Indonesia Butuh Beragam Transformasi untuk Hadapi Ketidakpastian Global
Indonesia memiliki segudang potensi yang bisa dimaksimalkan, mulai dari ekonomi digital hingga sumber daya alam yang kaya. Transformasi dibutuhkan agar semua potensi itu bisa dimanfaatkan secara mandiri.
BANDUNG, KOMPAS
—
Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya transformasi di segala bidang untuk menghadapi ketidakpastian global saat ini. Indonesia memiliki berbagai potensi besar yang bisa terus dikembangkan untuk masa depan yang lebih baik.
Presiden mengatakan hal itu saat memberikan kuliah kepresidenan (presidential lecture) di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, Senin (17/1/2022), Dalam kesempatan yang sama, Presiden juga meresmikan Gedung Pembelajaran Arntz-Geise Unpar.
Presiden memaparkan, beragam tantangan global tengah dialami dunia, mulai dari revolusi industri 4.0, disrupsi teknologi, hingga pandemi Covid-19. ”Betul-betul (hal itu) menyebabkan ketidakpastian global yang makin meningkat. Keragu-raguan semua pemimpin dalam memutuskan sesuatu karena setiap hari bisa berubah, setiap minggu bisa berubah, setiap bulan bisa berubah keadaannya,” tambah Presiden.
Presiden Jokowi juga menyebut beragam permasalahan, seperti kelangkaan energi, kelangkaan pangan, kelangkaan kontainer yang menyebabkan distribusi logistik terganggu, kenaikan harga produsen, dan kenaikan inflasi. ”Enggak pernah kita perkirakan muncul di semua negara, semua negara takut yang namanya kenaikan inflasi,” kata Presiden.
Baca juga : Arah Ekonomi Digital 2022
Akan tetapi, Presiden mengatakan, semuanya tidak akan menghalangi transformasi ekonomi yang tengah dilakukan pemerintah. Indonesia memiliki banyak sekali potensi untuk terus dikembangkan.
Presiden menjabarkan, dari sektor ekonomi, pasar digital Indonesia bisa tumbuh pesat hingga 146 miliar dollar AS atau setara Rp 2.100 triliun pada tahun 2025. Indonesia juga memiliki delapan usaha rintisan (startup) dengan status unicorn terbanyak di Asia Tenggara. Status ini disematkan untuk startup yang memiliki valuasi mencapai 1 miliar dollar AS.
”Indonesia memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi digital di Asia Tenggara hingga 40 persen. Pemerintah terus membangun infrastruktur yang mendukung digital,” kata Presiden.
Dukungan itu bisa dilihat dari pembangunan konstruksi Satelit Multifungsi Satelit Indonesia Raya (Satria-1) sejak 2021. Menara komunikasi berupa base transceiver station (BTS) juga telah dibangun di 12.500 desa dan kelurahan yang belum punya akses 4G.
Potensi alam
Pemanfaatan ekonomi hijau hingga hilirisasi industri juga menjadi bentuk transformasi memanfaatkan hasil bumi Indonesia. Presiden Jokowi menyatakan, Indonesia memiliki modal besar untuk bertransformasi menuju ekonomi hijau dengan hasil produk yang bernilai tambah.
Potensi energi baru terbarukan, misalnya, mencapai 418 gigawatt. Ada 4.400 sungai yang bisa jadi hydropower (tenaga air). Indonesia juga memiliki potensi arus bawah laut serta geotermal 29.000 megawatt.
Presiden melanjutkan, pemerintah terus mempercepat transformasi ekonomi dengan menghentikan ekspor bahan mineral tambang berupa bahan mentah. Selain menyetop ekspor bahan mentah nikel, pemerintah juga secara bertahap berencana menghentikan ekspor bahan mentah lain, seperti bauksit dan tembaga.
”Kita ingin nilai tambah itu ada di Tanah Air. Selain memberikan penerimaan negara yang makin besar berupa pajak, royalti, hingga penerimaan negara bukan pajak, ini juga bisa membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya untuk rakyat kita,” ungkapnya.
Presiden juga menegaskan, ibu kota negara yang baru merupakan bagian dari transformasi besar-besaran. Selain berisi kantor-kantor pemerintahan, akan dibangun sebuah new smart metropolis yang mampu menjadi pusat inovasi. Menurut Kepala Negara, pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur ini harus dijadikan momentum untuk membangun sebuah kota yang sehat, efisien, dan produktif.
”Warganya ke mana-mana dekat, warganya ke mana-mana bisa naik sepeda, bisa jalan kaki karena zero emission,” tambah Presiden.
Peningkatan SDM
Untuk menghadapi transformasi ini, ujar Presiden Jokowi, persiapan sumber daya manusia (SDM) yang unggul menjadi sangat penting. Persiapan ini diperlukan karena dunia berubah menjadi hibrida (kompleks), baik dari pengetahuan maupun kemampuan.
”Saya minta pendidikan tinggi agar memfasilitasi mahasiswanya untuk mengembangkan talenta. Jangan dipagari terlalu banyak program studi di fakultas. Beri mahasiswa kesempatan untuk belajar kepada siapa saja, di mana saja,” tambah Presiden.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia Nadiem Makarim menambahkan, universitas harus lebih dinamis menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan multidimensi. Tidak hanya dari keahlian, jiwa sosial dan integritas juga menjadi arah dari kampus merdeka dengan berbagai pengetahuan dari dalam dan luar kampus.
”Yang saya harapkan, kita semua mengerti bahwa batas antara akademika dan profesional harus dilepas. Percampuran antardua dunia ini harus dinamis. Ini mendorong anak-anak terbaik kita mencapai mimpinya,” ujar Nadiem.
Salah satu bentuk dukungan ini adalah dengan membentuk ruang belajar bersama tanpa terbatas program studi. Hal ini, menurut dia, menjadi salah satu alasan pembangunan Gedung Pembelajaran Arntz-Geise Unpar yang diresmikan Presiden Jokowi setelah kuliah umum tersebut.
Rektor Unpar Mangadar Situmorang mengatakan, pihaknya hendak menciptakan ruang mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain. ”Gedung Arntz-Geise ini kami sebut pusat pembelajaran karena mahasiswa dari seluruh fakultas dan prodi bisa bertemu, berinteraksi, hingga melihat potensi dan talenta mereka tanpa mengurangi kualitas keilmuan,” katanya.
Baca juga : Presiden: Kawasan Industri Hijau Menjadi Model Transformasi Ekonomi