Berutang adalah salah satu cara perusahaan untuk memperluas jangkauan bisnisnya.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
Emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia terus berekspansi memperbesar bisnisnya. Selain menggunakan modal sendiri, ekspansi ini dilakukan dengan utang. Dua anak usaha PT Adaro Energy Tbk menyepakati pinjaman. Sementara PT BFI Finance Indonesia Tbk mendapatkan pinjaman utang.
PT Adaro Indonesia (AI) dan PT Alam Tri Abadi (ATA), keduanya merupakan perusahaan yang dimiliki PT Adaro Energy Tbk untuk menandatangani perjanjian pinjaman. AI memiliki 99 persen saham ATA, sementara Adaro Energy memiliki 88,47 persen saham ATA. AI memberikan pinjaman kepada ATA dengan jumlah hingga 300 juta dollar AS atau setara dengan Rp 4,3 triliun.
Dalam keterangannya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/1/2022), manajemen Adaro Energy menyatakan bahwa fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan oleh ATA untuk investasi dan tujuan korporasi lainnya. Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada 31 Desember 2028 mendatang. Adapun tingkat suku bunga yang dikenakan adalah suku bunga London Interbank Offered Rate ditambah 3,4 persen per tahun.
Perusahaan pertambangan ini akan melakukan ekspansi dan diversifikasi pada sektor nonpertambangan batubara. Bagi AI, pinjaman ini akan memberikan nilai tambah dengan tingkat pengembalian yang sehat.
Pembiayaan
Perusahan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia menyatakan telah mendapatkan fasilitas kredit sebesar Rp 1 triliun. Jangka waktu fasilitas kredit ini tiga tahun. Kucuran kredit tersebut akan digunakan untuk modal kerja dalam bidang pembiayaan.
Direktur BFI Finance Indonesia Sudjono, dalam keterbukaan informasi di BEI, menyebutkan, selain kredit sebesar Rp 1 triliun, BFI akan mendapatkan fasilitas kredit multifasilitas sebesar Rp 350 miliar. Sudjono tidak memerinci dari mana kredit tersebut didapatkan. Pekan ini, BFI masuk ke dalam jajaran indeks LQ45, yaitu indeks yang berisi 45 saham-saham terlikuid di BEI.
Emiten pengelola rumah sakit, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk, menyelesaikan proses penawaran tender wajib. Proses ini dilakukan setelah Sarana mengakuisisi saham PT Kedoya Adyaraya Tbk, pengelola rumah sakit lainnya. Presiden Direktur Sarana Meditama Jusup Halimi menjelaskan, sebelum melakukan penawaran tender wajib, Sarana memiliki 66 persen saham Kedoya. Setelah penawaran tender wajib tersebut, ada pemegang saham publik yang menjual semua sahamnya dengan jumlah total 128,65 juta saham. Petugas kebersihan beraktivitas di depan Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (19/6/2018).p> Dengan demikian, setelah penawaran tender wajib itu, kepemilikan Sarana bertambah menjadi 79,84 persen dari 66 persen. Sementara kepemilikan PT Bestama Medikacenter tetap 13,13 persen dan kepemilikan publik turun dari 20,87 persen menjadi 7,03 persen. Penawaran tender wajib merupakan penawaran yang harus dilakukan oleh pemegang saham pengendali baru agar para pemegang saham lain memiliki kesempatan untuk menjual sahamnya kepada pemegang saham baru. Dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 1.720 per saham, pelaksanaan tender wajib tersebut terealisasi sebesar Rp 271,83 miliar.