Wapres: Kelangkaan Solar Diinstruksikan Segera Diantisipasi
Wapres Ma'ruf Amin menekankan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan agar kelangkaan solar segera diantisipasi. Sejumlah langkah untuk memenuhi kebutuhan solar kini tengah digodok.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan bahwa Presiden Joko Widodo telah memberikan instruksi untuk segera mengantisipasi kelangkaan solar. Pemantauan terus dilakukan dan para menteri terkait diminta terus melakukan langkah-langkah demi memenuhi ketersediaan solar tersebut. Langkah-langkah yang kini sedang digodok tersebut dimungkinkan akan diumumkan dalam beberapa hari ini.
”Kemarin, Presiden sudah memberikan instruksi supaya ini segera diantisipasi, untuk (soal) kelangkaan solar ini,” kata Ma’ruf Amin saat menjawab pertanyaan terkait kelangkaan solar bersubsidi di beberapa wilayah pada konferensi pers seusai ground breaking atau pemancangan tiang pertama Grha 2 Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Kamis (31/3/2022).
Kemarin Presiden sudah memberikan instruksi supaya kelangkaan solar ini segera diantisipasi. (Ma’ruf Amin)
Menurut Wapres Amin, pemantauan-pemantauan pun terus dilakukan. ”Para menteri yang terkait diminta terus melakukan langkah-langkah untuk pemenuhan ketersediaan solar ini. Saya kira tunggu saja untuk beberapa hari ini, mungkin ada beberapa yang nanti akan diumumkan, langkah-langkah yang seperti apa. Sekarang sedang digodok,” katanya.
Kelangkaan biosolar yang terjadi di Lampung telah menghambat distribusi komoditas pertanian. Kelangkaan biosolar tersebut menunda pengiriman cabai dan sayuran setelah panen. Akibatnya, harga jual produk pertanian tersebut pun turun (Kompas.id, 29/3/2022).
Hingga Kamis (31/3/2022), kelangkaan solar bersubsidi di Lampung terus terjadi. Harga BBM nonsubsidi di Lampung, antara lain Pertamax Turbo dan Dexlite, naik secara berkala. Saat ini harga Pertamax Turbo Rp 12.500 per liter dan Dexlite Rp 13.250 per liter.
Sebelumnya, pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat melalui rilis tertulis, Selasa (29/3/2021) menuturkan, pada 23 Maret 2022 waktu AS, harga minyak dunia naik 5 persen menjadi 121 dolar AS per barel sebagai akibat gangguan pada ekspor minyak mentah Rusia dan Kazakhstan lewat pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC). Sejumlah negara telah merasakan dampak dari kenaikan ini.
Kenaikan tersebut, menurut Hidayat, akan berakibat pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Hal ini tentu akan menambah beban APBN dalam pengadaan BBM. Pertikaian antara Arab Saudi dan Yaman memperparah situasi.
Hidayat menuturkan, pemerintah harus mempersiapkan antisipasi dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga minyak ini. Langkah antisipasi di antaranya dengan mempercepat konversi minyak nabati menjadi BBM menggunakan teknologi dari anak-anak bangsa, seperti mempercepat implementasi D100 (diesel) dan B100 (bensin) dari sawit.
”Jika langkah antisipasi tidak cukup baik dan siap tentunya masyarakat akan merasakan penderitaan secara bertubi-tubi sebagai dampak kenaikan BBM dan dampak turunan yang ditimbulkannya, khususnya di puasa 2022 ini,” kata Hidayat.