Investasi Bodong Marak di Tengah Rendahnya Literasi Keuangan
Belakangan, instrumen-instrumen pada pasar derivatif, seperti perdagangan di pasar valuta asing dan kontrak opsi, marak dikemas dan ditawarkan menjadi investasi bodong.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paparan pemasaran investasi bodong, khususnya pada instrumen derivatif pada berbagai media, dan rendahnya literasi masyarakat membuat masih banyak orang yang percaya dan tertarik. Hal tersebut dapat dilawan dengan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat.
“Di era digital ini, di masa pandemi mungkin orang juga lebih banyak beraktivitas di rumah sehingga banyak jugayang kemudian tergiur dengan iklan-iklan yang menyampaikan bahwa kalau berinvestasi akan mendapatkan profit tetap,” kata Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar pada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Tirta Karma Senjaya, dalam peluncuran edukasi investasi “Bursa Masa Kini”, Rabu (23/2/2022), di Jakarta.
Bursa Masa Kini merupakan rangkaian kegiatan edukasi dan literasi yang dilakukan oleh regulator, asosiasi, pialang, maupun pedagang untuk memperkenalkan bursa komoditi kepada masyarakat.
Belakangan, instrumen-instrumen pada pasar derivatif, seperti perdagangan di pasar valuta asing dan kontrak opsi, marak dikemas dan ditawarkan menjadi investasi bodong. Instrumen pasar derivatif seperti kontrak berjangka komoditas, kontrak opsi, valuta asing, aset kripto merupakan instrumen yang lebih rumit dan lebih berisiko jika dibandingkan dengan instrumen investasi pada pasar primer, seperti saham, obligasi, reksa dana atau exchange traded fund.
Risiko pada pasar derivatif lebih tinggi antara lain karena menggunakan leverage, juga fluktuasi harga yang tinggi, dan transaksi yang lebih rumit dari pasar primer. Di sisi lain, kemungkinan keuntungan pun lebih tinggi, sehingga sangat menarik jika ditawarkan kepada masyarakat. Sayangnya, banyak orang yang tidak paham seluk-beluk di pasar primer, tetapi sudah masuk ke pasar derivatif dan terkena bujukan investasi bodong. Mereka diiming-imingi imbal hasil tinggi tanpa memperhatikan risiko.
Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Perdagangan Berjangka Komoditi Indonesia (Aspebtindo) Udi Margo Utomo. Menurut Udi, praktik dan penawaran investasi ilegal, serta investasi bodong banyak beredar di internet. “Jadi, sebenarnya mereka yang ilegal ini kuat promosinya karena faktor mereka mendapatkan dana juga secara ilegal,” ucapnya.
Udi mengajak anggotanya untuk bersatu memperkuat promosi dan edukasi kepada masyarakat. Dia mendorong anggota untuk terus beradaptasi dengan situasi yang ada. Saat ini, banyak investor muda yang harus disasar dan dididik dengan cara yang kekinian.
Terkait penyampaian informasi, menurut Tirta, Bappebti juga tengah memperkuat kanal media sosial untuk memperluas literasi kepada masyarakat. “Memang itu adalah pekerjaan rumah kami ke depan, yaitu untuk memberikan informasi yang lebih banyak kepada masyarakat,” katanya.