Produk unggulan usaha kecil dan menengah Mentawai perlu ditingkatkan untuk dapat menopang sektor pariwisata. Berbagai produk unggulan daerah masih membutuhkan sentuhan pelatihan intensif.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bukan hanya kekayaan alam, produk unggulan usaha kecil dan menengah Mentawai perlu ditingkatkan untuk dapat menopang sektor pariwisata. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berupaya menjangkau daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal atau 3T untuk meningkatkan keunggulan produk UMKM di daerah tersebut.
Sekretaris Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop dan UKM Novieta pada pembukaan Pelatihan E-commerce bagi Usaha Mikro di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Rabu (20/4/2022), mengatakan, salah satu unggulan Kepulauan Mentawai yang terkenal di dunia adalah keindahan lautnya. Pariwisata Mentawai sangat terkenal, khususnya wisata laut dengan ombaknya yang banyak diburu oleh para peselancar.
Namun, disampaikan Novieta melalui siaran pers, wisata yang strategis itu belum diimbangi oleh produk unggulan daerahnya. Pemerintah berharap Mentawai tidak hanya dikenal karena wisata alamnya, tetapi juga produk unggulan daerahnya.
Novieta menyebutkan, Mentawai memiliki beberapa produk unggulan daerah, antara lain sagu, keladi, pisang, dan produk kelautan. Akan tetapi, produk unggul tersebut belum diolah dan dipromosikan dengan baik sehingga hanya dikonsumsi oleh penduduk lokal dan belum menjadi daya tarik wisata. Produk UMKM diharapkan turut mendukung pariwisata Mentawai.
Mentawai memiliki beberapa poduk unggulan daerah, antara lain sagu, keladi, pisang, dan produk kelautan. Akan tetapi, produk unggul tersebut belum diolah dan dipromosikan dengan baik.
Itu sebabnya, Kemenkop dan UKM hadir untuk memberikan pelatihan e-dagang kepada para pelaku usaha di Mentawai. Novieta mengatakan, ini merupakan salah satu bentuk komitmen Kemenkop dan UKM dan juga pemerintah daerah untuk memberikan akses peningkatan kapasitas usaha mikro di Kepulauan Mentawai yang merupakan daerah kategori 3T. Hal ini sekaligus menjadi upaya penanggulangan kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan.
”Kami berharap pelatihan ini bisa berdampak pada peningkatan ekonomi usaha mikro dan punya timbal balik, baik bagi penyedia bahan mentah maupun pengolah, sehingga pelaku usaha mikro dan masyarakat sama-sama mendapatkan keuntungan,” kata Novieta.
Pembukaan pelatihan tersebut turut dihadiri Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumatera Barat Nazwir serta Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Kortanius Sabeleake. Selain program pelatihan, ada pula program lain yang bisa diakses, seperti pendampingan untuk mendapatkan nomor induk berusaha (NIB), sertifikasi usaha/produk (PIRT, merek, halal, izin edar MD).
”Kami berharap teman-teman pelaku usaha disini bisa memiliki legalitas dan sertifikasi sehingga usahanya semakin kuat,” kata Novieta.
Dari sekitar 64 juta pelaku UMKM nasional, terdapat UMKM di Sumatera Barat yang terbagi dalam 141.759 unit usaha (data Desember 2021) dan 856 unit koperasi (Juni 2020). Di Kepulauan Mentawai, hingga kini baru ada 101 UMKM yang terdaftar dalam aplikasi Online Single Submission (OSS).
Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Kortanius Sabeleake mengatakan, meskipun termasuk dalam kelompok daerah 3T, Mentawai sebenarnya memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. Melalui upaya segenap pihak, Kepulauan Mentawai seharusnya tidak lagi tergolong daerah miskin mengingat potensi pariwisata yang dimiliki daerah tersebut sangat besar.
”Ada tiga produk unggulan daerah, sagu, keladi, dan pisang, tetapi persoalannya teknologi pengolahannya masih tradisional, belum berkembang dan konsumennya juga masih masyarakat lokal,” kata Kortanius.
Ia mengatakan, perkuatan sumber daya manusia melalui pelatihan sangat dibutuhkan sehingga pelaku usaha bisa mengembangkan tiga produk unggulan itu agar pasarnya lebih luas, apalagi sagu bisa dibuat bernilai tambah menjadi mi dan produk lainnya.