Bank Jateng Optimalkan Penyaluran Kredit untuk UMKM
Pada 2021, kinerja Bank Jateng mencatatkan pencapaian positif. Program kerja strategis yang telah dilakukan untuk menopang pemberdayaan ekonomi salah satunya pengembangan produk kredit untuk membantu pelaku UMKM.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, ADI PRINANTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Jateng mengoptimalkan layanan dalam menyalurkan kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Melandainya kasus Covid-19, pelonggaran aktivitas, serta transisi dari pandemi ke endemi diyakini akan terus meningkatkan penyaluran kredit, baik kredit usaha rakyat maupun jenis kredit lainnya.
Analis Pengembangan Bisnis Ritel Bank Jateng Wahyu Toto Waskito, dihubungi dari Jakarta, Jumat (22/4/2022), mengatakan, alokasi pemerintah untuk plafon kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Jateng pada 2022 sebesar Rp 4,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari Rp 3,75 triliun pada 2021. Dari alokasi Rp 4,6 triliun itu, penyalurannya sudah mencapai 40 persen.
”Pada semester II (2022), kami akan mengajukan penambahan alokasi plafon karena dengan kondisi saat ini, pertengahan semester II alokasi tersebut bisa jadi sudah habis. Harapannya ada tambahan Rp 1 triliun-Rp 2 triliun,” ujar Wahyu.
Wahyu menambahkan, tingginya penyaluran hingga April 2022 tak terlepas dari upaya Bank Jateng memperkuat unit layanan mikro yang fungsinya fokus pada penyaluran kredit pada UMKM. Saat ini sudah ada 104 unit layanan mikro. Tak hanya KUR, tetapi juga produk lainnya, seperti Kredit Mitra Jateng dan Kredit Jateng Startup Milenial.
Tingginya penyaluran hingga April 2022 tak terlepas dari upaya Bank Jateng memperkuat unit layanan mikro yang fungsinya fokus pada penyaluran kredit pada UMKM.
Ia yakin penyaluran kredit akan positif mengingat saat ini sudah ada sejumlah pelonggaran pada pembatasan terkait pandemi Covid-19. Saat ini pun sudah mengarah pada transisi ke endemi. ”Sejauh ini lancar, baik penyaluran maupun kualitas kreditnya. NPL (non performing loan) hanya 0,28 persen,” kata Wahyu.
Saat ini, sekitar 60 persen kredit Bank Jateng masih untuk sektor perdagangan. Namun, ujar Wahyu, pihaknya terbuka untuk perluasan ke sektor-sektor lain, seperti pertanian, yang akan disinergikan dengan dasbor digital. Begitu juga komoditas unggulan yang berkait dengan pengolahan ataupun pariwisata.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno di Jakarta, Rabu (20/4/2022), menyampaikan, Bank Jateng berkomitmen memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi masyarakat. Salah satunya melalui penyaluran kredit khusus dengan tingkat suku bunga rendah dan biaya terjangkau bagi pelaku UMKM.
Untuk menopang pemberdayaan ekonomi, program kerja strategis yang telah dilakukan salah satunya adalah pengembangan produk kredit untuk membantu pelaku UMKM dari usaha rintisan hingga pelaku UMKM eksisting. Beberapa jenis kredit bidang ini antara lain Kredit Usaha Rintisan Milenial, Kredit Lapak, Kredit Mitra Jateng, KUR, dan KUP.
”Kami adakan juga pelatihan kepada pelaku UMKM guna meningkatkan daya saing melalui program MBS, yaitu micro business simulation,” ujar Supriyatno.
Ia juga berharap, ke depan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa lebih intensif menangani disiplin pasar. ”Soal disiplin pasar ini harus diupayakan agar di daerah, operasional bank nasional bisa lebih tertata sehingga harapannya tidak head to head dengan bank daerah. Sebagai bank daerah, tentu kami lebih memahami kebutuhan warga di daerah,” katanya.
Supriyatno mengungkapkan, memang ada sejumlah kendala pada bank-bank daerah. Salah satunya, keterbatasan terkait permodalan. Oleh karena itu, jika dalam tempo tak terlalu lama ada mekanisme penyertaan modal pemerintah kepada bank-bank daerah, seperti dikucurkan kepada bank-bank nasional, hal itu akan sangat berarti bagi bank daerah.
Peran bank daerah
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya bisa dikendalikan dan menghadirkan guncangan bagi dunia usaha, Bank Jateng membukukan sejumlah pencapaian positif pada 2021. Indikator pencapaian positif ini, antara lain, tecermin pada pertumbuhan total aset, penghimpunan dana pihak ketiga, penyaluran kredit, dan laba usaha.
Supriyatno mengemukakan, performa 2021 yang membaik dibandingkan dengan tahun 2020 menjadi pemacu bagi Bank Jateng untuk mengembangkan diri dan memaksimalkan berbagai potensi. ”Ke depan, peran bank-bank daerah diharapkan bisa lebih optimal seiring penerapan disiplin pasar. Untuk itu, kami berharap banyak pada peran OJK dalam hal ini,” katanya.
Bank Jateng membukukan sejumlah pencapaian positif pada 2021. Indikator pencapaian positif ini, antara lain, tecermin pada pertumbuhan total aset, penghimpunan dana pihak ketiga, penyaluran kredit, dan laba usaha.
Bank Jateng mencatatkan pertumbuhan total aset 9,91 persen pada 2021, mencapai Rp 80,35 triliun. Adapun penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 10,80 persen menjadi Rp 65,35 triliun pada 2021. Penyaluran kredit 2021 mencapai Rp 52,53 triliun atau naik 2,78 persen dari 2020.
Sementara laba usaha tercatat sebanyak Rp 1,74 triliun atau tumbuh 12,81 persen dari 2020. ”Indikator rasio keuangan hingga akhir tahun 2021 terjaga pada komposit baik sesuai ketentuan otoritas,” tambah Supriyatno.
UMKM menggeliat
Sejumlah pelaku UMKM, termasuk di Jawa Tengah, berharap perekonomian terus membaik setelah terdampak signifikan dalam dua tahun terakhir. Sebagian pelaku UMKM sudah merasakan geliat perekonomian saat ini, tetapi sebagian lagi masih belum, antara lain karena bergantung pada sektor pariwisata.
Florensia Novia (28), warga Boja, Kabupaten Kendal, Jateng, yang berjualan makanan ringan dan kue, merasakan, pada 2022 ada peningkatan omzet sekitar 40 persen. ”Untuk kue kering saja, dari biasanya 100 toples saat hari raya, tahun lalu hanya 40. Namun, kini sudah membaik. Sebenarnya perlu juga pinjaman dari bank, tetapi saya menunggu stabil dulu. Yang jelas harapannya syaratnya mudah,” ujarnya.
Sementara itu, Siti (49), warga Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng, baru akan membuka Batik Borobudur yang ia rintis bersama keenam rekannya setelah tutup karena pandemi Covid-19. Menurut dia, pinjaman dari bank bisa jadi membantu permodalan. Namun, ia dan rekan-rekan harus berpikir matang karena khawatir kesulitan membayar cicilan.
”Yang utama saat ini, mudah-mudahan pulih dulu. Kunjungan wisata Borobudur belum seperti sebelumnya, apalagi turis asing. Padahal, kami mengandalkan pendapatan dari para turis. Mudah-mudahan libur Lebaran ini kembali ramai,” ujarnya.