Konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung reda menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak signifikan. Emiten bidang perminyakan pun turut mengalami lonjakan harga saham.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga minyak karena situasi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina membuat harga saham emiten Bursa Efek Indonesia yang bergerak di bidang perminyakan juga melonjak. Penguatan saham-saham perminyakan ini terjadi ketika Indeks Harga Saham Gabungan turun 0,77 persen menjadi 6.868.
Pada perdagangan Rabu (2/3/2022), harga minyak mentah jenis Brent mencapai 112 dollar AS per barel atau naik 10 persen dalam pekan ini. Sementara harga minyak WTI naik 7,02 persen. Kenaikan itu terjadi karena minyak Rusia tidak dapat diperdagangkan setelah dijatuhi sanksi ekonomi terkait serangan negara tersebut ke Ukraina.
Sanksi dengan mematikan kode SWIFT bank-bank di Rusia membuat transaksi minyak tidak dapat dilakukan. Produsen minyak Rusia tidak dapat menjual minyaknya karena tidak ada pihak yang menawar. Diperkirakan akibat sanksi perbankan ini, sekitar 70 persen ekspor minyak Rusia sebanyak 3,8 juta barel per hari tidak dapat diperjualbelikan.
Kenaikan harga minyak global itu juga memengaruhi harga saham emiten perminyakan di BEI. Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, saham PT Elnusa Tbk naik 3,8 persen menjadi Rp 328 per saham. Dalam satu pekan, saham Elnusa naik 10,07 persen.
Demikian pula dengan saham PT Medco Energi International Tbk yang ditutup naik 7,38 persen menjadi Rp 655 per saham. Satu pekan terakhir, saham Medco naik 14,91 persen. Saham PT Energi Mega Persada Tbk juga ditutup naik 2,80 persen, tetapi dalam satu pekan terakhir harga saham Energi Mega Persada turun 1,11 persen.
”Konflik Ukraina mendorong harga komoditas naik. Harga minyak mentah terus menguat karena kekhawatiran gangguan pasokan minyak dari konflik Ukraina yang meningkat,” kata analis Mirae Aset Sekuritas, Hariyanto Wijaya.
Sementara itu, Chief Economist and Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menambahkan, di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, investor disarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio. ”Situasi masih sangat cair dan risiko geopolitik dapat mendominasi sentimen pasar dalam jangka pendek,” ujarnya.