Pemulihan pasar apartemen dinilai masih perlu waktu. Namun, peluang pergerakan pasar diprediksi muncul dari berkembangnya konektivitas hunian dengan moda transportasi massal.
Oleh
BRIGITA MARIA LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan apartemen milik atau kondominium tahun ini diprediksi masih tertahan. Namun, peluang muncul dari apartemen dengan harga terjangkau dan dekat dengan titik transit transportasi massal atau TOD.
Kepala Riset JLL Indonesia Muhammad Yunus Karim mengemukakan, hingga akhir 2021, pasar apartemen masih lemah. Pembeli cenderung berhati-hati dan menunggu situasi yang tepat untuk membeli. Tingkat penjualan apartemen stagnan di kisaran 62 persen. Pasokan baru bahkan hanya di kisaran 500 unit dengan penjualan di kisaran 39 persen. ”Permintaan terbatas dan didominasi untuk hunian (end user),” ujarnya.
Meski demikian, pada tahun 2022, proyek apartemen dengan harga terjangkau dan dekat dengan titik transit dimungkinkan mendapat respons positif dari pasar, terutama dengan rencana pengoperasian layanan kereta ringan (LRT) Jabodebek tahun ini.
Di sisi lain, perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) diharapkan menggerakkan pasar. Saat ini, harga apartemen yang diminati pasar umumnya di bawah Rp 1,5 miliar per unit.
Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto mengemukakan, konsumen saat ini mencari apartemen dengan harga terjangkau. Dampak pengoperasian LRT Jabodebek terhadap pergerakan pasar apartemen di sekitar stasiun LRT akan bergantung pada utilitas moda tersebut.
Pada tahun 2020, penjualan apartemen sempat mencapai titik terendah, yakni 10 persen dari sekitar 1.000 unit yang ditawarkan. Pengembang masih fokus menjual produk yang telah diluncurkan sebelumnya dengan sejumlah strategi untuk menarik pembeli. Dengan adanya permintaan terbatas, pengembang cenderung tidak menaikkan harga dan menawarkan kemudahan cara beli kepada konsumen.
Sinyal penurunan pasar kondominium mulai terlihat sejak tahun 2015, ditandai tingkat penjualan yang terus tertekan di kisaran 60 persen. Akibatnya, pasokan baru makin terbatas. Pada 2014, tingkat penjualan masih di kisaran 75 persen.
Terus berkembang
Sementara itu, penjualan rumah tapak di masa pandemi cenderung bertahan dan membaik. Tahun ini, pengembang diprediksi akan terus meluncurkan proyek rumah tapak (landed house) baru. Beberapa kawasan perumahan yang sebelumnya tidak aktif dalam memasarkan produk juga diprediksi akan lebih gencar memasarkan produk.
Sepanjang 2021, minat pasar terhadap rumah tapak masih cukup tinggi, dengan permintaan didominasi untuk hunian (end user). Sebanyak 41.400 unit diluncurkan dan sekitar 89 persen terserap pasar. Dari jumlah itu, hampir 70 persen rumah tapak yang terserap memiliki harga di bawah Rp 1,3 miliar per unit.
Ia menambahkan, peningkatan pasar rumah tapak turut ditopang oleh insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah, relaksasi rasio pinjaman terhadap nilai (LTV) rumah yang dibeli, dan kemudahan cara pembayaran.
”Kelanjutan insentif PPN hingga pertengahan tahun 2022 diharapkan tetap menjaga sentimen positif pasar rumah tapak,” ujarnya.
Sebelumnya, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menilai, pemulihan pasar apartemen masih perlu waktu. Meski demikian, pasar apartemen yang tertekan pandemi diperkirakan mulai bangkit tahun ini. Perpanjangan insentif PPN sampai Juni 2022 akan menarik bagi investor apartemen. Hal itu ditopang perbaikan ekonomi yang memicu penjualan apartemen sepanjang tak ada gelombang baru Covid-19.
Pada tahun 2022, pihaknya memperkirakan akan ada peluncuran sejumlah proyek baru apartemen setelah dua tahun tertahan. Pasokan 24.775 unit diperkirakan selesai tahun 2022-2025 dan diprediksi terus bertambah.