Investasi properti di Asia Pasifik menunjukkan tren meningkat, khususnya di sektor komersial. Tren serupa diharapkan terjadi di Indonesia.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepercayaan investor terhadap real estat Asia Pasifik diprediksi tetap kuat pada 2022. Diversifikasi aset di sektor properti kian menjadi pilihan dengan investasi logistik cenderung paling diminati.
Hasil analisis JLL Investor Sentiment Barometer 2022, sektor logistik diprediksi paling diminati investor tahun ini. JLL menyurvei 37 investor teratas tingkat regional dan global dengan total dana kelolaan (AUM) investasi senilai lebih dari 2 triliun dollar AS. Sebagian besar responden merupakan manajer real estat dan ekuitas swasta (74 persen), yang mewakili beberapa investor real estat dan manajer aset terbesar dunia.
CEO Capital Markets Asia Pasifik JLL, Stuart Crow, mengemukakan, sejumlah investor properti berencana untuk melakukan diversifikasi investasi di real estat. Mayoritas investor mengharapkan penyebaran modal ke Asia Pasifik di tahun ini. Aset properti logistik, properti multikeluarga, dan kantor menjadi aset utama yang dibidik para pemodal. Adapun Jepang, Korea Selatan, dan Australia menjadi lokasi investasi properti yang paling dilirik.
Sembilan dari 10 responden berencana meningkatkan investasi mereka di sektor logistik. Sementara tujuh dari 10 investor ingin meningkatkan investasi di sektor perumahan multikeluarga. Perumahan multikeluarga terdiri atas beberapa unit hunian terpisah dalam satu bangunan atau beberapa bangunan dalam satu kompleks. Di antaranya apartemen dan townhome.
Hasil survei JLL juga menunjukkan minat terhadap investasi perkantoran. Enam dari 10 responden berencana untuk meningkatkan investasi di sektor perkantoran.
Aset properti logistik, properti multikeluarga, dan kantor menjadi aset utama yang dibidik para pemodal.
Meski investasi properti komersial semakin dilirik, JLL menganalisis ada tren peningkatan persaingan untuk kepemilikan aset. Sebanyak 82 persen investor mengidentifikasi persaingan aset sebagai tantangan signifikan dalam strategi investasi tahun ini. Investor menyadari kebutuhan untuk diversifikasi aset guna mengimbangi persaingan aset.
”Persaingan untuk aset akan muncul sebagai salah satu tema pasar real estat di Asia Pasifik pada 2022. Terlepas dari peningkatan ketidakpastian ekuitas global, kami melihat persaingan yang berkelanjutan untuk aset real estat dan kelangkaan produk menyebabkan sejumlah investor akan fokus pada platform kesepakatan, merger, dan akuisisi,” kata Stuart dalam keterangan pers, Jumat (25/3/2022).
Sebelumnya, Laporan The Wealth Report yang dirilis Knight Frank juga mengungkap tren peningkatan investasi modal swasta pada properti komersial. Investasi properti akan paling banyak mengarah ke sektor perkantoran (43 persen), diikuti industri logistik (17 persen) dan residensial (16 persen). Investasi lintas negara juga diprediksi meningkat.
Knight Frank Attitudes Survey 2022 menunjukkan, 23 persen responden dari kalangan jutawan dan ultrakaya (UHNWI) berencana untuk investasi langsung pada sektor properti komersial serta 20 persen responden akan berinvestasi pada dana investasi real estat (DIRE) dan debt funding untuk properti komersial. Survei dilakukan selama Oktober dan November 2021 terhadap lebih dari 600 bankir swasta, penasihat kekayaan, dan perantara yang, antara lain, mengelola kekayaan klien individu UNHWI dengan nilai lebih dari 3,5 triliun dollar AS.
Investasi properti komersial di Indonesia akan terus tumbuh tahun ini pada sektor residensial, kawasan industri dan logistik, serta ritel.
Sementara itu, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat memprediksi investasi properti komersial di Indonesia akan terus tumbuh tahun ini pada sektor residensial, kawasan industri dan logistik, serta ritel. Meski demikian, tren investasi properti di Indonesia belum akan sepenuhnya pulih seperti masa sebelum pandemi.
Di sektor residensial, pasar hunian vertikal di segmen menengah bawah, menengah, hingga menengah atas cenderung terus meningkat, bahkan mencatat transaksi tertinggi sebesar 84 persen di semester II (Juli-Desember) 2021. Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) per April 2022 masih mampu diimbangi oleh berlanjutnya stimulus fiskal berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan hingga September 2022.
”Kami perkirakan (perumahan) segmen menengah akan terus tumbuh transaksinya,” kata Syarifah, beberapa waktu lalu.