Saham Lain Berpotensi Mendapat Manfaat dari IPO GoTo
Rencana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk melantai di Bursa Efek Indonesia dapat meningkatkan kapitalisasi pasar sektor teknologi. Selain itu, ada saham-saham lain yang juga akan mendapat manfaat dari masuknya GoTo ke bursa.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rencana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk melantai di Bursa Efek Indonesia dapat meningkatkan kapitalisasi pasar sektor teknologi. Selain itu, ada saham-saham lain yang juga akan mendapatkan manfaat dari masuknya GoTo ke bursa.
Total dana yang diharapkan dari penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) GoTo ini berkisar Rp 16,34 triliun-Rp 18 triliun. Ini merupakan IPO terbesar setelah PT Bukalapak.com yang mendapatkan dana publik sebesar Rp 22 triliun. Dengan harga saham pada kisaran Rp 316-Rp 346 per saham, kapitalisasi pasar GoTo mencapai Rp 377 triliun-Rp 413 triliun. Kapitalisasi pasar sebesar itu akan menempatkan GoTo menjadi emiten ketiga kapitalisasi pasar terbesar setelah Bank BCA dan Bank BRI.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, dalam risetnya akhir pekan ini mengatakan, IPO GoTo juga akan menaikkan bobot sektor teknologi. Saat ini, porsi sektor teknologi sebesar 4,8 persen dan terus menurun karena penurunan harga saham Bukalapak.
”Setelah GoTo IPO, diperkirakan bobot sektor teknologi menjadi 12,6 persen,” kata Helmy. Penambahan bobot ini akan berdampak pada alokasi portofolio baik secara proporsional maupun secara sektoral. Manajer investasi pengelola dana diperkirakan akan menyesuaikan bobot investasinya.
Beberapa emiten lain sudah berinvestasi pada GoTo, merupakan mitra GoTo, atau GoTo berinvestasi pada emiten tersebut. Emiten pemegang saham GoTo, antara lain, adalah PT Astra International Tbk dan PT Telkom Tbk.
Sementara emiten yang sahamnya dipegang GoTo adalah PT Bank Jago Tbk, PT Blue Bird Tbk, dan PT Matahari Putra Prima Tbk. Adapun emiten yang bekerja sama dengan GoTo adalah PT Adi Sarana Armada Tbk.
Direktur Investasi Telkom Budi Setiawan mengatakan, IPO GoTo memberikan peluang bagi GoTo untuk berinvestasi pada bidang digital dan membuat digitalisasi Indonesia menjadi lebih maju lagi. ”Sisi positifnya tidak hanya untuk Telkom, tetapi juga untuk Indonesia. Tidak hanya untuk GoTo, tetapi juga untuk pelaku pada industri digital lainnya,” kata Budi.
Telkom melalui anak usahanya, PT Telkomsel, berinvestasi di Gojek pada November 2020 dengan mengucurkan dana tunai sebesar Rp 2,1 triliun dan Rp 4,2 trilin pada 2021 lalu.
Ekonom Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, beranggapan IPO GoTo dilakukan pada saat yang kurang tepat karena di tengah kenaikan suku bunga. Sektor start up teknologi dan unicorn merupakan sektor yang terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga. Bank sentral AS, The Fed, sudah menaikkan suku bunga dan diperkirakan masih akan terus hingga akhir 2023 mendatang. Dampaknya, Bank Indonesia juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga menjadi 5 persen.
Saham teknologi lain yang sudah terlebih dahulu tercatat di bursa saham, seperti Bukalapak, turun 35 persen dari awal tahun, sedangkan Grab turun 55 persen dan Sea Ltd turun 61 persen. Salah satu penyebab penurunan tersebut adalah kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga biasanya menjadi alasan para investor untuk melepaskan saham-saham dengan valuasi dan pertumbuhan tinggi.