Pendampingan Lebih Dibutuhkan Wirausaha Muda Ketimbang Pembiayaan
Pendampingan dinilai jauh lebih dibutuhkan wirausaha muda ketimbang sekadar bantuan pembiayaan. Indonesia masih membutuhkan wirausaha-wirausaha baru untuk menggerakkan perekonomian nasional.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pendampingan dinilai jauh lebih dibutuhkan oleh wirausaha muda ketimbang sekadar bantuan pembiayaan. Momentum menggerakkan wirausaha tidak akan datang dua kali. Tahun 2045, ekonomi Indonesia diperkirakan terus bertumbuh. Sementara itu, tidak banyak negara memiliki kesempatan tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam Peluncuran Program Talenta Wirausaha Bank Syariah Indonesia (BSI) 2022 di Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (19/1/2022), mengingat-ingat pesan ayahnya untuk terus membekali diri supaya bisa menjadi orang kaya. Saat masih remaja, pesan ayahnya itu dianggap aneh. Ayahnya dianggap sebagai orang tua yang “matre” sekali.
“Intinya, pesan itu sesungguhnya menyiratkan agar dengan kekayaan yang kamu peroleh, kamu bisa mewujudkan mimpi diri sendiri. Jangan anggap remeh mimpi itu. Mengapa? Dengan mimpi itu kamu akan membuat sesuatu yang besar. Sebab, mimpi-mimpi kamu itu akan bertemu dengan mimpi-mimpi orang lain,” kata Erick di depan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Menurut Erick, kalau 70 persen generasi muda menjadi pengusaha, banyak mimpi besar yang bertemu dengan mimpi-mimpi generasi muda sehingga akan menjadi sebuah kekuatan bersama. Komparasi wirausaha Indonesia masih jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara maju.
Erick menilai, dengan perekonomian yang terus tumbuh sampai tahun 2045, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara maju dengan sokongan para wirausaha. Kementerian BUMN dan Kemeterian Koperasi dan UKM mendorong kesempatan berusaha dan membuka lapangan kerja sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.
Menurut Erick, pada tahun 2034, populasi Indonesia akan dipenuhi mayoritas generasi di bawah usia 40 tahun. Yang terpenting, generasi muda bisa mengambil kesempatan ini. “Kami di BUMN melihat dan mendorong untuk membangun ekosistem yang ada di BUMN. Ini pertama kalinya, kita memiliki bank syariah sebesar ini. BSI masuk nomor tujuh besar bank di Indonesia dengan aset Rp 240 triliun,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Erick, direksi BSI harus menjadi bagian pembangunan “muslim-preneur” industri halal Indonesia. Saat ini, jika bicara industri halal, Indonesia bukanlah pemain, melainkan hanya menjadi pasar. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar, tetapi industri halal Indonesia tidak masuk dalam jajaran peringkat lima besar dunia.
Menurut Erick, ekosistem ini harus dibangun, termasuk membangun ekosistem bagi generasi muda. Bicara merek lokal, BUMN dan Kementerian Koperasi dan UKM sepakat menyiapkan Sarinah yang 100 persen berisi merek lokal.
“Kita mengubah kantor pos menjadi Pos Bloc, isinya UMKM dan merek lokal. Pos Bloc tidak hanya ada di Jakarta. Bulan Oktober 2022 akan buka di Sumatera Utara dan tahun depan akan buka di Jawa Barat dan Jawa Timur. Ini aset BUMN yang sangat bagus, tetapi kita ubah sesuai dengan kepentingan zaman,” ujar Erick.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, sejak berdiri 1 Februari 2021, BSI sudah diharapkan mampu membangkitkan ekonomi Syariah. Sewaktu didirikan, Presiden Jokowi sudah memberikan pesan agar BSI menjadi bank syariah yang terbuka atau inklusif. BSI juga diminta mengoptimalkan teknologi digital, menjadikan bank yang diminati oleh generasi milenial, dan produk-produk perbankannya harus kompetitif.
Heri menjelaskan, pada tahap pertama program "Talenta Wirausaha BSI", pihaknya akan mengadakan safarike 26 provinsi untuk mencari calon-calon wirausaha yang siap mengikuti program. Selanjutnya, peserta akan masuk dalam workshop berbagai pelatihan dan pendampingan wirausaha.
Tahap berikutnya, peserta akan diseleksi akan diberikan penghargaan. Tidak sampai di sini, peserta yang lolos seleksi akan masuk dalam program pengembangan. UMKM yang berkualitas akan mendapatkan fasilitas pembiayaan.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan, BSI harus bisa mencetak wirausaha-wirausaha baru, terutama wirausaha berbasis pendidikan tinggi. "Di masa depan, UMKM harus mempunyai daya saing. Kita mesti menyiapkan sejak sekarang. Selain memiliki daya tahan, wirausaha muda harus mempunyai kemampuan daya saing.”
Menurut Teten, semua pemangku mesti fokus pada dalam mengembangkan kapasitas usaha dan produk dengan mencermati produk-produk unggulan daerah. Di sinilah, talenta-talenta wirausaha binaan BSI akan diuji untuk mampu memiliki daya saing di pasar nasional maupun global.