Petani Sawit Belum Nikmati Nilai Tambah, Petani Didorong Masuk Pengolahan
Petani sawit belum menikmati nilai tambah dari industri sawit. Teknologi pun dikembangkan agar petani mengolah dari tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah, minyak goreng, hingga bahan bakar nabati.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Petani sawit hingga kini belum bisa menikmati nilai tambah dari industri sawit. Teknologi pun dikembangkan agar petani bisa mengolah paling tidak dari tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah. Perkembangan teknologi bahkan memungkinkan petani bisa mengolah hingga produk pangan, minyak goreng, dan bahan bakar nabati.
Hal tersebut menjadi benang merah dalam diskusi yang dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Universitas Sumatera Utara (USU) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut dalam pembangunan Etalase Sawit di Kampus USU, Medan, Jumat (14/1/2022).
Hadir Rektor USU Muryanto Amin, Ketua Gapki Sumut Alexander Maha, praktisi kelapa sawit Presiden Direktur Grup Paya Pinang Kacuk Sumarto, serta Direktur PT Danu Arundaya Rajaswa Ulung Muhammad Ferian.
Ferian, yang menjadi pembicara dalam diskusi itu, mengatakan, riset dan pengembangan terus dilakukan agar petani sawit bisa masuk dan menikmati nilai tambah dari industri sawit nasional.
”Seumur-umur industri sawit nasional, petani hanya bisa menjual tandan buah segar (TBS). Saat ini kemajuan teknologi seharusnya memungkinkan petani masuk pada industri pengolahan,” kata Ferian.
Hasil riset terbaru, kata Ferian, pengolahan sawit bisa dilakukan dalam skala yang lebih kecil sehingga memungkinkan dilakukan oleh petani sawit atau kelompok petani sawit. Pasar paling berpotensi untuk petani, menurut Ferian, adalah produk bahan bakar nabati dan minyak makan bernutrisi tinggi.
Seumur-umur industri sawit nasional, petani hanya bisa menjual tandan buah segar. Saat ini kemajuan teknologi seharusnya memungkinkan petani masuk pada industri pengolahan. (Muhammad Ferian)
Minyak makan bernutrisi tinggi ini, kata Ferian, akan menjadi bahan pangan untuk program pengentasan stunting dan malnutrisi. Sementara, bahan bakar nabati harus menyasar bensin berkompresi tinggi yang selama ini diimpor. Riset menunjukkan minyak sawit bisa diolah menjadi bensin hingga RON 110.
”Banyak yang pesimistis petani bisa masuk ke industri ini. Namun, riset teknologi pengolahan saat ini sudah mulai diadaptasi ke kebun rakyat,” ujarnya.
Dengan ekosistem industri dan teknologi yang ada sekarang, kata Ferian, pengolahan sawit hanya bisa dilakukan perusahaan besar. Untuk membangun pabrik kelapa sawit/PKS (yang mengolah TBS menjadi minyak sawit mentah/CPO) saja, teknologi yang ada sekarang baru bisa untuk kapasitas sekitar 30 ton per hari dengan biaya investasi sekitar Rp 100 miliar.
Skala kecil
Ketua Umum Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Tolen Ketaren mengatakan, para petani sawit generasi milenial kini sudah mulai mencoba membuat PKS dengan skala kecil berkapasitas 1 ton per hari. ”Petani di Riau sudah ada yang punya ini. Pabriknya dibuat dengan teknologi yang masih sangat sederhana,” kata Tolen.
Namun, menurut Tolen, kualitas CPO yang dihasilkan oleh PKS mini milik petani itu masih sangat rendah. Kadar asam lemak bebas (FFA) yang dihasilkan meningkat hingga 15 persen setelah disimpan dalam lima hari, jauh di atas standar yang seharusnya di bawah 5 persen.
Tolen pun berharap, teknologi terus dikembangkan agar petani bisa menikmati nilai tambah paling tidak sampai CPO.
Muryanto mengatakan, penelitian dan pengembangan menjadi kunci untuk meningkatkan industri sawit. USU pun bekerja sama dengan Gapki Sumut untuk membangun Etalase Sawit di lahan kampus Kwala Bekala USU seluas 50 hektar. ”Etalase Sawit ini untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta promosi sawit,” kata Muryanto.
Alexander mengatakan, Gapki Sumut akan membangun fasilitas di lahan Kampus USU tersebut. Beberapa fasilitas yang akan dibangun adalah kebun penelitian, PKS, kebun raya, arboretum, serta fasilitas riset ketahanan pangan dan energi. Pembangunan pun akan dimulai tahun ini.