Dapat Suntikan Pendanaan Rp 1,6 Triliun, KoinWorks Optimalkan Neobank
Penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi KoinWorks mengumumkan perolehan dana baru. Pendanaan ini akan dipakai memperkuat produk finansial yang disebut Neobank.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi KoinWorks mengumumkan telah mendapat suntikan pendanaan baru sebesar 108 juta dollar AS atau setara Rp 1,6 triliun. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh MDI Ventures, perusahaan modal ventura milik Telkom Indonesia, dan partisipasi investor sebelumnya.
Investor KoinWorks sebelumnya, antara lain, Quona Capital, Triodos Investment Management, Saison Capital, ACV, dan East Ventures.
Benedicto Haryono, CEO dan Co- Founder KoinWorks, Rabu (12/1/2022), di Jakarta, mengatakan, pendanaan 108 juta dollar AS itu terdiri dari ekuitas 43 juta dollar AS dan modal utang 65 juta dollar AS. Dana tersebut akan dipakai untuk teknologi dan menambah karyawan.
”Rencana perusahaan adalah mempekerjakan 400 karyawan baru secara global untuk memenuhi kebutuhannya kami,” ujarnya.
Benedicto menjelaskan, KoinWorks sejauh ini fokus pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang belum terlayani optimal oleh bank (underserved) dan belum mendapat akses bank sama sekali (underbank). Produk-produk teknologi keuangan yang ditawarkan KoinWorks berada dalam payung produk utama yang disebut Neobank untuk UKM.
Neobank adalah inovasi dalam teknologi keuangan yang menawarkan layanan perbankan digital tanpa cabang. Menurut Benedicto, dalam Neobank untuk UKM, KoinWorks menawarkan Neo Account (akun rekening), Neo Card (kartu bank), hingga layanan kredit. Di KoinWorks pula, dia mengatakan, pengguna akan menemukan solusi untuk berjualan daring, seperti perangkat lunak akuntansi, kasir, dan pengelolaan dana. Salah satu solusi keuangan yang akan diperkuat pasca-pendanaan yaitu Neobank untuk UKM ini.
”Pemberdayaan UKM telah menjadi visi kami sejak pertama didirikan dan KoinWorks hadir untuk mendemokratisasi akses keuangan bagi mereka,” imbuh Benedicto.
Selama pandemi Covid-19, jumlah pengguna KoinWorks naik menjadi menjadi 1,5 juta pengguna. Lebih dari 100.000 UKM memanfaatkan Neobank untuk UKM dan solusi teknologi keuangan lainnya yang ditawarkan oleh KoinWorks.
Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, menilai, KoinWorks konsisten memperluas aneka layanan keuangan yang dibutuhkan UKM. Apalagi, KoinWorks telah bekerja sama dengan sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) untuk produknya, yaitu Neobank untuk UKM.
CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, berinvestasi di KoinWorks berarti ikut mendorong literasi keuangan kepada masyarakat yang selama ini masuk ke kategori underbanked dan underserved bank. MDI Ventures berharap, KoinWorks tetap konsisten memberikan solusi keuangan bagi UKM.
Sebelumnya, penyedia layanan pinjam-meminjam uang Crowdo juga menyampaikan telah mendapat suntikan pendanaan delapan juta dollar AS. Crowdo menyasar ke segmen UKM. Perusahaan ini juga memiliki solusi Neobank. Beberapa perusahaan modal ventura terlibat dalam putaran pendanaan itu, seperti SEED Capital dan Impact Investment Exchange Pte Ltd.
Per 3 Januari 2022, jumlah penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi berizin dari Otoritas Jasa Keuangan sebanyak 103 perusahaan. Terdapat satu pembatalan tanda bukti terdaftar penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, yaitu PT Kas Wagon Indonesia, dikarenakan tidak memenuhi ketentuan Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Selain itu, terdapat penambahan sistem operasi di Android milik PT Trust Teknologi Finansial (TrustIQ).
Secara terpisah, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Samual mengatakan, tren global menunjukkan perusahaan teknologi skala besar ataupun kecil masuk ke industri finansial dan perbankan. Di China, beberapa perusahaan teknologi membeli bank. Tren yang sama juga terjadi di Indonesia. Bank kategori bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) I, misalnya, bertransformasi menjadi bank digital.
”Fenomena itu bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen, baik perorangan maupun pelaku usaha, yang ingin memiliki layanan keuangan secara cepat, mobile centric, dan more than just bank,” kata David saat menghadiri diskusi Digital Industry Forecast 2022, Rabu (12/1/2022).
David juga berpandangan, fenomena itu mendorong perusahaan perbankan konvensional ataupun digital berkolaborasi dengan perusahaan teknologi finansial lain. Misalnya, penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi. Dengan berkolaborasi, mereka lebih cepat memenuhi permintaan konsumen dibandingkan dengan harus merger atau akuisisi.