Google : Penelusuran Kunjungan ke Indonesia Naik 94 Persen
Minat wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia, sesuai data penelusuran di mesin pencari Google, pada Maret 2022 naik 94 persen dibandingkan Maret 2019. Relaksasi pembatasan sosial mendorong kenaikan penelusuran.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minat wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia, sesuai data jejak penelusuran yang tertangkap oleh mesin pencari Google, naik 94 persen pada Maret 2022 dibandingkan Maret 2019 dan naik 105 persen pada periode 27 Maret — 2 April 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. “Bali” menjadi kata destinasi dengan pertumbuhan penelusuran tertinggi, diikuti “Kuta” dan “Ubud”. Sebagian besar penelusuran berasal dari pengguna di Australia, Amerika Serikat, India, Inggris, dan Singapura.
Asia Pacific Travel Lead Google Hermione Joye menduga, tingginya minat penelusuran berkunjung ke Indonesia karena pemerintah Indonesia telah merelaksasi kebijakan pembatasan sosial. Sebagai contoh, bebas karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri menuju Bali, Batam, dan Bintan. Pemerintah Indonesia juga berencana memperluas kebijakan itu ke destinasi lain.
Selain itu, sesuai Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 17 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Covid-19 yang berlaku efektif 5 April 2022, terdapat beberapa pintu masuk lain bagi pelaku perjalanan luar negeri selain Bali, Batam, dan Bintan, yaitu mencakup, antara lain Yogyakarta, Medan, dan Surabaya. Pelaku wajib menunjukkan bukti telah menerima vaksin Covid-19 dan tes usap negatif dari negara asal.
“Pandemi Covid-19 telah menghantam pariwisata di Asia Tenggara. Sesuai riset The Economist, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) anjlok 82 persen pada 2020 dan 98 persen pada 2021. Tanda-tanda pemulihan kunjungan wisatawan mancanegara terlihat pada triwulan IV-2021 dan terakselerasi sejak triwulan I-2022,” ujar Hermione dalam telekonferensi pers dengan media massa regional Asia Tenggara di Jakarta, Selasa (26/4/2022).
Pemulihan industri pariwisata di negara-negara Asia Tenggara dimulai dari wisatawan domestik. Data Google menunjukkan, tingkat penelusuran terkait kebutuhan bepergian domestik pada Maret 2022 telah mendekati kondisi tahun 2019. Sebagai gambaran, persentase penelusuran kunjungan ke destinasi nasional oleh warga Indonesia, yang tertangkap oleh Google, naik 100 persen. Temuan sama terjadi di Malaysia. Sementara di negara Asia Tenggara lainnya, persentase penelusurannya telah naik 80–90 persen.
Pelaku perjalanan domestik tersebut umumnya menelusuri “staycations” atau liburan dekat rumah di mesin pencari Google. Selama satu tahun terakhir atau Maret 2021 — Maret 2022, penelusuran mengenai hal itu di seluruh negara Asia Tenggara naik 33 persen.
Baik pelaku perjalanan luar negeri maupun domestik, Hermione menyebut, ada kesamaan perilaku. Mereka cenderung semakin detail menggali informasi persyaratan perjalanan, mengandalkan pemenuhan kebutuhan perjalanan wisata mereka menggunakan teknologi, semakin mengutamakan keselamatan dan kesehatan, serta merencanakan bepergian lebih lama.
Data Google menunjukkan, tingkat penelusuran terkait kebutuhan bepergian domestik pada Maret 2022 telah mendekati kondisi tahun 2019.
“Terkait asuransi perjalanan, rata-rata kenaikan penelusuran di semua negara di Asia Tenggara mencapai 523 persen,” kata dia.
Sejalan dengan kepedulian terhadap keselamatan dan kesehatan, pencarian terhadap penginapan yang bisa menjamin kedua hal itu ikut naik, terutama hotel kelas atas. Ini bukan berarti hotel berskala kecil menengah tidak dicari. Hanya saja, Hermione berpendapat, mereka perlu lebih bekerja keras memasarkan hotel mereka diikuti informasi jaminan kebersihan, keselamatan, dan kesehatan.
Perubahan perilaku warga yang terlihat lainnya adalah semakin peduli terhadap isu-isu berkelanjutan. Tingkat penelusurannya naik 45 persen sepanjang tahun 2021 dibanding 2019. “Bali mungkin paling banyak dicari calon wisatawan karena menawarkan destinasi alam terbuka yang sejalan dengan tren sejak pandemi Covid-19. Pesan keberlanjutan dibalut kebudayaan marak berkembang di sana. Obyek wisata di sana pun variatif,” imbuh dia.
Secara terpisah, Deputi bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Nia Niscaya mengatakan, relaksasi pembatasan sosial akan tetap diikuti dengan kampanye Indonesia Care. Ini merupakan kampanye nasional untuk mengimplementasikan protokol kesehatan sekaligus verifikasi guna menghadirkan destinasi yang bersih, sehat, aman, dan lingkungan yang lestari.
Sejak 7 Maret hingga 7 April 2022, tercatat ada 16.532 wisatawan mancanegara yang telah menggunakan fasilitas visa kedatangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Ada delapan negara dengan pengguna visa kedatangan terbesar per 7 April 2022. Australia menjadi negara terbanyak, yaitu mencapai 3.638 wisman (22 persen), diikuti Inggris dengan jumlah mencapai 1.730 wisman (10,5 persen), dan ketiga adalah Jerman dengan jumlah 1.649 wisman (9,9 persen).
“Tingkat kasus positif Covid-19 di Bali mengecil karena implementasi protokol kesehatan tetap ketat. Kami tetap akan mendorong semua pelaku industri pariwisata, bukan hanya di Bali, untuk menerapkan protokol kesehatan demi menjaga kepercayaan wisatawan,” kata dia. Dorongan itu akan diikuti dengan promosi-promosi destinasi dan kegiatan (event) skala internasional ataupun nasional yang dirasa mampu menarik banyak turis, seperti penyelenggaraan MotoGP Mandalika dan Presidensi G-20.
President Asia Pacific Travel Retail Association, Sunil Tuli mengatakan, masih terdapat beragam aturan, regulasi, dan protokol yang mengatur pengujian Covid-19, status vaksinasi, dan persyaratan karantina antarnegara. Akibatnya, para pelancong bingung, cemas, dan kepercayaan diri mereka untuk terbang terpengaruh. Maka, tidak mengherankan jika penelusuran persyaratan bepergian di internet meningkat.
Pada saat bersamaan, masih ada pemeriksaan dokumen di bandara yang dilakukan manual. Hal ini memakan waktu dan menyebabkan inefisiensi bagi wisatawan. “Kami merasa sangat penting bagi pemerintah di Asia Pasifik untuk berkolaborasi guna mencapai harmonisasi regional dan kami merekomendasikan pendekatan yang terkoordinasi. Dengan demikian, pemulihan industri pariwisata bisa berjalan lebih maksimal,” ujar dia.