Indonesia Harus Ambil Peluang Jadi Produsen Produk Halal Terbesar
Persaingan produsen komoditas halal global tak terhindarkan seiring meluasnya kesadaran konsumsi dan peningkatan permintaan produk halal. Indonesia mesti mampu menjadi produsen produk halal terbesar dunia.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah umat Muslim diprediksi mencapai sekitar seperempat dari populasi dunia pada 2030. Perkiraan perkembangan tingkat demografi ini berbanding lurus dengan meluasnya kesadaran konsumsi produk halal. Perkembangan industri halal yang saat ini kian menjadi gaya hidup masyarakat dunia dinilai juga akan semakin mendorong peningkatan permintaan produk halal.
Seiring peningkatan pasar konsumen produk halal tersebut, persaingan produsen komoditas halal juga tidak dapat dihindarkan. Negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim, seperti Thailand, Australia, Amerika Serikat, Brasil, China, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, turut meramaikan rivalitas pasar halal global.
”Oleh karena itu, Indonesia harus mampu mengambil peluang untuk menjadi produsen produk halal terbesar dunia sebagaimana visi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar Indonesia menjadi pusat industri halal dunia pada tahun 2024,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberi sambutan secara virtual pada pembukaan seminar bertajuk ”Road to Jakarta Muslim Fashion Week”, di Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Indonesia harus mampu mengambil peluang untuk menjadi produsen produk halal terbesar dunia sebagaimana visi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar Indonesia menjadi pusat industri halal dunia pada tahun 2024.
Menurut Wapres Amin, sekalipun tren busana muslim berasal dari luar Indonesia, saat ini telah diadopsi bahkan berkembang menyesuaikan dengan ciri khas daerah dan karakter budaya Indonesia. Meski tetap mengikuti kaidah busana muslim, corak dan keunikan busana muslim berbeda-beda di setiap wilayah Indonesia.
Kekayaan budaya tersebut sekaligus memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pencipta tren mode muslim dunia. ”Sebagai salah satu industri unggulan dari ekosistem halal Indonesia, kita berharap ekspor fashion muslim ke pasar global akan mampu meningkat signifikan dalam tahun-tahun mendatang,” ujar Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, upaya memajukan sektor mode muslim tidak bisa lepas dari kolaborasi dan keterlibatan para pemangku kepentingan terkait seperti industri mode dan penunjangnya, perancang, asosiasi, media, serta akademisi dan perguruan tinggi. Sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas dengan kemampuan teoretis dan praktis, perguruan tinggi juga memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan riset-riset berkualitas, termasuk hasil karya yang sesuai dengan selera pasar global sekaligus memperhatikan aspek keberlanjutan.
”Karya-karya perguruan tinggi harus dapat diserap oleh industri serta perlu dipasarkan dengan strategi branding yang tepat sehingga keunikan dan keunggulannya semakin dikenal serta mampu bersaing, baik di pasar domestik maupun luar negeri. Selain itu, perlu disiapkan ekosistem fashion muslim yang menunjang, termasuk pula peta jalan pengembangan fashion muslim yang berkesinambungan,” kata Wapres Amin.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan sekaligus Ketua Komite Promosi Fashion Muslim Indonesia Didi Sumedi menuturkan, hingga tahun 2024 pihaknya mempunyai peta jalan untuk produk-produk halal, termasuk mode muslim. Banyak hal yang perlu dikerjakan bersama-sama sesuai peta jalan mode muslim.
Penyelenggaraan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) tahun ini memiliki fokus strategi penguatan branding mode muslim Indonesia dengan segala potensi, kreativitas, dan inovasi produk. ”Tahun 2023, kami targetkan untuk penguatan networking-nya, dengan terjun langsung dalam peta fashion internasional,” kata Didi.
Pada 2024, Didi menuturkan, ditargetkan ada deklarasi Indonesia sebagai pusat mode muslim dunia atau sebagai pembuat tren mode muslim di dunia. Hal ini akan ditempuh melalui JMFW yang diharapkan telah menjadi kegiatan internasional.
JMFW merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia serta seluruh pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan dimaksud termasuk kementerian/lembaga, akademisi, perancang, asosiasi, industri mode, industri penunjang seperti industri kosmetik, industri aksesori, dan media.
”JMFW merupakan upaya untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk fashion muslim Indonesia kepada pasar global. (Hal ini) guna memajukan industri fashion muslim di Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasar internasional,” kata Didi.
Jakarta Muslim Fashion Week merupakan upaya memperkenalkan serta mempromosikan produk fashion muslim Indonesia kepada pasar global. (Hal ini)guna memajukan industri fashion muslim di Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Hadir pada acara tersebut, antara lain, Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan dan Keselarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Saryadi Guyatno, Wakil Ketua Komite Promosi Fashion Muslim Ane Patricia Sutanto, Ketua Sekolah Tinggi Desain LaSalle Hariyadi Sukamdani serta para pelaku industri mode dan industri pendukung mode Indonesia.
Adapun Wapres Amin didampingi Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, dan Pelaksana Tugas Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Sekretariat Wapres M Zulkarnain.