Pertamina Koordinasikan Rencana Penyesuaian Harga BBM Nonsubsidi
Terkait lonjakan harga minyak mentah Brent yang menembus 100 dollar AS, PT Pertamina (Persero) akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di industri migas untuk rencana penyesuaian harga jual BBM nonsubsidi.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terkait lonjakan harga minyak mentah Brent yang menembus 100 dollar AS per barel, PT Pertamina (Persero) akan terus memantau perkembangan pasar minyak dan gas dunia. Pertamina juga akan berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan mengenai rencana penyesuaian harga jual eceran bahan bakar minyak nonsubsidi. Sementara pemerintah masih bersikap memantau kondisi dan pergerakan harga internasional.
”Kami ingin pasar tetap terjaga seimbang. Kami juga memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan dalam rangka memastikan jaminan suplai bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat,” ujar Vice President Corporate Communications Pertamina Fajriyah Usman dalam pernyataan resmi, Kamis (24/2/2022) malam, di Jakarta.
Dia mengatakan, Pertamina memiliki sumber pasokan minyak mentah, produk, dan elpiji bervariasi, baik dari dalam negeri maupun dari banyak negara lain, sehingga memiliki fleksibilitas suplai. Mekanisme pengadaannya juga berbasis jangka panjang serta upaya penyesuaian dengan jangka pendek, baik untuk minyak mentah maupun produk BBM dan elpiji. Mekanisme seperti itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang matang.
Sebagian minyak mentah kebutuhan dalam negeri disuplai melalui portfolio Pertamina, yaitu Subholding Upstream, dan produksi dalam negeri. Pertamina berupaya konsisten mempertahankan kinerja operasional hulu sampai hilir sekaligus berupaya meningkatkan ketahanan energi nasional. Dia juga mengatakan, Pertamina tetap menjalankan penugasan untuk mendistribusikan energi ke seluruh Indonesia yang secara pararel mengantisipasi dinamika pasar global.
”Dinamika kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus 100 dollar AS per barel ini pastinya memberikan tekanan pada kinerja keuangan perusahaan,” ujar Fajriyah.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, tren kenaikan harga minyak mentah dunia dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung terus menjadi perhatian pemerintah. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang sejak awal pandemi atau April 2022 mencapai 20 dollar AS per barel kini meningkat lebih dari empat kali lipat sehingga mencapai 85,9 dollar AS per barel per Januari 2022.
”Di sisi lain, asumsi ICP dalam APBN 2022 hanya 63 dollar AS per barel. Kami masih memantau. Situasi ini jadi perhatian semua pemangku kepentingan di industri migas,” kata Agung.
Kepala Departemen Riset Industri dan Regional Kantor Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani saat dihubungi, Jumat (25/2), di Jakarta, berpendapat, penyesuaian harga BBM nonsubsidi akan berdampak terhadap inflasi. Kebijakan pemberian kompensasi kepada Pertamina juga memiliki konsekuensi bagi negara.
Dia mengatakan, pihaknya memperkirakan, sepanjang 2022, harga minyak mentah dunia masih akan berkisar di level 80-an dollar AS per barel. Harga ini cukup tinggi sebab harga fundamentalnya 60 dollar AS–70 dollar AS per barel.
Ada dua faktor yang diperkirakan mendorong harga minyak mentah masih akan tinggi. Pertama, potensi konflik Ukraina dengan Rusia berlangsung lama. Kedua, kemampuan produksi OPEC+ lambat pulih karena faktor teknis sehingga tidak bisa mencapai kuota produksi.
Di luar itu, ada beberapa faktor penekan harga minyak ke depan. Misalnya, keputusan peningkatan federal fund rate(FFR) Amerika Serikat. Lalu, kebijakan Pemerintah China untuk menggunakan persediaan minyaknya guna menstabilkan harga minyak domestik.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent, Jumat, mencapai 101,70 dollar AS per barel. Sementara harga minyak mentah jenis WTI mencapai 95,41 dollar AS per barel.
Sejak 2004, Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor bersih minyak, masih bergantung pada impor BBM dan minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri. Dari konsumsi BBM nasional sebanyak 1,4 juta-1,5 juta barel per hari, kemampuan produksi minyak Indonesia kurang dari 700.000 barel per hari.