Pekerja Berkualitas Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Digital
Untuk memajukan perdagangan secara elektronik atau e-dagang dalam negeri, pendekatan kebijakan pemerintah menyasar ke persaingan pasar yang sehat dan perbaikan kompetensi pekerja.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen mengatur ekonomi digital secara komprehensif, mencegah perang harga layanan, dan mengurangi penetrasi barang impor ke platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Tenaga kerja kompeten di bidang teknologi juga mesti disiapkan secara kolaborasi oleh pemerintah dan swasta. Sikap tersebut diambil agar sektor perdagangan secara elektronik atau e-dagang nasional bisa tumbuh berkelanjutan.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian M Rudy Salahuddin mengatakan, Indeks Daya Saing Digital Indonesia masih berada di urutan ke-53 dari 65 negara. Dari sisi tenaga kerja khususnya, Indonesia memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang mesti diatasi. Misalnya, 56 persen angkatan kerja berlatar belakang pendidikan sekolah menengah ke bawah dan 23 persen angkatan kerja Indonesia rentan digeser ke otomasi.
”Apabila bonus demografi tidak dimanfaatkan, itu malah menjadi bumerang bagi sektor ekonomi digital,” ujar dia saat menghadiri webinar hasil studi Lazada 2021 bertajuk ”Pengembangan Talenta untuk Ekonomi Digital Indonesia”, Rabu (2/3/2022), di Jakarta. Dengan kata lain, menurut Rudi, pendekatan kebijakan pemerintah untuk memajukan sektor e-dagang tidak bisa hanya menyentuh sisi pasar, tetapi juga sumber daya manusia yang akan banyak berkecimpung di belakang industri e-dagang.
Rudi mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang telah berusaha mendukung sikap pemerintah tersebut. Dia mencontohkan, Lazada Indonesia dengan program Gerakan Akselerasi Karya Rakyat (Akar) Indonesia yang menutup akses produk impor. Lazada Indonesia juga dinilai telah berupaya menjadi platform e-dagang yang mengakomodasi produk UMKM tekstil, mode, kuliner, dan kerajinan.
Lebih jauh, dia juga mendorong Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebagai perwakilan pengusaha untuk masuk ke Komite Nasional Vokasi yang sedang dirancang pemerintah. Komite Nasional Vokasi nantinya akan berperan menyusun kurikulum pendidikan vokasi sesuai suplai yang dibutuhkan industri. Pemerintah mendorong lahirnya Dewan Keterampilan Sektoral yang di dalamnya juga mengurusi kompetensi untuk sektor ekonomi digital.
”Kami pun berharap para perusahaan besar yang bergerak di sektor e-dagang ataupun ekonomi digital secara umum ambil peran meningkatkan kompetensi angkatan kerja. Misalnya, buat program pelatihan,” imbuh Rudi.
Partner and Head of YCP Solidiance Indonesia (firma konsultan manajemen) Gervasius Samosir mengatakan, YCP Solidiance Indonesia terlibat dalam studi Lazada 2021 yang bertajuk ”Pengembangan Talenta untuk Ekonomi Digital Indonesia”. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni YCP Solidiance Indonesia mewawancarai sejumlah kementerian/lembaga, institusi pendidikan, perusahaan e-dagang, lulusan perguruan tinggi, dan pekerja yang terlibat dalam rantai e-dagang.
Dari hasil wawancara mendalam selama Oktober-Desember 2021, dia menemukan kebanyakan pekerja yang berkecimpung di sektor e-dagang masih enggan mengadopsi keterampilan teknologi dan kecerdasan berpikir kritis. Padahal, sektor e-dagang bergerak dinamis. Apabila ingin bertahan dan adaptif, pekerja mesti punya mental yang selalu ingin bertumbuh, mau belajar memecahkan masalah, dan belajar keterampilan teknologi.
”Dari hasil riset kami, kebijakan-kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja bidang teknologi sudah cukup bagus. Akan tetapi, masih ada hal yang perlu diperbaiki, seperti penyusunan kurikulum pendidikan bersama pelaku industri dan pemerataan akses pendidikan/pelatihan keterampilan ke seluruh daerah,” kata Gervasius.
Direktur Eksekutif Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengatakan, sektor ekonomi digital di Indonesia berkontribusi 10 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara e-dagang secara khusus berkontribusi 67 persen terhadap ekonomi digital. Untuk memacu pertumbuhan itu, peningkatan kompetensi tenaga kerja semestinya bukan hanya diarahkan kepada pekerja di dalam internal perusahaan platform e-dagang, melainkan keseluruhan rantai e-dagang.
”Rantai e-dagang mencakup pekerja formal dan informal, seperti kurir dan pelaku UMKM mitra perusahaan platform. Mereka memegang peranan penting juga. Oleh karena itu, mereka pun memperoleh pelatihan literasi dan keterampilan bidang teknologi digital,” ujar Ferry.