67 negara lainnya masuk dalam kategori Negara Bebas PMK yang Tak Menerapkan Vaksinasi, berdasarkan Resolusi Nomor 13 yang ditetapkan Mei 2021.
Namun, menyusul adanya pemberitahuan segera (immediate notification) dari delegasi OIE di Indonesia terkait wabah PMK di Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan, Jatim, status tersebut ditangguhkan (suspended) sejak 12 April 2022. Dalam notifikasi tersebut, tertera bahwa tes pertama dilakukan 12 April 2022 dan terkonfirmasi PMK pada 6 Mei 2022.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, meski kondisi wabah PMK sangat mengkhawatirkan, peternak diarahkan untuk tak melakukan penjualan panik karena dagingnya masih bisa dikonsumsi. Pihaknya pun berharap vaksin segera disediakan dan diberikan karena merupakan langkah paling efektif.
Sambil menunggu vaksin, pergerakan hewan ternak dari daerah wabah pun mesti dihentikan, serta perlu penguatan biosecurity (ketahanan dari wabah). ”Untuk peternak-peternak muda cukup sigap dalam memahami ini. Terbantu media sosial juga. Sementara lainnya terus diedukasi,” kata Nanang.
Ia pun berharap pemerintah dan semua pihak menangani wabah secara komprehensif. ”Kuncinya, memang harus cepat. Lalu jangan ada daerah menyembunyikan, hanya karena takut dianggap buruk. Harus terbuka agar segera ditangani. Kalau terus meluas, wabah akan semakin sulit ditangani,” ujarnya.